Mohon tunggu...
GALIH RAKA PRATAMA
GALIH RAKA PRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

Saya hobi menciptakan karya melalui sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahun Baru dan Jakarta

7 Januari 2025   16:06 Diperbarui: 7 Januari 2025   16:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap tahun baru, saya selalu merayakannya bersama keluarga di rumah, dengan suasana hangat dan penuh keakraban. Namun, kali ini, saya punya rencana berbeda. Sebagai mahasiswa semester 5 di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, saya merasa butuh sebuah pengalaman baru, yang lebih seru dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Saya berencana untuk menghabiskan malam tahun baru di Jakarta bersama dua teman dekat saya, Fajar dan Andi. Sebuah liburan kecil yang saya rasa sangat menyenangkan untuk mengisi akhir tahun yang penuh tantangan.

            Namun, sebelum semuanya bisa berjalan lancar, saya harus meminta izin kepada orang tua. Tentu saja, ini bukan hal yang mudah. Apalagi saya sudah terbiasa merayakan malam tahun baru bersama keluarga, dan kali ini, saya berencana untuk pergi jauh dari rumah, ke ibu kota yang sibuk dan penuh kemeriahan.

            Pada sore hari tanggal 29 Desember, Saya memutuskan untuk berbicara dengan orang tua. Saya tahu ini akan menjadi percakapan yang agak menegangkan, tapi saya juga merasa sudah cukup dewasa untuk mengurus diri sendiri.

"Sore, Bu, Yah," saya membuka pembicaraan dengan suara hati-hati.

"Kenapa, Miff ?" tanya ibu, sambil menatap saya dengan penasaran. Ayah yang duduk di sebelah ibu hanya mengangguk pelan, memberi tanda agar saya melanjutkan.

"Jadi begini, saya dan teman-teman, Fajar dan Andi, rencananya ingin pergi ke Jakarta untuk merayakan malam tahun baru. Kami berencana pergi malam tanggal 30 dan kembali ke Bandung tanggal 1 siang," saya menjelaskan perlahan.

            Ibu dan ayah saling pandang. Saya bisa melihat raut wajah mereka yang sedikit khawatir, apalagi saya akan pergi jauh dari rumah. Selama ini, saya selalu merayakan malam tahun baru dengan mereka, dan mungkin kali ini terasa berbeda.

"Jakarta? Jadi kamu mau pergi bertiga aja?" tanya ayah dengan nada yang agak serius.

"Iya, Yah. Kami akan menginap di hotel yang sudah kami pesan sebelumnya. Kami akan menjaga diri dan pastikan tidak berkeluyuran malam-malam," jawab saya mencoba meyakinkan.

Ibu menarik napas dalam-dalam. "Tapi Jakarta kan ramai banget, banyak orang di luar sana. Kami khawatir kamu ada apa-apa nanti," kata ibu dengan khawatir.

            Saya mengerti kekhawatiran orang tua, apalagi Jakarta memang terkenal dengan kemacetan dan keramaian yang tak terduga. Namun, saya mencoba meyakinkan mereka dengan tenang. "Saya paham, Bu. Saya dan teman-teman akan berhati-hati. Kami juga sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Kami juga hanya akan berada di tempat-tempat yang aman, seperti Bundaran HI, untuk melihat kembang api, dan tidak akan pergi ke tempat yang terlalu jauh atau sepi."

Ayah mengangguk pelan, sepertinya sedang mempertimbangkan. "Kamu sudah cukup dewasa untuk memutuskan itu. Tapi ingat, kamu harus menghubungi kami setiap saat. Jangan sampai ada apa-apa."

Akhirnya, setelah percakapan panjang dan beberapa kali dijelaskan tentang rencana saya, orang tua saya akhirnya memberi izin. "Baiklah, tapi kamu harus selalu jaga diri, ya. Dan jangan lupa minta tolong pada teman-temanmu agar tetap berhati-hati juga."

Saya merasa lega dan sangat bersyukur bisa mendapat izin. "Terima kasih, Bu, Yah ! Saya janji akan hati-hati."

            Aku tidak pernah membayangkan bahwa liburan akhir pekanku kali ini akan penuh dengan cerita tak terlupakan. Bersama teman-teman seangkatan, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di Jakarta. Sebuah keputusan yang awalnya hanya untuk mengisi waktu luang, namun berakhir dengan pengalaman seru yang menyisakan banyak kenangan. Hari itu, 30 Desember, kami semua berangkat menuju ibu kota dengan semangat tinggi. Kami tak sabar menikmati setiap sudut Jakarta yang penuh kehidupan, makanannya yang lezat, hingga momen-momen tak terduga yang kami alami.

            Pukul 17.00, kami berangkat dari Bandung dengan menggunakan mobil sewaan. Kami sepakat untuk tidak terburu-buru, menikmati perjalanan dan melihat-lihat pemandangan sepanjang jalan. Bandung-Jakarta memang tidak terlalu jauh, namun macetnya jalanan sering kali membuat perjalanan terasa lebih lama. Namun, kami sudah mempersiapkan mental untuk itu. Obrolan ringan dan tawa kami mengisi kebosanan sepanjang perjalanan, ditambah dengan playlist lagu yang membuat suasana makin hidup.

            Sekitar pukul 21.00, kami tiba di Jakarta. Kami langsung menuju hotel tempat kami menginap yang terletak di sekitar kawasan Sudirman, tidak jauh dari Bundaran HI. Hotel ini cukup nyaman dan lokasinya sangat strategis, sehingga kami bisa dengan mudah mengakses berbagai tempat wisata di sekitar kota. Setelah check-in, kami segera memutuskan untuk keluar mencari makan malam.

"Gimana kalau kita coba sate taican?" tanya Fajar, salah satu teman sekelompok yang sudah sering ke Jakarta.

            Aku mengangguk setuju. Sate taican memang terkenal di Jakarta sebagai makanan khas yang harus dicoba. Kami pun meluncur ke salah satu tempat makan yang cukup terkenal di Jakarta Selatan, tepatnya di kawasan Kemang. Tak sampai setengah jam, kami pun sampai di tempat tersebut.

            Di sini, sate taican disajikan dengan cara yang sedikit berbeda. Daging ayam yang empuk dipadukan dengan bumbu kacang yang kaya rasa, ditambah dengan potongan lontong yang pas di lidah. Rasanya sangat nikmat! Kami duduk bersama, menikmati hidangan sambil bercanda. Piring-piring kami hampir habis, tetapi tawa kami masih terus terdengar. Malam itu, makan sate taican terasa sempurna.

Namun, petualangan kuliner kami tidak berhenti di sana. Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat lain yang tak kalah populer, yaitu Gultik (Gulai Tikungan) yang terkenal di Jakarta. Gultik yang terletak di kawasan Tanjung Duren itu memiliki rasa yang menggugah selera. Gulai dagingnya sangat kaya akan rempah, membuat setiap suapan menjadi kenikmatan tersendiri. Kami pun tidak segan-segan untuk memesan porsi besar agar bisa puas menikmati hidangan.

Perut kenyang, hati senang. Kami berjalan-jalan sebentar di sekitar tempat makan, menikmati suasana malam Jakarta yang begitu hidup. Setelah itu, kami kembali ke hotel untuk beristirahat, karena besok kami berencana untuk mengunjungi beberapa tempat lagi.

            Esok paginya, kami memulai hari dengan sarapan di salah satu coffee shop yang ada di sekitar hotel. Kami memilih coffee shop yang terkenal dengan berbagai menu kopi unik dan suasananya yang cozy. Kami duduk dengan nyaman, menikmati secangkir kopi sambil berbincang tentang rencana kami hari ini. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dan kami pun sudah siap untuk menjelajah Jakarta.

            Tujuan pertama kami adalah Bundaran HI. Menjelang malam, kami mendengar bahwa akan ada pertunjukan kembang api yang meriah di sana, sebagai bagian dari perayaan Natal dan Tahun Baru. Kami bersemangat menyaksikan pertunjukan tersebut, yang pasti akan menambah kemeriahan liburan kami.

            Namun, perjalanan menuju Bundaran HI tidak semulus yang kami bayangkan. Macet! Begitu tiba di jalan-jalan utama, kami langsung terjebak dalam antrian panjang kendaraan. Macet di Jakarta memang sudah jadi pemandangan sehari-hari, tetapi rasanya tetap saja bikin frustrasi. Kami berusaha tetap sabar, meski kemacetan itu membuat kami agak terlambat.

"Gila, macet banget sih! Apa Jakarta kayak gini tiap hari?" tanya Andi dengan nada kesal.

"Iya, Jakarta emang gini. Coba aja kalau hari libur panjang," jawab Fajar dengan santai.

            Namun, meski kemacetan yang membuat kami sedikit kesal, kami tetap berusaha menikmati perjalanan. Kami sampai di Bundaran HI sekitar pukul 22.00, dan suasana di sana benar-benar luar biasa. Banyak orang berkumpul di sepanjang trotoar, menanti pertunjukan kembang api yang akan segera dimulai.

            Kami pun memilih tempat yang cukup strategis di seberang jalan, dekat dengan air mancur. Langit mulai gelap, dan suasana semakin meriah dengan suara musik yang mengiringi pertunjukan kembang api. Lalu, saat yang kami tunggu pun tiba. Di atas langit Bundaran HI, kembang api mulai meledak dengan warna-warni yang indah. Setiap ledakan kembang api disambut dengan sorakan meriah dari orang-orang yang berkumpul di sekitar kami. Momen itu benar-benar magis, mengingatkan kami bahwa meskipun hidup sering kali dipenuhi kemacetan dan kesulitan, selalu ada momen-momen indah yang membuat semuanya terasa lebih ringan.

            Setelah menikmati pertunjukan kembang api, kami kembali ke hotel dengan perasaan puas. Pagi harinya, sebelum kembali ke Bandung, kami memutuskan untuk sarapan di sebuah coffee shop yang terkenal dengan pemandangannya yang indah. Kami duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi dan berbincang tentang liburan kami yang singkat namun penuh warna. Kami menceritakan segala hal yang kami alami, mulai dari kemacetan yang membuat jengkel, makan sate taican yang lezat, hingga kembang api yang menyihir mata. Semua pengalaman itu membuat liburan kami terasa sangat berharga.

            Kami kemudian memutuskan untuk pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, membeli beberapa oleh-oleh kecil untuk keluarga dan teman-teman di Bandung. Seperti halnya setiap liburan, waktu terasa begitu cepat berlalu. Kami harus kembali ke Bandung siang itu juga, karena sudah ada tugas kuliah yang menunggu.

            Perjalanan pulang terasa lebih lancar. Meskipun sedikit lelah, kami merasa puas dengan segala yang kami alami selama 24 jam di Jakarta. Liburan yang singkat, namun meninggalkan kenangan yang tak akan terlupakan. Setibanya di Bandung, kami membawa pulang cerita yang pasti akan terus kami kenang, dan kami berjanji untuk kembali ke Jakarta suatu saat nanti, untuk melanjutkan petualangan baru yang lebih seru.

            Sambil menghubungi orang tua di rumah, saya merasa sangat bersyukur karena akhirnya bisa merasakan liburan yang berbeda, meski jauh dari keluarga. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan, dan saya berjanji untuk selalu menjaga diri serta tidak mengecewakan orang tua yang telah memberikan izin untuk liburan kali ini.

            Liburan kali ini mengajarkan kami banyak hal, salah satunya adalah pentingnya menikmati momen bersama teman-teman, meskipun dalam kondisi yang tidak selalu sempurna. Jakarta, dengan segala hiruk-pikuknya, kemacetannya, tetapi juga dengan keceriaan dan keindahan yang ditawarkan, membuat kami merasa hidup. Sate taican, gultik, kembang api, dan coffee shop yang nyaman adalah sebagian kecil dari pengalaman yang kami nikmati, dan semuanya menjadi bagian dari cerita indah yang kami bawa pulang ke Bandung. Sebuah liburan singkat yang tak akan kami lupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun