Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Bendera Setengah Tiang

16 Agustus 2016   21:36 Diperbarui: 16 Agustus 2016   22:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat kedatangan BungadanDewi, anak-anak seketika menghentikan aktivitasnya dan langsung mengerumuni kedua gadis remaja tersebut.

"Gimana kak, banyak ga dapet duitnya?" Edi langsung mencecar keduanya dengan sebuah pertanyaan.

"Iya, kak...?" Lanjut Beni.

"Iya. Dapet berapa hari ini, kak?" Joni tidak mau ketinggalan, ikut menimpalinya dengan pertanyaan yang sama.

Dewi menengok ke arah Bunga, yang sedang memperbaiki gendangnya. Alat musik itu terbuat dari pipa paralon dan ban dalam bekas mobil. Setelah mengencangkan karet gendangnya. Bungalalu mengeluarkan sebuah kantong permen dari tas pinggangnya daan langsung menumpahkan isinya ke trotoar tempat mereka duduk.

Beberapa uang logam jatuh bergemerincing, disusul lembaran uang kertas yang terlihat bergumpal dan lecek. Teman-temannya pun berebut memungut dan menghitung uang hasil ngamen mereka dari pagi sampai sore tadi.

"Hei, jangan pada berisik!"Bentak seorang sekuriti Bank, yang berada di dalam pos jaga.

Dewi meraup uang yang berserakan tersebut dengan kedua tangannya, lalu berjalan menjauhi pos sekurity dan berhenti tepat di samping 'depot' jamu bang Ucup, yang tangah melayani beberapa orang pembeli.

Diletakkannya kembali uang yang barusan diraupnya ke aspal. Lalu meninggalkannya bersama teman-temannya, yang berusaha saling mendahului, memungut dan merapikan uang yang bertumpuk jadi satu.

Dewi berjongkok di sampingBaim, yang masih tertidur pulas di dekat road barriers. Tangannya menepuk beberpa ekor nyamuk yang hinggap di pipi dan kening anak kecil tersebut. Dirapikannya karung yang menyelimutu tubuh bocah itu, lalu kembali menghampiri teman-temannya.

"Horeee..., ada duit Gobanan!" Bulukberjingkrak-jingkrak, sambil mengibas-ibaskan selembar uang lima puluh ribuan di atas kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun