Mohon tunggu...
Tika Gartikayati
Tika Gartikayati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Wanita biasa yang tidak punya pengaruh apa apa dan tidak bisa dipengaruhi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cinangerang Jalur Alternatif Menuju Baduy (bagian pertama)

10 Desember 2013   22:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu saya adalah peserta paling terakhir yang datang ke Statsiun Tanah Abang, setelah dua jam sebelumnya leader kami (Bang Ahmad) mengirimkan pesan singkatnya sebagai pengingat akan return to Baduy dan saya hanya membalas pesan singkatnya, akan segera datang dan sedang menunggu tukang ojek langganan jam 07.00 wib. Ternyata pesan singkat tersebut dibaca salah oleh Bang Ahmad dan mengira saya akan tiba jam 07.00 wib di Statsiun Tanah Abang (waduh..kacau balau).

Dua puluh menit kemudian saya sampai di Statsiun Tanah Abang dan langsung segera naik ke lantai satu, terlihat Bang Ahmad sudah dikelilingi oleh rombongan yang berjunlah 7 (tujuh) orang,  Tanpa buang waktu segera ikut bergabung dan memperkenalkan diri dengan peserta yang lain, tanpa disangka ternyata ada tiga peserta yang datang dari Jogjakarta dengan menggunakan kereta malam dan tiba pagi dini hari di Statsiun Senen dan salah seorang peserta dari Mamuju -Sulawesi Selatan. Sungguh kearifan budaya lokal baduy ini mengundang peserta dari luar Jakarta untuk mengetahuinya lebih dalam lain. Ruaarrr biasa.

[caption id="attachment_297770" align="aligncenter" width="300" caption="Tiket kereta keberangkatan (koleksi pribadi)"][/caption]

Segera setelah tiket kereta api didapat, akhirnya kami memasuki ruang keberangkatan dan Pak Ahmad mempersilakan bagi para peserta lainnya yang ingin membasuh diri atau sekedar membuang sesuatu untuk mendatangi toilet sebelum naik ke kereta api Ekonomi AC di gerbong 2  yang akan segera berangkat pukul 08.00 wib dengan waktu tempuh kurang lebih  2 jam perjalanan.

[caption id="attachment_297769" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana di dalam kereta AC Ekonomi pada saat keberangkatan (Mba Rea, Ibu Nurul, Aku (berbaju merah dan Mba Ayu putri dari Ibu Nurul) foto dipinjam dari koleksi Mba Rea"]

13866851951957057137
13866851951957057137
[/caption]

Perjalanan dua jam begitu terasa singkat ditambah obrolan yang tadinya hanya basa basi dengan peserta lain tetapi pada akhirnya menjadi akrab sehingga menjadi sebuah keluarga baru. Bu Nurul yang ikut bersama putrinya (Mba Ayu) ternyata juga mempunyai hobi yang sama yaitu travelling dan sudah beberapa kali ikut dalam rombongannya Bang Ahmad dan di travelling kali ini saya bisa mengenal beliau lebih dekat lagi,

[caption id="attachment_297771" align="aligncenter" width="300" caption="peserta dari Jogja (Mas Eko, Mba Melly dan Mba Wening) gambar dipinjam dari kamera mas Eko"]

13866861221932833903
13866861221932833903
[/caption]

Awalnya memang aku enggan untuk mengikuti perjalanan ke Baduy kembali, mengingat ada sedikit ke khawatiran pada perjalanan pertama mengalami sakit yang berurutan selama tiga minggu setelah kembali ke Jakarta, hal ini dimungkinkan karena kondisi badan yang tidak fit dan menempuh medan yang cukup berat (berjalan kaki selama kurang lebih 4 jam lebih) dan kurang istirahat setelah perjalanan sebelumnya ke Borobudur. Dan ketika bang Ahmad menawarkan perjalanan ke dua. secara halus saya menolak dan mengatakan boleh ikut tetapi dengan rute yang lain. Dan alamak ternyata permintaan saya dipenuhinya. Waduh bagaimana ini ???

[caption id="attachment_297772" align="aligncenter" width="300" caption="Berfoto sejenak di Statsiun Rangkas Bitung (foto dipinjam dari kamera Bang Ahmad)"]

13866862561908678950
13866862561908678950
[/caption]

Jam sepuluh akhirnya kereta yang kami tumpangi tiba di statsiun Rangkas Bitung, setelah berfoto sejenak sembari menunggu peserta yang lain yang sedang ke toilet, perjalanan diteruskan dengan menyusuri pintu belakang statsiun dan menunggu mobil elf yang sudah disewa untuk menuju ke Bojong Manik, Bojong Manik kata hatiku, bukankah perjalanan ini akan melewati Cijahe.  Dan menurut informasi sang supir dan kebetulan saya duduk samping pak supir, bang Ahmad meminta sang supir untuk mengantarnya sampai ke Cinangerang dan melewati jalan Bojong Manik, bukan Cijahe. Oohhhhh gituuuuw.

[caption id="attachment_297773" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah Elf mobil yang disewa sampai Cinangerang (koleksi pribadi)"]

13866866651280825451
13866866651280825451
[/caption] [caption id="attachment_297774" align="aligncenter" width="300" caption="Peta menuju Bojong Manik (koleksi pribadi)"]
1386686743298786727
1386686743298786727
[/caption] [caption id="attachment_297775" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu persimpangan ke Ciboleger dan Bojong Manik (koleksi pribadi)"]
13866868141367553130
13866868141367553130
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun