Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[8 Tahun Kompasiana] Meninggalkan Mertua, Jauh dari Keluarga dan Menjadi Jomblo Sementara

25 Oktober 2016   18:05 Diperbarui: 25 Oktober 2016   19:19 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, ini adalah moment terbaiknya.

Di saat saya sedang membaca artikel di Kompasiana. Saya melihat angka 1 di bagian atas layar Tab saya, yang menandakan ada sebuah message yang masuk di fitur obrolan di jakun. Eh, akun saya.

Jreng...jreng...jreng...!

Sengaja saya selipkan ilustrasi musik pake mulut, untuk mendramatisasi tulisan ini.

Ternyata seorang Kompasianer yang lebih dulu lahirnya dibanding saya, mengirimkan sebuah pesan. Beliau mengapresiasi karya fiksi saya, memberikan sedikit saran, sampai secara tidak langsung memberikan saya arah dan tujuan:

Mengapa kita menulis?

Ya, menerbitkan karya-karya kita di Kompasiana menjadi sebuah buku. Hal yang tak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Karena jujur kacang ijo, saya tidak memiliki bakat dalam dunia menulis. Menghasilkan karya fiksi sejak saya bergabung di Kompasiana 5 bulan, 7 hari yang lalu. Sebelumnya hanya suka menulis di kertas selembar. Diremat, lalu dibuang...

Intinya, saya menulis ya, menulis saja. Tanpa mengharapkan apa-apa. Jadi apa yang admin tuduhkan, sangat tidak mendasar. Karena saya tidak melonjak riang saat kali pertama artikel saya diganjar Headline. Saja juga tidak cengar-cengir saat beberapa karya fiksi saya diganjar admin menjadi artikel Pilihan.

Tapi admin benar, ketika menerima message dari Kompasianer lain, saya merasa terharu. Sungguh, terharu!#tissue_mana_tissue. Hiks...

Mengapa orang yang tidak saya kenal mau menghargai karya saya? Tapi kenapa saya sebagi penulis karya tersebut malah mau berhenti menulis? Kenapa..pa...pa...a...a...a. #echo.

Semua pesan yang disampaikan oleh seorang Kompasianer tersebut, secara tidak langsung membangkitkan gairah saya untuk kembali menulis dan menghasilkan sebuah karya. Ya, gairah! Tanpa sedikitpun mengkonsumsi Viagra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun