Suatu pengantar; Siapa itu Taliban?
Taliban bukanlah kelompok ekstrimis yang sama seperti al-Qaeda ataupun ISIS. Taliban adalah pemain paling signifikan di Afghanistan mereka hanya menginginkan Afghanistan, dapat dikatakan mereka adalah gerakan nasionalis yang kemudian ingin membebaskan negaranya dari negara lain sebut saja Amerika. Al-Qaeda adalah kelompok jihad transnasional yang berusaha membangun kembali jaringannya. Begitu pula ISIS, tetapi perjuangan mereka tidak akan mudah karena mereka adalah musuh bebuyutan al-Qaeda dan Taliban," seperti yang dialporkan oleh BBC. Sebenarnya ini jelas dalam resolusi DK PBB nomor 1998, pada awalnya Taliban merupakan kelompok yang dimasukan kedalam kesamaan dengan kelompok Alqaeda/ISIS pada 2002, kemudian berkembang karena terjadi penolakan dan tuntutan dari negara sahabat sebut saja salah satunya Indonesia, mencabut paradigma dan blacklist oleh PBB kepada Taliban.
Perlu kita ketahui bersama bahwa; Taliban adalah kelompok yang memperjuang kebebasan masyarakat Afganistan dari intervensi negara lain yang kemudian mendalangi sebuah pemerintahan boneka, oleh negara lain. sebut saja Amerika dan sistem pemerintahan boneka yang dibentuknya dalam kepemimpinan Ashraf Ghani dan wakilnya Amrulah salleh sebelumnya. Taliban mengingini pemerintah yang bebas tanpa ada kontrol dari pihak lain. Dan membangun kembali Afganistan sesuai dengan ajaran islam.
Afghanistan dalam Rezim Pemerintahan Taliban
Pengambilalihan dan keberhasilan Taliban dalam  mengambilalih wilayah Afghanistan saat ini, jauh lebih cepat dari perkiraan banyak orang. Keberhasilan ini bukanlah sebuah keberhasilan Taliban melainkan keberhasilan semua masyarakat Afghanistan dalam mengusir penjajah.  Jenderal Austin Miller, komandan misi pimpinan AS di Afghanistan memperingatkan pada Juni awal sebelum terjadi transisi kekuasaan, bahwa afganistan kemungkinan menuju perang saudara yang kacau.
Jadi, logikanya ketika kemunduran Amerika adalah; dimana Amerika sadar bahwa dalam kurun waktu dekat atau beberapa tahun kedepan pasti Taliban akan berkuasa kembali.  Selai itu kemunduran AS tersebut adalah  strategi untuk memecah Afganistan menuju perang saudara. Namun pasukan pemerintah dan kelompok pejuang Taliban sadar bahwa jika terjadi perlawanan maka akan terjadi perang saudara yang sangat buruk. saya pikir jelas disini dalam pidato Presiden Ghani bahwa lebih baik dia meniggalkan negaranya dari pada harus berperang dengan rakyaktnya sendiri. Begitulah yang terjadi jika tidak ada kesesuaian antar pejuang Taliban dan Pasukan militer Pemerintahan presiden Asraf Ghani, yang tiba-tiba kehilangan dukungan dari Amerika.
Kondisi Afganistan pasca transisi kekuasan pada tahun lalu yang ditandai dengan berpulangnya pasukan militer AS, mengalami gejolak dan itu benar adanya, mulai dari  kekhawatiran dan ketakutan masyarakat Afganistan terhadap sebuah rezim yang baru. Saya pikir, kita semua pasti akan mengalami hal yang sama jika kita berada pada sebuah negara yang selalu dilanda konflik dan perang. Pada awal berpulangnya Amerika, Taliban hampir menguasai Afghanistan sepenuhnya. Selain itu, kondisi di Afganistan berangsur membaik di berbagai wilayah seperti Kandahar, Kobul, Herat dan Masyar i-syarif, dan beberpa provinsi lainya. hal ini ditandai dengan aktivitas masyrakat yang sudah berjalan sebagaiman mestiya, kemudian: sekolah-sekolah berjalan seperti biasa serta tidak ada pembatasan secara khusus bagi perempuan baik dalam menjakaun wilayak publik ataupun sekolah. Jadi semua orang memiliki kebebasanya yang sesuai porsinya. Saya pikir disini jelas bahwa pernyataan mentri luar negeri Taliban  Amir Khan Mutaqqi dalam pertemuan Afghanistan di Islamabad yang dihadiri negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan beberpa negara lain bahwa: penguasah baru Afghanistan mebolehkan perempuan menggeluti pendidikan dan bekerja.
Sejauh ini Pemerintahan Taliban belum memiliki agenda luar negeri, seperti yang disampaikan juru bicara  Mulla Bradar politisi urusan politik Taliban dalam wawancaranya dengan media Indonesia, "bahwa kami memiliki agenda politik kami dalam negeri untuk membebaskan negara kami dari pendudukan pihak lain, ini adalah bagian dari hak kami dan seluruh masyarkat Afghanistan untuk merdeka. Setelah itu kami akan membangun kembali negara kami dan membentuk kehidupan yang lebih baik mulai dari membuka lapangan kerja dan membuat negara kami berkembang. Itu adalah fokus kami saat ini, dan disaat yang bersamaan kami tidak akan pernah mengisinkan orang lain untuk mengunakan afganistan untuk melawan negara lain." Hal tersebut kemudian jelas dapat kita temukan dalam Perjajian Doha.
Krisis Kemanusian Afghanistan dan Tantangan untuk Rezim pemerintahan Taliban saat ini.
Megutip dari VOA Indonesia (2022); Â Program Pangan Dunia PBB (WFP) mencatat tingkat kelaparan akut di negara tersebut mencapai rekor baru dimana sekitar 23 juta atau lebih dari setengah populasi negara tersebut mengalami kelaparan akut. Sedangkan hampir sembilan juta warga lainnya berada dalam kondisi hampir terjebak dalam situasi kelaparan. Sekitar hampir 1 juta balita berisiko meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Empat per lima dari negara ini mengalami kekeringan yang parah atau serius. Sekitar 70 persen orang Afghanistan tinggal di daerah pedesaan, dan 85 persen memperoleh pendapatan dari pertanian. Sekitar 3,5 juta warga Afghanistan telah mengungsi akibat kekerasan, kekeringan dan bencana lainnya, termasuk di antaranya sejumlah 700.000 warga yang mengungsi pada tahun lalu. Sedangkan menurut laporan Program Pembangunan PBB (UNDP); 97% warga Afghanistan jatuh dalam garis kemiskinan akut pada pertengahan 2022, sedangkan setengah dari populasinya hidup dalam kemiskinan sebelum Taliban berkuasa pada tahun lalu.
Saat ini, bentuk ancaman tidak lagi dilihat dari bentuk ancaman tradisional yang hanya mengembangkan konsep ancaman dalam bentuk kekrasan dan militer. Terlepas dari itu, ancaman terhadap keamanan manusi sudah mengalami transformasi ke hal-hal yang non tradisonal, yang kemudian mencakupi ancaman ekonomi, ancaman pangan, ancaman politik, ancaman lingkungan, dll-.
Kondisi Afghanistan saat ini, tidak terlepas dari campur tangan asing sebut saja Amerika. selain itu, pembekuan aset Afghanistan diluar negeri yang bernilai jutaan dolar, mendorong terciptanya krisis kemanusian itu sendiri. Amerika adalah salah satu negara yang turut serta melakukan pembekuan aset tersebut. Saya pikir, seharusnya Amerika perlu bertanggung jawab atas situasi yang terjadi di Afghanistan saat ini, bukan malah makin memperburuk keadaan pasca meninggalkan Afghanistan tahun lalu. Pembekuan aset tersebut, sebenarnya dilatarbelakangi atas bentuk ketidaksukaan Amerika terhadap Taliban. Namun, sikap yang diambil malah melibatkan masyarakat Afghanistan yang sebenarnya bukan bagian dari Taliban itu. Hal ini kemudian menjadi miris dan lucu menurut saya, tetapi begitulah kondisi politik global saat ini.
Jika media CNN mampu mempengaruhi kebijakn Amerika di Somalia mengenai kelaparan, mengapa Al Jazeera dan media di Timur tengah lainya tidak mampu melakukan hal yang sama seperti CNN? Akan menjadi sulit jika kita menganalisanya dari pendekatan ekonomi-politik, organisasi media dll-. Saya pikir akan menjadi sia-sia jika media itu tidak dapat dipengaruhi oleh sebuah Rezim.
Selain itu, krisis kemanusian di Afghanistan terus mengalami pelonjakan yang tak tahu kapan harus berakhir. Bantuan kemanusian dari negara lain menjadi terhambat dan tidak efektif, karena pada dasarnya sebuah negara tidak dapat mengirim bantuan kemusian secara langsung ke Afghanistan jika negara tersebut belum mengakui Taliban sebagi pemerintahan yang sah saat ini. Oleh karena itu, kita perlu sebuah wadah perantara sebut saja lembaga INGO, organisasi kerjasama islam (OKI), sebagi media penyambung tangan dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan di Afghanistan. Dengan cara apa? OKI perlu membangun kantor cabang di Doha sebagai perantara yang kita sebut tadi. Karena pada dasarnya Afghanistan merupakan bagian dari OKI itu sendiri. Terlepas dari peran OKI, masyarakat Internasional perlu menyeruhkan akan ketidak adilan dalam pembekuan aset tersebut. Masyarakat internasional perlu mendorong lembaga inernasional seperti PBB, untuk kembali mendorong pembukaan aset Afghanistan yang dibekukan di luar negeri. Dengan demikian dana tersebut dapat digunakan untuk pembanguna kembali negaranya pasca konflik dan perang selam dua dekade terakhir yang berdampak pada human crisis.
Literatur;
BBC Indonesia. 2021. Afghanistan: Apa perbedaan Taliban, al-Qaeda, dan ISIS?. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-58417924, diakses pada 25/3/2022.
https://youtu.be/ncEZSjKse98, WAWANCARA EKSKLUSIF: Juru Bicara Taliban. Diakses pada 25/3/2022.
Jafar M. Sidik. Menyelamatkan Afghanistan dari Krisis Kemanusian. https://www.antaranews.com/berita/2595237/menyelamatkan-afghanistan-dari-krisis-kemanusiaan, diakses pada 24/3/2022.
VOA Indonesia. 2022. Krisis Kelaparan dan Kemiskinan di Afghanistan Makin Memprihatinkan. https://www.voaindonesia.com/, diakses pada 25/32022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H