Esok paginya, kami memulai hari dengan sarapan di salah satu coffee shop yang ada di sekitar hotel. Kami memilih coffee shop yang terkenal dengan berbagai menu kopi unik dan suasananya yang cozy. Kami duduk dengan nyaman, menikmati secangkir kopi sambil berbincang tentang rencana kami hari ini. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dan kami pun sudah siap untuk menjelajah Jakarta.
      Tujuan pertama kami adalah Bundaran HI. Menjelang malam, kami mendengar bahwa akan ada pertunjukan kembang api yang meriah di sana, sebagai bagian dari perayaan Natal dan Tahun Baru. Kami bersemangat menyaksikan pertunjukan tersebut, yang pasti akan menambah kemeriahan liburan kami.
      Namun, perjalanan menuju Bundaran HI tidak semulus yang kami bayangkan. Macet! Begitu tiba di jalan-jalan utama, kami langsung terjebak dalam antrian panjang kendaraan. Macet di Jakarta memang sudah jadi pemandangan sehari-hari, tetapi rasanya tetap saja bikin frustrasi. Kami berusaha tetap sabar, meski kemacetan itu membuat kami agak terlambat.
"Gila, macet banget sih! Apa Jakarta kayak gini tiap hari?" tanya Andi dengan nada kesal.
"Iya, Jakarta emang gini. Coba aja kalau hari libur panjang," jawab Fajar dengan santai.
      Namun, meski kemacetan yang membuat kami sedikit kesal, kami tetap berusaha menikmati perjalanan. Kami sampai di Bundaran HI sekitar pukul 22.00, dan suasana di sana benar-benar luar biasa. Banyak orang berkumpul di sepanjang trotoar, menanti pertunjukan kembang api yang akan segera dimulai.
      Kami pun memilih tempat yang cukup strategis di seberang jalan, dekat dengan air mancur. Langit mulai gelap, dan suasana semakin meriah dengan suara musik yang mengiringi pertunjukan kembang api. Lalu, saat yang kami tunggu pun tiba. Di atas langit Bundaran HI, kembang api mulai meledak dengan warna-warni yang indah. Setiap ledakan kembang api disambut dengan sorakan meriah dari orang-orang yang berkumpul di sekitar kami. Momen itu benar-benar magis, mengingatkan kami bahwa meskipun hidup sering kali dipenuhi kemacetan dan kesulitan, selalu ada momen-momen indah yang membuat semuanya terasa lebih ringan.
      Setelah menikmati pertunjukan kembang api, kami kembali ke hotel dengan perasaan puas. Pagi harinya, sebelum kembali ke Bandung, kami memutuskan untuk sarapan di sebuah coffee shop yang terkenal dengan pemandangannya yang indah. Kami duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi dan berbincang tentang liburan kami yang singkat namun penuh warna. Kami menceritakan segala hal yang kami alami, mulai dari kemacetan yang membuat jengkel, makan sate taican yang lezat, hingga kembang api yang menyihir mata. Semua pengalaman itu membuat liburan kami terasa sangat berharga.
      Kami kemudian memutuskan untuk pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, membeli beberapa oleh-oleh kecil untuk keluarga dan teman-teman di Bandung. Seperti halnya setiap liburan, waktu terasa begitu cepat berlalu. Kami harus kembali ke Bandung siang itu juga, karena sudah ada tugas kuliah yang menunggu.
      Perjalanan pulang terasa lebih lancar. Meskipun sedikit lelah, kami merasa puas dengan segala yang kami alami selama 24 jam di Jakarta. Liburan yang singkat, namun meninggalkan kenangan yang tak akan terlupakan. Setibanya di Bandung, kami membawa pulang cerita yang pasti akan terus kami kenang, dan kami berjanji untuk kembali ke Jakarta suatu saat nanti, untuk melanjutkan petualangan baru yang lebih seru.
      Sambil menghubungi orang tua di rumah, saya merasa sangat bersyukur karena akhirnya bisa merasakan liburan yang berbeda, meski jauh dari keluarga. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan, dan saya berjanji untuk selalu menjaga diri serta tidak mengecewakan orang tua yang telah memberikan izin untuk liburan kali ini.