Rentetan batu terus menerjang Varsha, mulai dari kepergian ibunya, omongan orang soal dirinya yang belum kurung menikah, keputusannya untuk akhirnya memakai hijab dan menutup aurat, sampai mengadopsi anak dari panti asuhan tanpa memiliki pasangan.
Buku ini mengajarkan kepada kita soal hidup seorang wanita karir yang walau terlihat sempurna diluar, selalu ada masalah yang ia berusaha tutupi dibalik senyuman.Â
Dalam cerita ini sangat dideskripsikan beratnya hidup sebagai seorang perempuan, menjadikan para pembaca terutama yang memiliki kelamin sama turut paham akan situasi, karena realita dunia yang ada pun tidak jauh berbeda.Â
Buku ini juga menyadarkan kita bahkan hubungan darah sebuah keluarga pun tidak dapat menghentikan bibir bibir gatal untuk mengomentari kelemahan seseorang.
Namun dari semua komplikasi masalah yang satu persatu dilalui Varsha dengan sabar, menuntunnya ke sebuah benang merah. Sebuah benang merah yang menghubungkan masa lalu misteri antara dirinya dan pria misterius bernama Regen. Regen seolah menjadi batu besar terakhir yang harus Varsha lewati, sebuah teka teki yang ia harus pecahkan sendiri.Â
Regen adalah bos di tempat kerja Varsha yang baru, hubungan keduanya dibangun atas dasar kontrak kerja profesional sehingga cukup menyulitkan takdir mengikat keduanya, mengingat Varsha adalah wanita karir yang teguh, terhormat, dan tidak peka sedang Regen adalah ujung labirin yang sabar menunggu untuk dipecahkan oleh Varsha.
Cerita ini dikemas dengan rapi dan baik, sang penulis menggunakan bahasa semi formal dengan beberapa metafora sederhana. Terdapat penggunaan beberapa kata kata asing seperti bahasa Inggris dan Jerman yang sudah dimiringkan menurut aturan penulisan, serta tidak terdapat kesalah kata yang terlihat membuktikan kejelian sang editor maupun penulis.Â
Konflik yang diangkat dalam buku ini pun banyak dirasakan terutama pada kaum wanita soal pandangan mata masyarakat, dijelaskan teliti soal bagaimana seorang wanita hebat seperti Varsha mengatasinya. Karakter disini sebagian besar sudah dewasa dan memiliki pikiran yang matang, sehingga pembaca tidak perlu gigit jari karena gemas akan masalah-masalah yang disuguhkan dalam buku ini.
Meskipun itu, buku ini terlalu fokus kepada kehidupan sehari hari Varsha, sang Nona Teh. Regen sebagai Tuan kopi yang sebenarnya, sayangnya baru dimunculkan di tengah cerita bersama kabut misteri yang masih belum tidak jelas penyelesaiannya.Hubungan antar keduanya masih sangat samar dalam buku pertama ini.Â
Buku dwilogi memang sengaja dibuat misterius di bagian pertama untuk menarik perhatian pembaca agar mau membaca bagian kedua, namun dalam buku ini jalinan benang sang Tuan Kopi dan Nona Teh terlalu nihil sedangkan yang para pembaca inginkan sebenarnya adalah kisah sang Nona Teh dan Tuan Kopi sebagai inti.
Kesimpulannya, buku Nona Teh dan Tuan Kopi: Parak ini sangat direkomendasikan untuk dibeli dan dibaca dengan penuh penghayatan. Buku ini tidak memiliki adegan eksplisit, tetapi memang lebih direkomendasikan untuk orang dewasa agar bisa lebih memahami situasi keadaan soal realita dunia kerja dan hidup berkarir serta konflik batin yang terus menerjang kehidupan setelah usia 30 tahun, terutama bagi kaum wanita.Â