Suara guntur yang menggelegar di sertai kilatan cahaya mengejutkan kedua insan tersebut. Hindun berteriak kaget. Kedua tangan gadis itu mencengkram bahu Bangor yang dibalut dengan jaket kulitnya. Sambil menyembunyikan wajahnya di belakang punggung pemuda itu.
Dengan sangat hati-hati pemuda tersebut meraih tangan Hindun. Menggenggamnya, lalu mulai merangkai kata-kata yang akan diucapkannya. Sebuah kalimat cinta yang akan diutarakannya. Malam ini, disaat hujan turun dengan derasnya. Tepat di pertengahan bulan September.
Tapi belum sempat Bangor mengutarakan perasaannya, Pak Haji keburu nimbrung.
"Uhuk, uhuk...!" Babeh Hindun memberikan isyarat dengan batuknya.
Bangor buru-buru bangkit dari duduknya dan berpindah tempat. Sekali lagi guntur menggelegar, disertai cahaya kilat yang menyambar. Gadis itu pun kembali berteriak kaget.
Tiba-tiba seorang pemuda keluar dari dalam rumah dan langsung menghambur ke arah Hindun. Gadis itu langsung berlindung ke belakang tubuh pemuda yang barusan keluar tadi. Bangor memperhatikan pemuda tersebut yang kelihatan sudah sangat dikenal oleh gadis itu.Â
"Bang Arya ini kenalkan, Bayu tunangan Hindun dari kota" Kata gadis itu sambil tersenyum.
Bangor menyambut uluran tangan Bayu.
"Iya Bang Arya. Hindun juga banyak cerita soal abang yang sudah dianggap kakaknya sendiri oleh Hindun.
Arya terkesiap perhatian hindun selama ini terhadapnya, tidak lebih dari perhatian seorang adik terhadap kakaknya. sedangkan bangor sudah terlanjur jatuh cinta terhadap Hindun.
Tiba-tiba hujan kembali turun dengan derasnya, disertai kilatan petir dan guntur  yang menggelegar. Pak Haji, Hindun dan pemuda itu bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara Bangor masih berdiri di tempatnya, membiarkan hujan di bulan September membasahi tubuhnya, hatinya dan air mata yang jatuh menetes ke pipinya. Sendu!