Terpikirkan nggak bagaimana cara kami makan? Pakai sendok? Bukan. Maksudnya makanannya didapat dari mana begitu. Karena di depan kantor jangan berharap ada yang jual siomay, cilok, batagor, tahu gejrot, atau gula kapas. Jadi, ada sebuah surga kecil bernama Nimbokrang. Nimbokrang ini adalah distrik terdekat dari kantor, tempat puskesmas tadi berada. Nimbokrang adalah wilayah transmigran yang berasal dari Jawa, jadi tidak heran daerah ini juga disebut sebagai kampung Jawa. Awalnya saya sempat kaget saat Sholat Ied di sana (Yeah, pegawai PLN harus rela Idul Fitri tidak di kampung halaman) karena orang-orang mengobrol dengan bahasa Jawa. Haha.
Di Nimbokrang ini alhamdulillah masih ada swalayan kecil, pom bensin yang tidak jelas jam bukanya, dan warung-warung makan dengan rahasia dapur lidah Jawa. Lumayan lah untuk sedikit mengobati rindu. Bahkan kalau saya selesai makan di Nimbokrang dan mau bayar ke Ibu penjual kadang saya bilang, “Sampun, Bu,” (Sudah, Bu). Hahaha ini di Papua atau di Jawa sih. Untunglah harga di sana masih lumayan normal, Lalapan Ayam Rp 25.000,00, Nasi Telor Rp 15.000,00. Mahal ya? Iyalah kalau dibandingkan dengan harga Jawa. Haha. Itulah kenapa sesama pegawai PLN jangan iri dengan tunjangan kemahalan Papua, orang di sini harganya dua kali lipat harga pada umumnya kok. Hehe. Harus pinter-pinter nabung untuk bisa pulang kampung. :”)
Dapur Kantor mengebul hasil belanja bahan makanan di Pasar Nimbokrang dan dimasak oleh Oma kantin kantor yang senantiasa memasakkan kami untuk menjaga kami tetap hidup. Terimakasih Oma.
Anyway, dikarenakan di mess tidak ada sinyal, banyak teman-teman pegawai yang tidur di kantor. Para fakir-fakir internet. Haha. Mau bagaimana lagi, kami kebanyakan termasuk generasi millenials. Meski begitu, ketika mesin ada gangguan, kami bekerja tidak kenal waktu. Tidak peduli apa yang terjadi di luar sana, apakah itu cacian orang, kritik yang tidak berdasar pengetahuan, atau apapun yang sejenisnya, kami selalu melakukan yang terbaik. Meski jika listrik menyala kami tak menuai pujian, karena memang kami hanya menjalankan tugas, dan menerima pujian memang bukanlah salah satu tugas kami.
Hiburan
Saya tidak dapat menuliskan banyak tentang hiburan yang ada di kantor. Hahaha. Tapi yang pasti, teman-teman harus punya stock film atau drama Korea yang banyak, agar tidak stress. Karena berada di lingkungan yang sepi tanpa ada pusat keramaian bisa memicu stress ringan (nggak tau sih teori dari siapa kayaknya ngarang). Atau yang paling mudah adalah dengan pintar-pintar menghibur diri sendiri.
Epilog
Jadi… Begitulah cerita singkat pegawai PLN di pelosok hutan. Masih banyak pegawai PLN yang berjuang dengan kondisi serba minim, tapi tetap memberikan yang terbaik. Semoga kita selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, termasuk listrik yang kita nikmati, karena dibalik listrik yang menyala, ada keringat yang mengucur, ada nyawa yang terancam, ada waktu yang tercurah, ada rindu yang belum tuntas, dan ada doa yang selalu bertebaran untuk keselamatan.
Dan semoga yang selanjutnya… Semoga banyak yang baca tulisan ini, banyak yang share, dan semoga saya bisa menang. Karena kalau menang, uangnya saya pakai untuk pulang kampung. Pernyataan ini dibuat dengan sangat amat jujur, tapi semuanya bergantung pada jempol baik hati teman-teman. Sampai jumpa! (:
JE LK2 Angkatan 50.