Mohon tunggu...
Galih Adithia
Galih Adithia Mohon Tunggu... Freelancer - Sang Petualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Leave your comment bellow !

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebab Bulan Februari Hanya Ada 28 Hari, Ini Sejarah Singkatnya

15 Juni 2023   15:15 Diperbarui: 15 Juni 2023   15:30 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sukabumiupdate.com

Bulan Februari bisa dibilang menjadi bulan paling menarik dan unik. Bukan karena hari kasih sayang atau Valentine, namun karena bulan ini hanya memiliki jumlah hari yang sedikit, yaitu 28 hari.Selain itu, Februari juga memiliki keunikan lain dimana setiap empat tahun sekali terdiri dari 29 hari.

Hal tersebut tentunya berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya di dalam kalender yang terdiri dari 30 dan 31 hari.

Bukan tanpa sebab, ternyata perbedaan jumlah hari dalam bulan Februari dibandingkan bulan-bulan lainnya dilatarbelakangi sejarah kalender Syamsiah yang berakar pada kalender bangsa Romawi.

Penasaran dengan asal usul mengapa bulan Februari hanya 28 hari? Simak penjelasannya berikut ini.

Karena raja Romawi Kuno yang percaya takhayul

Alasan bulan Februari hanya memiliki 28 hari berkaitan dengan kombinasi takhayul kuno dan untuk ketepatan waktu. Ini semua berawal dari raja Romawi Kuno kedua yakni Numa Pompilius.

Sebelum ini, raja pertama Romawi Kuno yakni Romulus, tidak menghitung hari Januari dan Februari dalam kalender karena dia merasa itu tidak penting.

Saat itu di awal tahun tidak menghasilkan panen apapun karena masih musim dingin. Jadinya, perhitungan tanggal berawal dari bulan Maret hingga Desember.

Dilansir Britannica, kalender Romawi pertama memiliki total 10 bulan saja.

Enam dari bulan tersebut memiliki 30 hari dan empat di antaranya memiliki 31 hari. Totalnya, bertambah menjadi 304 hari per tahun.

Ketika Pompilius mengambil alih Romawi Kuno, dia memutuskan untuk menambahkan bulan Januari dan Februari ke kalender agar sinkron dengan kalender lunisolar yang mengikuti mengikuti garis bujur matahari dan fase bulan, menjadi total memiliki 12 bulan.

Januari dan Februari masing-masing memiliki 28 hari. Namun, takhayul Romawi pada saat itu menyatakan bahwa angka genap tidak membawa keberuntungan, sehingga Raja Numa Pompilius berusaha menyingkirkan sebanyak mungkin tanggal genap dari kalender.

Hampir setiap bulan memiliki 29 atau 31 hari karena angka genap dianggap sial, namun perubahan tersebut membuat kalendernya memiliki total 354 hari, tetap berjumlah genap.

Akhirnya bulan Januari ditambahkan satu hari menjadi 29 hari, membuat total dalam setahun adalah 355 hari.

Pompilius kemudian menentukan satu bulan ‘sial’ yang memiliki jumlah hari yang genap, dan ditetapkan bulan Februari sebagai bulan sial tersebut yang hanya memiliki 28 hari.

Raja Numa Popilius memutuskan pada bulan Februari sebagai bulan ritual Romawi untuk menghormati orang mati, karena sebagai bulan sial yang terdiri dari 28 hari.

Dampak dari mengganti kalender yang 355 hari menjadi 365 hari

Sebelumnya, dalam satu tahun dihitung sebanyak 355 hari, sebelum raja Romawi Kuno yang terkenal yakni Julius Caesar mengubahnya menjadi 365 hari dengan menambahkan 10 hari ekstra.

Ketika Julius Caesar mengambil alih kekuasaan Romawi, dia menyusun ulang seluruh perhitungan kalender, dan menyesuaikan panjang tahun dengan matahari.

Ia sengaja membuat Februari tetap memiliki 28 hari. Pengaturan ini ternyata cocok dengan sistem perhitungan musim dan akhirnya tetap dipertahankan hingga sekarang.

Dari segi ilmiah, karena peristiwa bumi mengelilingi matahari

Perhitungan periode penanggalan kalender secara umum adalah berdasarkan peristiwa bumi mengelilingi matahari sesuai garis edarnya atau revolusi bumi, yang membutuhkan waktu 365,25 hari dan kemudian digenapkan menjadi 365 hari dalam setahun untuk memudahkan perhitungan kalender.

Tahun kabisat sebagai penyempurna perhitungan kalender

Nah, untuk mengganti sebagian hari yang hilang tersebut, satu hari ditambahkan ke Februari setiap empat tahun sekali yang disebut sebagai ‘tahun kabisat’.

Jadinya, setiap tahun kabisat, bulan Februari tidak hanya punya 28 hari, namun 29 hari.

Bulan Februari ternyata penuh dengan fakta-fakta unik di baliknya, yang membuatnya menjadi bulan dengan jumlah hari paling sedikit dan memiliki tahun kabisat setiap 4 tahun sekali. Ada yang lahir di tanggal 29 Februari?

**Jangan lupa tinggalkan tanggapan kalian di kolom komentar ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun