Tiga titik centrum kosmos tersebut tersebut adalah Mikrokosmos ( Manusia), Makrokosmos (alam raya) dan Metakosmos (Tuhan, adikodrati).
Makna dari konsep keselarasan terlahir dari pemahaman relasi ketiganya yang kemudian termanifestasikan  dalam kesadaran sikap dan tindakan keseharian manusia.
Tidak heran jika kita masih menemukan konsep luhur (adi-luhung) yang masih tertanam kuat dalam kesadaran sebagian orang tua yang masih ngugemi (mempraktekkan) dalam keseharian hidup ditengah masyarakat. Kesadaran kosmologi jawa tersebut  bisa kita baca dan maknai dari tradisi yang sudah diberjalan sekian aabad lamannya. Seperti fase perjalanan hidup manusia mengalami apa yang disebut dengan siklus atau rotasi waktu yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Â
Mulai manusia masih dalam kandungan, fase ketika dilahirkan kedunia, masa kanak-kanak, menginjak dewasa, melangsungkan pernikahan, masuk pada masa tua dan kemudian meninggalkan dunia atau fase kematian.
Daur siklus kehidupan manusia tersebut dalam konsep Jawa tidak hanya dimaknai secara natural-biologi. Lebih dari itu, cara pandang filosofi jawa masih mempertautkan antara peristiwa alam  dengan gerak kesadaran spiritual manusai yang nyambung dengan kesadaran adi-kodrati. Jadi keberdaan manusia lahir dan hidup didunia kemudian menuju pada kematian harus mempunyai tujuan yang luhur dan agung.
Tujuan dalam siklus kehidupan tersebut adalah menjaga keselarasan dan keseimbangan dengan kenyatan alam semesta. Sehingga akan tercapai sebuah kesadaran tertentu yang kita sebut sebagai keharmonisan dengan alam raya disekitar kita.
Jika cara pandang manusia sudah menyatu dan terintegrasi dengan gerak kosmis alam semesta maka seluruh siklus alampun akan mudah untuk dipahami dan dicermati. Karena pada hakekatnya manusia adalah masih terhubung dalam relasi timbal-balik dari segitiga titik centrum antara Mikrokosmos-Makrokosmos-metakosmos.
Harapannya adalah seluruh kejadian yang tergelar diatas bumi dan dibawah kolong langit akan selalu terdeteksi terpantau dalam kesadaran yang utuh dan menyatu dengan alam. Sehingga memahami gejala alam akan tidak jauh beda dengan mengenali gejala yang ada didalam tubuh kita, mulai kelahiran, pertumbuhan, gejala sakit sampai pada fase menuju pada kematian.
Â
Â
Wallahu 'alam