Harmoni : "Kau taakan mengerti Al! ini adalah mimpiku dan kau orang yang baru aku temui sudah bisa menceramahi ku? aneh sekali!" (Harmoni bergegas berdiri dan menggebrak meja dihadapannya).
Alden : "Harmoni, bukan itu maksudku, kemarilah dulu" (sambil menggenggam tangannya seolah mencegah Harmoni untuk pergi).
Alden : "Maafkan aku, ayo kita duduk dulu, kita selesaikan ini bersama."
(Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun duduk kembali dan berupaya membangun suasana baik seperti semula)
Alden : "Harmoni, coba lihat sekelilingmu dan rasakanlewat hatimu, pejamkan mata dan ikutilah alur imajinasimu."
(Harmoni mulai memejamkan mata, dia mulai berimajinasi dan mengatakan..)
Harmoni: "Al!, aku terpikirkan sesuatu. Bagaimana jika dalam ceritaku, tokoh utamanya menemukan inspirasi di tempat-tempat yang tidak lazim, seperti toko teh ini? Bagaimana kalau teh bukan hanya minuman, tapi juga penanda perjalanan jiwa tokoh?"
Alden: "Menarik! Teh sebagai penanda perjalanan batin tokoh, sebuah perspektif yang jarang dipertimbangkan. Mungkin kamu bisa menggambarkan perubahan dalam diri tokoh seiring dengan minuman teh yang diminumnya di berbagai momen krusial" (dengan tatapan senang dan tersenyum penuh semangat).
Harmoni : " Yaa! aku bisa menyoroti perubahan dalam dirinya seiring dengan jenis teh yang diminumnya. Alden!!! Ini benar-benar membuka ide-ide segar untuk ceritaku." (dengan nada yang bersemangat)
Harmoni : "Bagaimana denganmu? apakah sudah menemukan hal yang kau cari?"
Alden: "Ya mungkin hampir, aku pikir dalam musikku, aku terlalu fokus pada harmoni yang sudah ku kenal. Mungkin aku harus mendekati musik dengan cara yang berbeda. Apakah kamu punya saran?"