Kata maaf itu bukan hanya bentuk penyesalan dan mengakui kesalahan, tetapi kata maaf itu adalah rekonsiliasi atau memulihkan kembali hubungan yang sempat terganggu karena kesalahahpahaman, kekeliruan, dan lain-lain. Kata maaf tidak hanya pengakuan tetapi ada kehendak baik dengan tujuan yang lebih baik yang ingin diperjuangkan. Jadi kalau kamu minta maaf, itu bukan berarti kamu adalah orang yang bersalah. Banyak orang sering kali berpikiran jika meminta maaf maka mereka adalah orang yang salah.
Saya akan mengambil contoh yang saat ini sedang hot yaitu pemilihan kepala daerah di Jakarta. Seorang facebooker bernama Buni Yani mengunggah sepenggal video pernyataan calon gubernur DKI Jakarta sekaligus Petahanan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) secara tidak utuh. Buni Yani bersikeras dalam salah satu stasiun TV ketika diwawancarai bahwa dia punya hak sebagai seorang dosen dan akademisi untuk mengedukasi masyarakat serta ia juga punya kebebasan untuk menyatakan pendapat. Di satu sisi Ahok sudah menjelaskan bahwa video tersebut tidak ditampilkan secara utuh melainkan hanya sepenggal dari keseluruhan, dan dengan demikian menghilangkan tujuan yang sebenarnya ingin disampaikan sekaligus menggiring masyarakat menjadi salah kaprah.
Sebagai seorang akademisi dan dosen, Buni Yani mempunyai tanggungjawab untuk mencerdaskan masyarakat dan memberi pemahaman yang benar. Jika Ia seorang akademisi, maka dia sadar betul bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat instan yang hanya melihat apa yang ditampilkan atau melihat apa yang ingin mereka lihat.
Buni Yani seharusnya mendidik masyarakat, bukan sekedar melempar isu yang tidak lengkap kemudian membela diri bahwa itu adalah hak dia untuk menyampaikan pendapatnya dan tanggungjawabnya sebagai seorang akademisi serta tidak akan meminta maaf karena dengan meminta maaf maka ia adalah orang yang salah (Baca: Inilah Pernyataan Pengunggah Video Ahok).
Hal ini jelas sangat disesalkan keluar dari seorang yang semestinya punya tanggungjawab moral untuk mendidik masyarakat bukan meleparkan isu yang tidak lengkap. Seorang akademisi jelas orang yang terdidik dan mempunyai tanggungjawab kita menyampaikan sesuatu. Akan tetapi sangat disayangkan jika seorang yang menyebut dirinya akademisi, diam-diam adalah pendukung salah satu calon dan melemparkan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.
― Mahatma Gandhi, All Men are Brothers: Autobiographical Reflections
Sebaliknya, apa yang ditampilkan oleh ahok berbeda dengan Buni Yani. Ahok bukan seorang akademisi, tetapi sebagai seorang politisi dan pemimpin, ia menyampaikan permintaan maafatas pernyataannya yang menyinggung umat muslim. Maaf bukanlah sebuah kata yang menunjuk orang itu salah tetapi di situ ada makna rekonsiliasi untuk membangun sebuah hubungan positif (Baca: Ahok Minta Maaf kepada Umat Islam).
Di sinilah bentuk bagaimana seorang yang berkualitas itu memperoleh nilai lebih ketimbang orang yang menyebut dirinya berkualitas tapi tindakannya seperti kucing yang mencuri ikan terus pergi sambil berkata, “Saya kan kucing, makanan saya ikan!”. Apakah Buni Yani tidak bersalah sehingga ia tidak perlu menyampaikan maaf? Jika Buni Yani adalah seorang dosen yang menyebut dirinya seorang akademisi yang mengedukasi masyarakat, tindakannya yang membuat berbagai pihak menjadi salah paham sewajarnya menuntut tanggungjawabnya.
Contoh jika kamu sedang berjalan di pasar, kemudian menginjak genangan air dan mengenai kaki seorang ibu, permintaan maafadalah bentuk tanggungjawab kamu. Meski genangan air itu bukan disebabkan oleh kamu dan kamu melakukannya tanpa di sengaja, akan tetapi kamu juga bertanggungjawab atas tindakanmu bukan?
Kelemahan terbesar dari kita adalah kita tidak sampai ke sebuah pemahaman tentang apa itu kata maaf dan mengerti sungguh-sungguh bahwa di dalamnya ada makna yang sangat bernilai ketika dilakukan dengan hati yang tulus. Makanya saya kerap sakit kepala jika salah satu bawahan saya masih saja berkeras mati-matian dengan berbagai alasan meski dia jelas melakukan kesalahan. Akan tetapi setelah mentok baru menyampaikan maaf entah setelah ditunjukkan bukti-bukti, diteriaki, bahkan sampai diancam dengan pemecatan. Itu pun kesannya tidak rela dan tetap saja menunjuk orang lain.
Hal itu pun berlaku saat kamu menjalin hubungan asmara dengan pasanganmu. Ada kalanya jika kamu seorang perempuan, kamu merasa bahwa menyampaikan permintaan maafseharusnya tidak dilakukan oleh perempuan. Menurut kamu, laki-lakilah yang harus mengatakan maaf karena menunjukkan jika ia laki-laki sejati. Kalau kamu berpikiran seperti itu, makanya jangan heran saat dia telah memilikimu maka kamu kadang merasa dia lebih cuek saat sudah menikah.
Permintaan maaf itu adalah sesuatu yang universal dan bisa dilakukan oleh siapa saja, apa pun jenis kelaminnya, budaya, agama dan lain-lain. Meminta maaf pun bukan menunjukkan kalau kamu itu selalu mengalah dan orang yang kalah. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, permintaan maaf itu adalah niat baik untuk rekonsiliasi atau memulihkan kembali hubungan yang sempat terganggu.
Meminta maaf itu menunjukkan bahwa kamu adalah orang yang peduli dan peka dengan lingkungan dan orang lain. Kamu sadar bahwa meski ini bukan 100% kesalahanmu tetapi kamu siap untuk mengakui tanggungjawabmu dan menjadi orang yang bertanggungjawab. Selain itu kamu juga orang yang mencintai kedamaian dan bukan pendendam karena dengan maafberarti kamu ingin berdamai dan meninggalkan hal-hal yang menyakitkan untuk melangkah ke masa depan yang baik.
Hal yang paling terpenting dari kata maaf adalah menunjukkan kamu orang yang rendah hati bukan orang yang sombong dan penuh dengan kebanggan diri. Keutamaan-keutamaan ini yang dibutuhkan oleh perusahaan, pasangan dan masyarakat karena orang yang minta maaf itu bukan orang yang tolol tetapi orang yang berjiwa besar. Jarang di dunia ini orang mengakui kesalahannya, dan lebih jarang lagi orang yang tidak bersalah meminta maaf.
Jadi tidak ada salahnya untuk meminta maaf karena dengan maaf kamu adalah orang yang berjiwa besar dan orang yang rela berkorban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H