Sumsel masih banyak hutan yang mana 1,4 juta hektar berawa gambut. Hampir tiap tahun hampir satu triliun rupiah uang negara dianggarkan untuk antisipasi penanganan sektor kehutanan dan lahan. Gubernur ingin kepada Ika Skma sebagai ahli kehutanan untuk memberikan solusi terhadap itu.Â
Pertama, beberapa tahun lalu kita dikomplain negara karena bencana asap dari kebakaran. Apa rekomendasi Ika skma agar tak ada asap tetapi kelestarian hutan tetap terjaga? Ditunggu itu kiranya, yang pertama.
Yang kedua, bagaimana flora fauna tetap hidup akan tetapi tidak mengganggu manusia? Agar warganya tidak dicaplok macan? Mungkinkah di Sumsel ada dibuatkan semacam taman safari, atau taman konservasi agar satwa terpelihara dan koleksi itu masih dapat disaksikan oleh anak cucu nanti?
Saat ini orang Sumsel jika mau lihat harimau sumatera harus ke Taman Safari, Gembira Loka, atau Ragunan. Padahal harimau Sumatera itu asalnya sumatera.
Ketiga, Sumsel telah berkomitmen untuk membiayai tenaga rimbawan sebagai penyuluh, polhut, atau jabatan lain. Namun mengingat luasan kawasan hutan Sumsel yang begitu luas, maka perlu solusi lain. Contoh, TNKS yang luasnya ribuan hektar Polhutnya hanya 6 (enam) enam orang. Â Bagaimana pengadaan tenaga itu menjadi perhatian bersama.
Harapan pak Gubernur tersebut diakhiri dengan pemukulan gong sebagai pertanda bahwa Rakernas Ika Skma dibuka. Foto bersama menjadi bagian ramah tamah pak Gubernur dengan semua peserta rapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H