Mohon tunggu...
Galuh ApriliaPutri
Galuh ApriliaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo semua. Sedikit informasi tentang saya. Saya adalah seorang mahasiswa, hobi saya membaca dan menonton film. Favorit saya adalah kucing dan matcha.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh Memanjakan Single Mom Terhadap Psikologis dan Religiusitas Anak

18 Juni 2023   10:10 Diperbarui: 18 Juni 2023   10:15 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Karena tingkat religiusitas anak rendah disebabkan adanya pengaruh pola asuh permisif, dengan begitu tingkat keimanan anak menjadi lemah. Anak-anak tersebut akan menampakkan sikap acuh tak acuh dan tidak mau melaksanakan perintah dari syariat agamanya. Faktor internal yang berasal dari dalam diri anak tersebut terkait religiusitas adalah seperti sabda Rasulullah bahwa anak yang terlahir ke dunia adalah dalam keadaan fitrah (suci), dan yang membuat anak tersebut menjadi yahudi, nasrani, atau majusi adalah sebab orang tuanya.

   Selain faktor internal tersebut, ada faktor eksternal yang berasal dari luar anak tersebut. Anak-anak pada masa kanak-kanak awal memiliki teman sebaya yang mempengaruhi perilaku dan keagamaannya. Serta ada pengaruh dari lingkungan anak tersebut, seperti sekolah, guru atau pendidik, orang tua, dan lingkungan sosial masyarakat sekitarnya juga dapat mempengaruhi perilaku keagamaan anak.[6] 

   Emosi anak dapat terganggu dan akan menyebabkan perubahan perilaku anak pada hal negatif. Anak-anak single mom dengan pola asuh permisif dan disebabkan kehilangan figur ayah akibat perceraian ataupun ayah yang meninggal, menyebabkan anak tersebut minder atau iri pada anak-anak lain yang memiliki orang tua lengkap. Yang biasanya baik, sabar, mau beribadah menjadi berperilaku buruk, suka marah, malas beribadah, melawan orang tua, dan sebagainya.

Psikologis dan Religiusitas Ibu Tunggal Atau Single Mom

   Emosi pada seorang ibu tunggal atau single mom juga sangat penting untuk diperhatikan. Karena ibulah yang merawat, mendidik, dan mengelola semua kebutuhan dan kehidupan yang diperlukan untuk anaknya. Terlebih lagi seorang ibu tunggal yang bekerja dan berjuang untuk menafkahi anaknya tanpa adanya bantuan seorang suami yang juga berarti anak kehilangan figur ayah. Ibu tunggal yang sudah tidak memiliki suami akibat perceraian ataupun karena pasangannya meninggal juga akan berpengaruh pada psikologis dan religiusitasnya.

   Tidak adanya pasangan membuat ibu tunggal menjadi kurang dalam mengendalikan emosi pada anak-anak. Ibu jadi mudah marah, tersinggung, kasar, dan berperilakuan buruk karena beban tanggung jawab menjadi seorang ibu sekaligus seorang ayah bagi anak-anaknya. Dan juga religiusitas yang terganggu juga akan berpengaruh pada anak-anak tersebut, karena hanya ibulah yang mempunyai peran dalam mendidik perilaku keagamaan. Apabila ibu tunggal mempunyai ketidakstabilan emosi dan religiusitas, maka akan berdampak pula pada anak-anaknya.

   Ada peran ganda yang harus dilakukan oleh ibu tunggal atau single mom yaitu: Pertama, ibu tunggal yang tidak memiliki suami, harus berperan sebagai seorang ayah. Oleh karena itu, ibu tunggal harus bisa mengajarkan dan mendidik anak-anak seperti seorang ayah, agar anak tidak merasakan kehilangan figur ayah meski dengan peran pengganti. Seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga, menjadi sumber pengarah dalam hidup, tegas, mengayomi dan melindungi keluarganya. Bagi anak laki-laki peran ayah adalah menjadi panutan, dan bagi anak perempuan peran ayah adalah membantu bagaimana cara memberi respon yang baik terhadap lawan jenisnya.

   Kedua, ibu tunggal tentunya memiliki peran sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya. Seorang ibu memberikan kasih sayang, mengasuh, memelihara, dan membimbing dari segi emosional anak. Perilaku ibu juga berpengaruh pada kepribadian anak. Seperti ibu yang lemah lembut, baik, sabar, dan penyayang, maka anak-anak juga akan berperilaku seperti itu juga. Dan apabila ibu berperilaku buruk, maka anak akan melakukan hal yang sama.

   Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh single mom agar anak-anak mereka tidak memiliki perilaku yang menyimpang atau tidak baik. Pertama, seorang ibu tunggal harus mengetahui dan mengenal dirinya sendiri dengan baik. Kedua, seorang ibu harus memiliki kepribadian salihah agar anak-anak memiliki contoh atau panutan, sehingga anak-anak menjadi saleh dan salihah. Ketiga, seorang ibu harus memiliki pendidikan yang benar agar anak-anak juga mendapat pendidikan yang baik, terutama pendidikan keagamaan yang sesuai akidah Islam. Keempat, seorang ibu harus memperhatikan aspek-aspek untuk mendidik anak-anaknya. Beberapa aspek tersebut adalah agama, moral, tradisi, etika, serta spiritual. Kelima, seorang ibu harus memiliki keterampilan dalam mengatur rumah tangga dengan penataan yang baik, rapi, bersih, dan nyaman. Dengan begitu anak-anak akan menjadi betah dirumah.[7] 

   Meskipun seorang ibu tunggal memiliki peran ganda yang membebankan semua urusan padanya, seorang ibu tunggal juga harus meluangkan waktunya pada diri sendiri dan anak-anakya. Dengan begitu, anak-anak juga akan merasa disayang dan diperhatikan oleh ibunya. Tiga pembinaan karakter yang dapat dilakukan yaitu; Pertama adalah dengan adanya suasana harmonis yang diciptakan membuat anak serta ibu menjadi lebih dekat dan memperbaiki komunikasi, Kedua adalah dengan sama-sama memberikan rasa hormat antara anak dan ibu, dan untuk yang Ketiga adalah dengan mencontohkan sikap atau perilaku yang kepada anak, agar mereka bisa belajar bagaimana perilaku baik yang harus dilakukan.[8] 

   Seorang ibu tunggal yang memiliki psychological well-being atau seseorang yang sudah berada di tahap bahwa dia menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam kehidupan, akan membawa pengaruh positif pada single mom berdasarkan beberapa aspek diantaranya kemandirian, meningkatkan value  atau nilai dalam diri, berada di lingkungan yang tepat, memiliki tujuan hidup, bisa menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan mampu menerima diri sendiri dengan apa adanya tanpa sibuk membandingkan hidup atau pencapaian dari orang lain.[9] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun