Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Pak Erte] Hikayat Sendu, Ayam Jago Pak Erte

21 Agustus 2016   15:44 Diperbarui: 13 Desember 2017   14:58 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena sering diperlakukan tidak manusiawi. Eh, Hewani! Pernah aku minggat dan nginep di kandangnya tetangga.Karena sebagai ayam, aku juga punya batas kesabaran Hihihi... Besoknya mereka malah mencariku. Setiap kandang digeledah, semua tetangga ditanyai.

"Eh, ada yang liat si jago, nggak?" Tanya Pak Erte, pada tetangga sekitar rumah.

"Ah, ternyata ada juga yang masih sayang dan mengharapkan kehadiranku, ditengah-tengah keluarga koplak ini" Aku jadi terharu. Karena itu aku langsung mengepak-ngepakkan sayapku dan berkokok senyaring-nyaringnya.

"Kukuruyuuuuk...!!!"

Mendengar kokokku. Pak Erte langsung mendatangi dan menjemputku dari kandang ayam tetangga. Ada raut kebahagiaan yang terpancar dari wajah Pak Erte saat menemukanku, yang segera membawaku pulang.

Sepanjang jalan Pak Erte menggendong dan mengelus-elus kepalaku. Jujur! Baru sekali ini aku merasakan kehangatan dan juga merasa menjadi bagian dari keluarga mereka.

Setibanya di rumah, lagi-lagi aku menelan kekecewaan. Pak Erte malah memasukkanku ke dalam kurungan bambu dan dibiarkannya saja aku terkurung sendiri, tanpa ada yang menemani. Hiks...

Untung kejadian itu tidak berlangsung lama. Disaat suasana sepi dan aku sedang merenungi nasib menjadi ayam. Seorang pria datang dan langsung megeluarkan aku dari kurungan bambu tersebut. Ternyata, tidak semua manusia itu jahat. Karena ada juga, yang memiliki perasaan seperti pria ini.

Meski tidak mengenalnya dan sedikit merasa heran (Karena pria ini selalu celingukkan). Tapi aku sama sekali tidak berontak. Saat dia meletakkan aku dengan hati-hati ke dalam keranjang dari anyaman rotan. Yang dibuat khusus untuk ayam dan langsung membawaku pergi dengan sepeda motornya.

 Aku terharu, karena pria ini membawaku jalan-jalan. Seumur-umur jadi ayam, baru sekali ini ada yang mengajak aku jalan-jalan. Tentu saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan langka ini. sepanjang jalan, aku selalu memperhatikan ke sekelilingku. 

Aku menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku, saat motor melaju kencang. Adrenalinku terpacu juga ketika pria ini meliak-liukkan motornya saat mendahului dan menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun