4. Latar Belakang yang Beragam:
Dewi Lestari menggunakan berbagai latar belakang yang kaya akan detail, seperti kehidupan di Amsterdam dan Jakarta, yang memberikan warna tersendiri pada cerita.
"Amsterdam, Juni 1999 ... Tidak ada alasan untuk meninggalkan Amsterdam pada musim panas. Inilah masa terbaik untuk bersepeda di sekitar Leidseplein dan Dam Square sambil menikmati sinar matahari yang merupakan surga tahunan bagi warga kota." (Halaman 1)
Kekurangan Buku
1. Plot yang Terkadang Terlalu Klise:
Beberapa bagian cerita mungkin terasa terlalu klise dan mudah ditebak, terutama pada bagian romansa antara Keenan dan Kugy. Hal ini bisa membuat beberapa pembaca merasa kurang terkejut dengan perkembangan alur cerita.
2. Panjang Novel yang Mungkin Terlalu Panjang:
Dengan lebih dari 400 halaman, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa cerita ini terlalu panjang dan mungkin ada bagian yang bisa dipadatkan tanpa mengurangi esensi cerita.
Dalam menganalisis novel "Perahu Kertas" kita juga dapat menggunakan teori pendekatan dari beberapa ahli, salah satunya teori dari M.H. Abrams. Teori pendekatan sastra yang dikemukakan oleh M.H. Abrams memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengevaluasi karya sastra dari berbagai sudut pandang. Dalam konteks novel "Perahu Kertas" karya Dewi Lestari, teori ini dapat membantu kita mengeksplorasi berbagai elemen penting dalam novel tersebut melalui empat pendekatan utama: objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik.Â
1. Pendekatan Objektif: Menilai karya sastra sebagai entitas otonom yang berdiri sendiri, tanpa memperhatikan faktor eksternal seperti pengarang atau pembaca.
2. Pendekatan Ekspresif: Melihat karya sastra sebagai cerminan dari perasaan, pandangan, dan pengalaman pribadi pengarangnya.