Mohon tunggu...
Ganisia Affa
Ganisia Affa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jatuhnya Sri Lanka ke dalam Debt Trap Melalui Implementasi Belt and Road Initiatives (BRI)

17 Desember 2023   17:09 Diperbarui: 17 Desember 2023   17:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, krisis ekonomi yang dialami Sri Lanka akhirnya menyebabkan ketidakmampuan mereka dalam membayar hutang luar negeri kepada China. Namun, China sendiri memiliki andil dalam kegagalan Sri Lanka tersebut. Pemerasan berkedok bantuan pembangunan BRI di Sri Lanka merupakan salah satu penyebab kegagalan perekonomian negara tersebut. Krisis ekonomi tentunya berdampak besar pada sosial dan politik dalam negeri Sri Lanka. 

Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai permasalahan baru di masyarakat dan aksi protes masyarakat pada pemerintah. Pemerintah Sri Lanka mulai membatasi impor beberapa komoditas penting, untuk mempertahankan cadangan devisa negara. Akibatnya, harga barang kebutuhan pokok naik, inflasi mencapai angka 25%. Terjadi pula pemadaman listrik selama 13 jam per harinya imbas dari ketidaksanggupan pemerintah dalam memasok listrik untuk masyarakat Sri Lanka. Kondisi ini menyebabkan terjadinya banyak aksi protes oleh Masyarakat Sri Lanka akibat tidak puas dengan pemerintah. Sebagian besar Masyarakat sudah kehilangan kepercayaan dengan pemerintah.

Kondisi perekonomian Sri Lanka saat ini ditandai dengan tantangan yang signifikan. Negara ini telah mengalami kontraksi PDB, dengan perekonomian menyusut sebesar 3,1% pada kuartal kedua tahun ini dan proyeksi kontraksi lebih lanjut sebesar 4,3% sepanjang tahun 2023. Kemerosotan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan input, gangguan rantai pasokan, dan krisis neraca pembayaran yang parah. Ketidakseimbangan utang dan fiskal negara juga berkontribusi terhadap tantangan perekonomian, sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan. 

Tingkat inflasi berfluktuasi, dengan sedikit kenaikan pada bulan Oktober 2023, dan diperkirakan akan turun pada tahun 2024. Pemerintah telah menyusun proposal untuk merestrukturisasi utang dari kreditor-kreditor besar, dan pengumuman baru-baru ini mengenai proyek infrastruktur oleh Tiongkok dan A.S. diharapkan dapat meningkatkan investasi dan membantu pemulihan ekonomi. Secara keseluruhan, perekonomian Sri Lanka sedang menghadapi kesulitan yang signifikan, dan diperlukan upaya bersama untuk mengatasi ketidakseimbangan yang ada dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun