Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Santri dan refleksi "Resolusi Jihad" KH. Hasyim Asyari."

23 November 2018   22:32 Diperbarui: 9 Desember 2019   08:03 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 29 Oktober 1945, presiden Soekarno dan wakil presiden Moch. Hatta serta Menhan Amir Sjarifuddin datang ke Surabaya. Tanggal 30 Oktober 1945, gencatan senjata dicapai tetapi butuh sosialisasi karena komunikasi terbatas dengan akibat masih taksi tembak-menembak di berbagai tempat di Surabaya. Malangnya, sore hari dalam usaha sosialisasi gencatan senjata, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas digranat oleh para pejuang  dengan serangan mendadak.

Terbunuhnya sang jendral besar inilah lantas menyulut peprangan dengn sekal yang lebih besar. Begitulah, , pada 31 Oktober 1945 Mayor Jenderal E.C.Mansergh mengeluarkan ultimatum yang sangat keras agar rakyat Surabaya menyerahkan pembunuh Mallaby dan seluruh masyarakat  yang bersenjata untuk menyerahkan diri. Kalau ultimatum tidak diindahkan, maka pada 10 November 1945 jam 10.00 Kota Surabaya akan dihancur leburkan  dari segala penjuru mulai  darat, laut dan udara.  Dan dalam hitungan Mayor Jenderal E.C.Mansergh, kota Surabaya akan jatuh dan bertekuk lutut hanya dalam tempo tiga hari.

Pertempuran besar di Surabaya pada 10 November 1945, yang menurut William H. Frederick (1989) sebagai pertempuran paling nekat dan destruktif -- yang tiga minggu di antaranya -- sangat mengerikan jauh di luar yang dibayangkan pihak Sekutu maupun Indonesia. Dugaan Mayor Jenderal E.C.Mansergh bahwa kota Surabaya bakal jatuh dalam tiga hari meleset, karena arek-arek Surabaya baru mundur ke luar kota setelah bertempur 100 hari.

Sementara ditinjau dari kronologi kesejarahan, Pertempuran Surabaya pada dasarnya adalah kelanjutan dari peristiwa Perang Rakyat Empat Hari pada 26 -- 27 -- 28 -- 29 Oktober 1945, yaitu sebuah Perang Kota antara Brigade ke-49 Mahratta di bawah komando Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby dengan arek-arek Surabaya yang berlangsung sangat brutal dan ganas, dengan kesudahan sekitar 2300 orang -- 2000 orang di antaranya pasukan Brigade ke-49 termasuk Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby yang terbunuh pada tanggal 30 Oktober 1945 -- tewas dalam pertempuran man to man itu. Dan Perang Rakyat Empat hari pada 26-27-28-29 Oktober 1945 itu terjadi akibat adanya seruan Resolusi Jihad PBNU yang dikumandangkan pada tanggal 22 Oktober 1945.

Biarpun tidak di(ter) catat atau sengaja dikaburkan dalam narasi resmi sejarah Pergerakan Revolusi Indonesia, Nama KH Hasyim Asy'ari dan para tokoh nahdliyin lainnya tokh akhirnya realitas sejarah akan terkuak dengan sendirnya. Ibarat intan berlian yang terbalut oleh lumpur dan kotoran, pada saatnya orang akan mencari dan menempatkan layaknya maqam dan derajatnya yang mulia.

Magelang, 15 November 2018.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun