Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berharap Olok-Olok Terhadap Prabowo Segera Berlalu

30 Juli 2014   20:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:50 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SELASA 22 Juli saya perkirakan sebagai hari “final” proses Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Namun, episode pilpres itu rupanya masih berlanjut setelah capres nomor urut 1 Prabowo Subianto mendeklarasikan menolak hasil penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang saat itu (proses penghitungan belum selesai) menunjukkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla unggul.


Kesimpulannya, proses pilpres belum berakhir, sebab kubu Prabowo mengajukan gugatan hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK). Pihak yang digugat adalah KPU, sebuah lembaga negara independen, namun oleh Prabowo dituding tidak independen, karena dianggap berpihak kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 2 (Jokowi-Jusuf Kalla).

Konsekuensinya, “perang” opini pun, terutama di media sosial masih terus berlanjut, bahkan di saat sebagian besar masyarakat Indonesia merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1435 (28-29 Juli 2014).

Yang memprihatinkan, opini-opini yang dilontarkan para netizen tersebut umumnya bernada minor setelah Prabowo dan para pendukungnya melantunkan nyanyian dengan suara sumbang. Olok-olok kepada Prabowo pun dengan sendirinya belum berakhir, sebab ia dan sekutunya masih doyan melemparkan “bola panas” dan segera ditangkis oleh lawan mainnya.

Media sosial rupanya dimanfaatkan para netizen sebagai arena pertandingan yang dianggap  kondusif untuk beropini. Bahkan, tim capres nomor 1 pun merasa perlu memanfaatkan Youtube untuk menyiarkan pidato “perlawanan” jagoannya (Prabowo) yang intinya hendak mengabarkan bahwa: “Kami belum kalah dan akan terus berjuang supaya menang dengan berbagai cara.” Belakangan tayangan video ini justru memunculkan olok-olok baru.

Andai saja Prabowo dan pendukungnya tidak memantikkan korek api, boleh jadi tidak akan ada benda yang terbakar lalu memunculkan asap dan asap itu terbang ke segala arah.

Tapi, apa mau dikata, pihak Prabowo rupanya masih senang menyimpan bara, sehingga mengundang reaksi miring (cemas) dari masyarakat. Berikut adalah reaksi publik atas apa yang dilakukan Prabowo dan para pendukungnya lalu dijadikan bahan olok-olok di media sosial:

1.Prabowo hanya siap menang dan tidak siap kalah: Pidatonya yang menolak hasil penghitungan suara di KPU dinilai banyak pihak bahwa Prabowo tidak siap menerima kekalahan dan maunya hanya menang. Pidatonya yang disampaikan di Rumah Polonia membuktikan bahwa Prabowo berambisi besar menjadi presiden apa pun kondisinya. Pidatonya yang disampaikan secara berapi-api itu membuktikan analisis para ahli psikologi bahwa Prabowo memiliki kepribadiangrandiose. Menurut ahli psikologi Abdul Muluk, kepribadian grandiose dalam diri seseorang yang ambisius tak bisa disembuhkan. Kepribadian tersebut berciri-ciri suka memberikan penilaian berlebihan atas diri sendiri, suka pamer kekuasaan, dan memiliki hasrat kuasa superioritas yang akut atau disebut pula megalomania.

2.Menarik diri tidak identik dengan mengundurkan diri: Dalam pidatonya di Rumah Polonia, Prabowo mengatakan menarik diri dari proses penghitungan suara di KPU dan tidak mengakui hasil penghitungan suara KPU. Banyak pihak menafsirkan bahwa Prabowo mengundurkan diri, konsekuensinya ia harus menerima apa pun hasil KPU. Namun Tantowi Yahya, anggota tim sukses Prabowo buru-buru menjelaskan bahwa “menarik diri” tidak identik dengan “mengundurkan diri”. Banyak netizen menyayangkan Tantowi yang melakukan pembelaan kepada Prabowo tanpa mempertimbangkan reputasinya sebagai public figure. Banyak pihak yang mengatakan karier politik Tantowi bakal hancur setelah membela mati-matian Prabowo. Para netizen menyebut kelas Tantowi kini sama dengan Fadli Zon, Fahri Hamzah atau Ali Mochtar Ngabalin yang asal bicara tanpa logika.

3.Menggugat KPU ke MK dengan membawa berkas 10 truk kontainer: Pihak Prabowo sesumbar menemukan kecurangan secara masif yang dilakukan pihak Jokowi-JK yang mendapat dukungan KPU yang dituding tidak netral dan sengaja menzolimi Prabowo. Berkas dokumen kecurangan begitu banyak dan pengacaranya akan membawa dokumen-dokumen dan bukti-bukti lainnya ke MK dengan 10 truk kontainer. Alamak …, ternyata dokumen  yang diserahkan ke MK cuma empat bundel yang kalau ditotal tidak mencapai 300 halaman. Kasus ini lagi-lagi jadi cibiran dan olok-olok para netizen, “kalau mau berbohong, jangan lebay dong.”

4.Data KPU diretas hacker dari Korea Selatan: Karena panik, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Yunus Yosfiah menuding ada hacker dari Korea Selatan (Korsel) yang meretas data KPU saat lembaga itu melakukan penghitungan suara. Tuduhan ini tak urung membuat Korsel tersinggung dan dubes Korsel di Indonesia merasa perlu menemui Yunus Yosfiah untuk melakukan klarifikasi bahwa peretasan itu tidak mungkin dilakukan Korsel. Kasus ini pun jadi bahan tertawaan para netizen, sebab mana mungkin penghitungan yang dilakukan secara manual di KPU diretas oleh hacker? Lagi pula apa kepentingan Korsel dengan aksi seperti itu? Sampai-sampai ada netizen yang saking gemas dengan kubu Prabowo menyebarluaskan foto seorang laki-laki bertelanjang dada sedang mengetik dengan mesin ketik lalu di atasnya diletakkan pesawat televisi (diibaratkan sebagai layar monitor komputer).

5.Membawa dukun ke MK: Saat menyerahkan “dokumen kecurangan”, tim Prabowo membawa serta dukun ke MK. Di salah satu bagian gedung MK, sang dukun menggelar ritual, dibantu dengan seorang perempuan. Mereka membakar kemenyan dan mulutnya komat kamit membaca mantra. Aksi dukun ini tentu saja mengundang reaksi miring dari masyarakat dan mengibaratkan kekalahan Prabowo dengan kasus seorang yang tengah putus cinta: “Cinta ditolak dukun bertindak.”

6.Data kecurangan tidak akurat: Meskipun sudah diberi kesempatan oleh MK untuk diperbaiki, data dalam berkas dokumen gugatan yang diajukan ke MK, tetap saja tidak akurat dan membuat para netizen geleng-geleng kepala dan tak habis pikir, apa sih maunya kubu Prabowo? Di sana sini terdapat angka yang tidak akurat, seperti jumlah prosentase yang tidak klop 100 persen, perolehan suara yang tidak logis, bahkan ada kalimat yang menyebutkan bahwa yang melakukan kecurangan di sebuah daerah adalah pasangan presiden nomor urut 1. Terkesan dokumen disusun asal-asalan, yang penting masuk ke MK, benar tidaknya urusan nanti. Para netizen memerkirakan, jika karena faktor ini, MK nantinya menolak gugatan, mereka pasti akan berdalih “jangan lihat teksnya, tapi lihatlah konteks (substansi)-nya.” Ujungnya-ujungnya, mereka akan menuduh hakim MK tidak objektif dan memihak kepada KPU karena telah menerima sogokan.

7.Memalsukan 7 situs/portal berita: Guna mengacaukan opini publik, pendukung Prabowo tega-teganya memalsukan nama 7 (tujuh) portal berita dan menyajikan berita-berita fiktif. Ketujuh portal berita yang dipalsukan adalah: detik.com, trubunnews.com, kompas.com, tempo.co, liputan6.com, antaranews.com, dan inilah.com. Banyak anggota masyarakat yang terkecoh, sebab pemalsu portal berita tersebut menambah kata (-news.com) di akhir nama yang dipalsukan. Yang menggelikan, pendukung Prabowo sempat pula mengedarkan/menyebarluaskan link berita fiktif yang dimuat di portal berita palsu tersebut lewat Twitter dan Facebook.

8.Membuat petisi menggugat KPU cuma didukung 1.300 orang: Rupanya, kubu Prabowo tidak kurang akal. Anggota tim sukses Prabowo, Fahri Hamzah lewat Twitter Politikus Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah, menyebarluaskan petisi lewat change.org berisi gugatan putusan KPU yang memenangkan Jokowi-JK. Petisi ini diluncurkan Selasa 22 Juli. Namun sampai 28 Juli berdasarkan pantauan Tempo.co, petisi tersebut baru mendapatkan dukungan 1.304 orang. Petisi diluncurkan mengatasnamakan Komunitas Masyarakat Peduli Demokrasi. Petisi itu menyatakan terjadi kecurangan dalam pemilu presiden yang merugikan pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Di dalam petisi juga dicantumkan video kecurangan dan pidato Prabowo yang menyatakan mundur dari proses penghitungan suara di Komisi Pemilihan Umum. Banyak netizen yang mengolok-olok: “Kalau sudah kalah, cobalah legowo.”

9.Pesan video Prabowo Subianto: Guna meyakinkan kepada para pendukungnya bahwa Prabowo berada di pihak yang benar dan menang, Prabowo pada tanggal 25 Juli mengunggah video yang diberi judul “Pesan Video Prabowo Subianto” di Youtube. Silakan lihat di sini: http://www.youtube.com/watch?v=S9pfcbCzprU. Melalui video ini, Prabowo mengajak kepada para pendukungnya agar terus kompak mendukungnya sebagai presiden dan mengungkapkan ketidakrelaannya kalah dalam penghiutungan suara di KPU. Kekalahannya ini semata-mata karena Prabowo merasa dicurangi. Hingga catatan ini saya buat, video ini telah ditonton 688.376 orang. Dari jumlah itu, 14.119 orang memberikan suka (like), sedangkan yang tidak suka dengan video itu ada 19.336 orang. Artinya yang tidak suka dengan tayangan itu lebih banyak daripada yang suka. Fakta seperti ini kemudian dijadikan olok-olok di media sosial: “Jangan-jangan Prabowo nanti protes kepada Youtube, karena Youtube telah melakukan kecurangan.” Ada pula netizen yang menyimpulkan dalam video itu, Prabowo mengajak perang.

Tentu masih banyak aksi lain yang dilakukan pendukung Prabowo yang mengundang olok-olok baru di sosial media. Saya berharap, olok-olok itu segera berakhir seiring dengan keputusan MK tanggal 21 Agustus nanti. Namun, selagi kita menunggu keputusan MK, akan lebih bagus kalau kita bisa menahan diri. Saya berharap Pak Prabowo dan terutama para pendukungnya tidak memantik korek api dan apinya membakar benda-benda yang ada di sekitarnya.

Halo para pendukung Pak Prabowo, kasihihanilah capres pilihan Anda. Jangan membuat laporan-laporan palsu dengan prinsip asal bapak senang (ABS). Cobalah Anda berdiam diri dulu sejenak.

Begitu pula kepada pendukung Jokowi-JK, janganlah Anda mengada-ada dan memposting berita-berita basi yang memojokkan Prabowo. Saya masih melihat ada sementara pendukung Jokowi mencantumkan link berita negatif di akunnya yang mengarah ke Prabowo dan partai-partai pendukungnya. Saya berharap olok-olok terhadap Prabowo segera berlalu.

Ah, sudahlah, masa lalu biarlah berlalu. Mari kita tatap masa depan. Mari kita beriman (apa pun keyakinan dan agama Anda) bahwa Tuhan sudah menetapkan siapa calon pemimpin bangsa ini lima tahun ke depan. Apa pun yang dilakukan manusia, jika Tuhan sudah berkehendak, kita mau apa? Terimalah dan bersyukurlah.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun