Sedangkan kata proletar oleh Cahyono dan Alhakim, didefinisikan sebagai proletarrius (rakyat jelata atau warga negara yang berada pada kelas terendah). Cahyono dan Alhakim kemudian mengutip penjelasan P. Engels dan Karl Marx tentang proletar. P. Engels menyatakan bahwa proletar merupakan kaum penerima upah yang diperas, yang keseluruhan hidupnya bergantung pada pekerjaan yang dilakukan.Â
Sedangkan Marx menegaskan bahwa kaum proletar merupakan kelompok masyarakat terbesar, yang harus merebut kekuasaan kapitalis untuk membentuk masyarakat yang tidak diklasifikasikan berdasarkan kelas-kelas. Soekarno sendiri menyatakan bahwa marhaenisme merupakan metode perjuangan dan asas yang menghendaki penghapusan kapitalisme dan imperialisme.
- Soekarnoisme
Besarnya peran Bung Karno pada masa pra-kemerdekaan hingga masa-masa awal kemerdekaan, menjadikan Beliau sebagai salah satu sosok yang berpengaruh besar dalam peradaban Bangsa.Â
Selain dikenal sebagai proklamator dan Presiden pertama, Beliau juga dikenal sebagai salah satu negarawan, yang menata dasar-dasar kebangsaan Indonesia. Konsep dan gagasan Bung Karno tentang kebangsaan Indonesia, bahkan bertahan hingga saat ini dalam bentuk Pancasila.Â
Konsep-konsep dan gagasan Bung Karno tentang Kebangsaan Indonesia yang demikianlah, yang kemudian ter kodifikasi dalam bentuk "Soekarnoisme". Juti dalam bukunya yang berjudul "Beladjar Memahami Sukarno-isme", menyatakan bahwa Soekarnoisme adalah sebutan bagi ilmu, paham, ajaran, teori, sistem, praktik, bahkan kebiasaan hidup yang ditemukan dan atau dilakukan oleh Bung Karno.
- De-Soekarnoisasi
Besarnya peran Bung Karno sebagai salah satu negarawan yang berpengaruh, ternyata disikapi lain oleh Jenderal Soeharto selaku suksesinya.Â
Sejarah mencatat, kekuasaan Bung Karno selaku Presiden mulai melemah sejak meletusnya peristiwa G30S/PKI. Melemahnya kekuasaan Bung Karno semakin terlihat, ketika Beliau pada akhirnya mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar).Â
Terlepas dari isinya yang hingga saat ini dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat dan pengamat, Supersemar pada akhirnya menjadi awal mula runtuhnya orde lama Bung Karno dan lahirnya orde baru pimpinan Jenderal Soeharto.Â
Sebagai suksesi Bung Karno, ternyata Soeharto tidak terlalu suka dengan besar dan luasnya pengaruh Bung Karno terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Permasalahan inilah yang kemudian mendorong Pak Harto untuk melakukan berbagai macam kebijakan, yang dinilai oleh para pengamat sebagai suatu upaya de-soekarnoisasi atau pelemahan atau penghapusan pengaruh Bung Karno dalam kehidupan masyarakat. Adapun berbagai upaya yang dilakukan oleh orde baru, antara lain adalah :
- Mengisolasi Bung Karno dari pengikut, simpatisan, dan seluruh masyarakat. Dalam hal ini, orde baru menetapkan Bung Karno sebagai tahanan rumah pada tahun 1967. Dampak isolasi tersebut bahkan mengakibatkan Bung Karno harus mewakilkan kehadiran dirinya kepada Bung Hatta, sebagai wakil pernikahan Guntur Soekarnoputra.
- Mengganti nama-nama tempat yang mengandung unsur Soekarno. Tidak hanya mengisolasi Bung Karno dari masyarakat, orde baru juga menetapkan kebijakan untuk mengganti nama tempat yang mengandung unsur Soekarno.Â
- Beberapa tempat yang namanya diganti oleh orde baru, antara lain adalah Stadion Gelora Bung Karno diubah menjadi Stadion Utama Senayan, Kota Soekarnoputra diganti menjadi Jayapura, dan Puncak Soekarno diganti menjadi Puncak Jaya.
- Menghilangkan peran Bung Karno dalam perumusan Pancasila. Sebagaimana yang kita pahami bersama, bahwa rumusan Pancasila yang digunakan saat ini merupakan rumusan yang digagas oleh Bung Karno. Namun fakta sejarah ini pernah berusaha untuk dihapus oleh orde baru, melalui ide yang disampaikan oleh Nugroho Notosusanto yang saat itu merupakan sejarahwan resmi orde baru dan dekat dengan militer.Â
- Notosusanto saat ini mengusulkan nama Mohammad Yamin, sebagai pengganti Soekarno. Selain berusaha menghapuskan nama Soekarno sebagai perumus Pancasila, tanggal kelahiran Pancasila juga diganti oleh orde baru menjadi 1 Oktober yang saat ini kita peringati sebagai hari kesaktian Pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H