PEJABAT BARU YANG LUPA SILA PANCASILA
bahkan, engkau sungguh lebih rendah dari ibuibu penyapu jalanan di
sudutsudut kota barumu. kampanyemu memang memesona kami. kami
yang lebih mudah kena tipu dari pada untung. setelan jas dan mobil baru
engkau kenakan pada wajahmu yang kau pasang serius itu. padahal,
engkau tak sejenius yang kami kira. menjawab tanya sila pancasila saja
hanya ditinggal cepat langkah kaki menuju rapat hanya ingat berapa harta
kampanye yang kembali di kepalamu saja. lalu engkau bicara kepada kami:
saya masih belajar jadi pejabat. masih baru.
2010
APAKAH TANAH INI PENUH PENCURI, ATAU SUDAH?
(“tanah air -ku tidak kulupakan kau terkenang selama hidupku….”)
sudah di waktu empat-lima tanah ini bebas dari para perompak asing. lalu tanah ini menjadi tempat para penduduk menempa diri. mendirikan rumah. mendirikan sekolah. mendirikan rumah sakit. mendirikan trasnportasi. mendirikan bank. mendirikan nusa. mendirikan bangsa. mendirikan negara. mendirikan hidup.
sudah di waktu empat-lima tanah ini mengenang sejuta pahlawan. mengenang para pembela bendera merah-putih. mengenang nisannisan di taman makam para pejuang, melupakan wajahwajah kemunafikan. mengenang padang doa bapak-ibu-anak tanpa bertanya tentang pengabulan.
sudah di waktu empat-lima tanah ini. namun, masih saja ada para perompak dan wajahwajah kemunafikan. di antara ruangruang gedung perkantoran, bilikbilik ruang kerja pejabat, mobilmobil mahal berplat merah juga di antara kolongkolong jembatan, perempatan jalanan dan di depan layarlayar digital.
tanahku, tanahmu, tanah kami, tanah yang dilupa dan tak, tanah yang dikenang dan tak. selama hidup. selama mati. sudah di waktu empat-lima tanah ini kembali sebelum di waktu empat-lima?tanah penuh pencurikah, atau sudah?
2010
BERITA TV: MUTILASI ANAK JALANAN