Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Pak Erte dan Tragedi Romlah

27 Agustus 2016   12:59 Diperbarui: 27 Agustus 2016   13:03 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena Buluk belum berhasil juga memperbaiki sound sistem. Tapi malah bikin kusut kabel sound systemnya.

"Huuuu...!" Orang-orang ramai menyoraki Bang Toyib, karena disama-samain oleh Pak Erte dengan lagu dangdut.

Bang Toyib langsung duduk kembali di bangkunya. Berusaha menyembunyikan wajahnya dari pandangan mata penghuni kontrakkan, yang masih terus menempelnya.

"Sudah! Sekarang pada dengerin. Kasian si entong yang udeh  bikin naskah pidato buat gue. Sampe bela-belain molor di meja belajarnya. Pake ngiler lagi" Kata Pak Erte sambil menunjukkan bekas noda, yang menyerupai pulau di kertas naskah pidatonya.

"Baiklah, langsung ke intinya aja. Buluk, tolong bawa Romlah kemari"Perintahnya pada Buluk,yang langsung lari lintang pukang, maju tak gentar, jatuh bangun- Kristina. Lalu membawa Romlah ke hadapan penghuni kontrakan lainnya.

Semua mata laki-laki yang berada di pekarangan rumah dan sekitarnya,  terkesima memandang. Nafas mereka mulai ngos-ngosan. Sementara hidung mereka terlihat kembang kempis.

Romlah terlihat sangat cantik, dengan balutan kain dan baju kebaya yang dikenakannya.  Betisnya terlihat....(Sensor). Pinggulnya yang...(sensor). Serta dadanya...(sensor).

(note: mohon maaf, berdasarkan keputusan Pak Erte. Bagian Betis, pinggul dan dada Romlah. Dengan sangat terpaksa di sensor. Karena tidak pantas untuk khalayak umum. Tapi layak untuk dilihat Pak Erte sendiri) Hihihi....

Pak Ertemau tidak mau mengikuti, pandangan mata semua lelaki yang melotot saat melihat Romlah. Janda bohay nan aduhai, primadona kontrakkan yang mulai mewek.

"Sekarang lu ceritain perkaranye. Biar semua pada tau" kata Pak Erte , sambil melirik ke arah belahan dada kebaya Romlah yang jebleh.

"Begini Pak Erte, waktu semalem aye mandi, ada yang ngintip. Terus selendang buat aye ngibing yang aye sampirin di pintu kamar mandi ilang. Hiks..hiks"Romlah menceritakan kronologis kejadiannya sambil meneteskan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun