Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyingkap Misteri "Cinta" dalam Keluarga

5 Maret 2018   00:14 Diperbarui: 7 Maret 2018   12:12 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jatuh bangunnya proses mengais rezeki tersebut kemudian sampai pada pilihan usaha budi daya jamur tiram sembari menjual hasil panenya keliling disekitar pasar kota  Kediri.

Alhamdulillah hari ke hari profesi ini saya jalani bersama istri mulai kelihatan hasilnya.  Tak terasa  tiga tahun sudah berlalu. Bertepatan pada awal tahun 2011 kami berdua di beri momongan yang kedua. Lahirlah sijabang bayi perempuan sesuai impian dari sang istri tercinta. Lengkap sudah harapan bagi keluarga yang mengidealkan anak dengan komposisi laki-perempuan.

Di tengah derai senyum sang ibu berbagi canda tawa dengan anak-anaknya, kami masih harus diuji kesekian kalinya. Di siang bolong di tengah terik matahari yang relatif panas. Terendus bau asap yang menyelinap masuk kerumah kontrakan yang terhitung sederhana. Kecurigaan bercampur gundah mulai merasuki pikiran dan benak saya.  Ternyata tidak meleset dan persis seperti yang kuduga. Ada sesuatu yang terbakar dan ternyata sumbernya adalah dari Kumbung (rumah jamur) yang selama ini menjadi ladang  dan tumpuan rezeki sehari-hari.

Dengan sigap saya langsung lari membawa timba seadanya dan menyiramnya. Apa boleh buat, karena ukuran kumbung (rumah jamur) yang demikian besar dengan kapasitas kurang lebih 10 ribu log ( media tumbuh jamur) ditambah dengan bahan baku bangunan yang dari bambu dan atap daun tebu kering membuat si jago merah melahap dengan ganasnya.

Tidak selang lama orang --orang kampung sekitar rumah hiruk pikuk lalu lalang dengan gerakan acak ikut ramai-rami menyelematkan. Spontan tanpa komando mereka berbagi peran. Sebagian ikut memadamkan api yang berkobar dengan alat seadaanya. Bahkan ada pula yang mengarahkan jet-pump dan sanyo  untuk ikut berduel dengan sijago merah. Ada hal lan yang tak terpikir, disaat pada puncak kepanikan, istri saya malah menangis karena kedua anaknya raib dari rumah.   

Tapi alhamdulillah ternyata para ibu-ibu mempunyai inisiatif untuk menyelamatkan anak-anak kami yang keduanya masih balita tanpa sepengetahuan istri saya.

Sebuah pengurbanan dan perjuangan yang panjang dan melelahkan lenyap dan musnah begitu saja dalam hitungan jam. Sekian materi dan aset yang sudah terlanjur terbakar tidak jadi soal. Tapi kumpulan jerih payah, semangat,cita-cita bahkan impian yang saya bangun  dari hari kehari bersama istri cukup berat untuk dilupakan.

Slot kisah ketiga.

Pasca tragedi kebakaran tersebut akhirnya kami memutuskan untuk merapat kembali ke kota Magelang. Lewat pompaan semangat dari sang istri akhirnya saya harus pontang-panting kerja serabutan seadanya. Pada prinsip yang penting anak istri tidak terbengkalai. Jadilah saya ikut proyek pengadaan yang kebetulan pimpronya adalah teman akrab saya ketika dulu pernah satu atap disebuah pekerjaan penelitian dan media di Jogya. Tidak selang lama saya pun akhirnya memutuskan untuk memulai berdikari kembali.

Setelah berembug dan sharing dengan istri akhirnya memilih tradding sayuran segar. Kita beli grosiran segar dari puncak gunung Sumbing dan Merapi setelah terkumpul kita lempar ke kota Yogyakarta. Lagi-lagi Tuhan masih menguji saya unutuk yang kesekian kalinya.  Tepat pukul 2 pagi buta Mobil yang saya pakai armada bawa sayur tiba-tiba menghantam 3 mobil yang sedang parkir dipinggir jalan. Menurut laporan dari banyak saksi sempat melihat bahwa mobil yang saya kendarai berguling-guling beberapa kali hingga ketengah-tengah ruas jalan Tol Solo --Jogya. Tabrakan beruntun itu terjadi dikarenakan saya lepas kendali karena ketiduran disaat nyopir.

Wajar saja kantuk berat menimpa saya karena jenis profesi ini memaksa orang untuk kerja maraton.  Mulai belanja, memilih barang, menata barang, nyopir hingga melempar barang kepedagang sayur semua saya lakukan sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun