Mohon tunggu...
Galeh Pramudianto
Galeh Pramudianto Mohon Tunggu... Guru - https://linktr.ee/galehpramudianto

Pengamat langit-langit kamar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

ASEAN Literary Festival 2014: Pojok Pengarang yang Benderang

19 April 2014   07:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13978404851205079511

“Tidak ada yang menjamin adanya laporan berapa buku yang terjual di setiap toko buku, kalau ada mungkin tidak begitu valid karena masih kurangnya transparansi. Tapi kalau print on demand, maka buku itu tidak mubazir dan jelas berapa yang terbeli” ujar Bajang.

Selain itu ia juga menerangkan tentang penulis dari Indonesia yang bukunya ditolak penerbit di Indonesia karena menggunakan bahasa Inggris, namun bukunya sukses di Amerika. Ia menjelaskan bahwa kita tidak usah malu karena menerbitkan dengan uang sendiri , karena toh sama-sama melewati standar penerbitan konvesional untuk menerbitkan buku seperti editing, layout, proofreading dan cover. Menurutnya penerbit indie itu harus merubah frame dan memiliki pasar masing-masing. Penulis dari penerbit indie itu harus punya pembaca setia.

Sementara dari Nulisbuku, Ega menceritakan bahwa mesin print percetakan yang dipunya perusahaannya, jika digunakan untuk menerbitkan buku itu hasilnya seperti recehan. Karena berbeda jauh hasilnya dengan mesin itu sendiri. “Ibaratnya seperti punya Ferrari tapi buat jalan-jalan ke pasar.” Ega menambahkan bahwa nulisbuku itu bukan seperti penerbit, melainkan isebuah platform untuk semua orang dapat menerbitkan buku. Seperti di youtube, dari mulai yang profesional hingga yang jelek banget dan enggak jelas semua ada. Makanya tagline kami Publish Your Dream.

Berbeda lagi kisahnya dari Katabergerak. “Kita memang awalnya tidak memliliki latar belakang tentang industri buku dan penerbitan. Katabergerak secara fisik memang tidak ada, saya sebagai co-founder disini. Semua dikerjakan secara remote, dapat kita kontrol semua.” Terang Diki.

“Bulan April ini minimal ada 30 buku puisi yang terbit di Indonesia, tapi tidak dari Katabergerak saja. Informasi ini A1, yaitu sangat kredibel” seloroh Diki. Sampai saat ini Katabergerak mengkhususkan kepada buku-buku sastra, tidak akan menerbitkan buku lain selain prosa dan puisi. Seperti novel, puisi dan cerpen.

Selanjutnya, Damhuri menerangkan awal mulanya ia berada di penerbit Koekoesan karena saat itu dia diajak oleh Rieke Dyah Pitaloka dan suaminya, Donny Gahlar, Saat itu ia sedang tidak ada pekerjaan, dan ia direkrut untuk mengelola penerbitan yang dibentuk mereka berdua.

Menurutnya direct selling itu sistem jualan utamanya. Ia mencontohkan novel filsafat itu tidak begitu laku jika dijual di toko buku konvesional, tapi kalau kita jual kepada mahasiswa filsafat pasti akan laku. “Cara kami membangun Koekoesan hingga kini adalah dengan bekerjasama dengan toko buku online seperti Jual Buku Sastra, merawat pembeli-pembeli setia dan selalu memberitahukan informasi terkait buku-buku kita.”

“Apakah orang yang tidak mempunyai nama besar bisa menerbitkan buku?” tanya salah seorang pengunjung ketika dibuka sesi pertanyaan. “Kalau bicara terkenal itu cocoknya di dunia selebritas. Contohnya seperti ini, di penerbit kami itu bila ada buku karangan kaliber sastrawan, namun tidak memenuhi kualitas maka akan kami tolak. Karena ada masanya penulis besar itu karyanya mengalami penurunan, dan itu kita tolak saja.”

Selain itu bagi penerbit kecil atau indie, menjadi sebuah kebanggan kalau penerbit melahirkan penulis-penulis berkualitas yang baru. Karena baginya dunia sastra itu kecintaan kita pada literasi dan lingkaran alam kultural kita. “Buku penting itu harus terbit, dan buku penting itu pasti ada pembacanya” pungkas Damhuri.

Pergerakan dan Komunitas Penulis Sastra


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun