4. Keterbatasan dalam Menghadapi Inflasi
Mazhab Keynesian sering kali dianggap kurang efektif dalam menangani inflasi. Ketika permintaan agregat meningkat, dapat menyebabkan tekanan inflasi yang tinggi. Dalam situasi ini, kebijakan fiskal yang ekspansif justru dapat memperburuk inflasi. Data dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa beberapa negara yang menerapkan stimulus fiskal besar-besaran selama periode pertumbuhan ekonomi yang kuat mengalami lonjakan inflasi yang signifikan. Misalnya, inflasi di Venezuela meningkat drastis setelah pemerintah menerapkan kebijakan fiskal yang tidak terencana.
Saran
Untuk mengatasi masalah inflasi, penting bagi pembuat kebijakan untuk mengadopsi pendekatan yang lebih seimbang antara kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan yang lebih ketat dalam pengendalian inflasi, seperti penyesuaian suku bunga dan pengendalian pengeluaran pemerintah, dapat membantu menjaga stabilitas harga. Selain itu, penting untuk memiliki mekanisme yang fleksibel untuk menyesuaikan kebijakan sesuai dengan kondisi ekonomi yang berubah.
5. Kurangnya Fokus pada Kesejahteraan Jangka Panjang
Kritik lain terhadap mazhab Keynesian adalah kurangnya fokus pada kesejahteraan jangka panjang. Kebijakan yang berorientasi pada peningkatan permintaan agregat sering kali mengabaikan faktor-faktor struktural yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, seperti pendidikan, infrastruktur, dan inovasi. Data dari World Economic Forum menunjukkan bahwa negara-negara yang berinvestasi dalam pendidikan dan infrastruktur cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Saran
Mazhab Keynesian sebaiknya memperluas fokusnya untuk mencakup kebijakan yang mendukung investasi dalam sumber daya manusia dan infrastruktur. Dengan mengintegrasikan aspek-aspek ini, perekonomian dapat tumbuh secara lebih berkelanjutan dan inklusif. Kebijakan yang berorientasi pada pembangunan jangka panjang akan membantu menciptakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Kesimpulan
Mazhab Keynesian telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang dinamika ekonomi, terutama dalam konteks fluktuasi siklus bisnis dan pengangguran. Dengan menekankan pentingnya permintaan agregat, Keynesian menawarkan kerangka kerja yang relevan untuk merespons krisis ekonomi, seperti yang terlihat selama Depresi Besar dan krisis keuangan global 2008. Kebijakan fiskal yang ekspansif, yang menjadi ciri khas pendekatan Keynesian, telah terbukti efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan menciptakan lapangan kerja. Namun, meskipun keunggulan-keunggulan ini tidak dapat diabaikan, kritik yang dihadapi oleh mazhab Keynesian menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki keterbatasan yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas kebijakan ekonomi di masa depan.
Selain itu, asumsi bahwa permintaan agregat selalu menjadi faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi perlu ditinjau kembali. Dalam banyak kasus, faktor penawaran, seperti inovasi dan produktivitas, juga memainkan peran penting. Oleh karena itu, integrasi analisis penawaran ke dalam kerangka Keynesian akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dinamika ekonomi dan memungkinkan pembuat kebijakan untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif.