Sejak bertemu dengan Hindun di warungnya Bu Joni. Penampilan Bangor jadi berubah. Celana jeans belel yang sobek di bagian lututnya sudah nggak pernah dipakai lagi. Sepatu butut yang biasa menemaninya jalan kemana-mana mendadak pensiun dini dan langsung masuk ke dalam kardus bekas mie instant.
Padahal siapa yang tidak kenal dengan pemuda ini. Saban hari nongkrongnya di depan gang. Begadang main gitar sambil mabok sudah jadi bagian kesehariannya. Bangor merupakan potret pemuda yang Madesu alias Masa Depan Suram.
Tapi sejak bertemu Hindun, gadis manis itu. Bangor mendadak berubah 180 derajat. Padahal semua juga tahu, Hindun anak Pak Haji Sadeli, seorang juragan sapi di kampungnya. Sosok gadis idaman yang digandrungi oleh pemuda di kampungnya.
"Bang Arya, kan?" Sapa gadis itu di suatu sore. Saat Bangor sedang asik bermain gitar di depan warungnya Bu Joni.
"Siapa, ya?" Tanya Bangor waktu itu.
"Saya Hindun. Masak abang lupa!" Jawab gadis itu dengan seulas senyumnya.
Sekali lagi Bangor mengernyitkan keningnya. "Oh, Hindun anak Pak Haji, ya! Wah baru inget saya"
Bangor mulai mengingat sosok Hindun yang berdiri di hadapannya. Teman mainnya waktu kecil dan sekarang sudah menjadi seorang gadis cantik.
"Kok Hindun baru kelihatan?"
"Iya bang. Hindun baru aja lulus SMA di kota. Sekarang pulang dulu liburan sambil nengokin  Babeh. Abang enggak kerja?"
Bangor menggaruk-garuk kepalanya yang nggak gatel "Abang kerjanya ngeronda di kampung" Jawabnya malu-malu.