Mohon tunggu...
Galbert
Galbert Mohon Tunggu... Pengangguran -

Mengisi waktu dengan mendeskripsikan situasi Pemerintahan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibalik Pengawasan Proyek 31,8 Milliar (Part-1)

17 November 2015   05:15 Diperbarui: 10 Desember 2015   17:05 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan dan Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur hampir rampung melaksanakan proyek Pembangunan Terminal Tipe A di Bangkalan. Nilai Anggaran yang telah dialokasikan dalam APBN maupun APBD kurang lebih sebesar Rp 31,8 Milliar.

Pelaksanaan proyek yang sifatnya multiyears ini berlangsung sejak tahun 2012 dan  berada dalam tahap ke IV pada tahun 2015.

Hasil Pengamatan Kompasianer terhadap informasi lelang, ditemukan bahwa pekerjaan dengan total nilai kontrak sebesar Rp. 27.989.261.000 (APBN) + Rp 3.844.635.000 (APBD JATIM) yang berlangsung sejak tahun 2012 tersebut terdiri dari 12 Paket yaitu, 4 paket fisik dengan sumber dana APBN, 4 paket fisik dengan sumber dana APBD dan 4 paket supervisi dengan sumber dana APBN, dengan Nilai Pagu Masing-Masing Paket sebagai berikut :

Rp   9.640.000.000,- (APBN 2015 - Tahap IV Fisik)

Rp      360.000.000,- (APBN 2015 - Tahap IV Supervisi)

Rp   1.000.000.000,- (APBD 2015 - Tahap IV)

Rp 12.095.845.000,- (APBN 2014 - Tahap III Fisik)

Rp      404.155.000,- (APBN 2014 - Tahap III Supervisi)

Rp   1.000.000.000,- (APBD 2014 - Tahap III)

Rp   4.809.445.074,- (APBN 2013 - Tahap II Fisik)

Rp      190.554.926,- (APBN 2013 - Tahap II Supervisi)

Rp   1.000.000.000,- (APBD 2013 - Tahap II)

Rp   4.875.000.000,- (APBN 2012 - Tahap I Fisik)

Rp      125.000.000,- (APBN 2012 - Tahap I Supervisi)

Rp      950.000.000,- (APBD 2012 - Tahap I)

Dengan nilai yang tergolong fantastis ini, supervisi proyek pembangunan terminal tipe A bangkalan disinyalir tidak efektif sehingga merugikan keuangan Negara.

Menurut Narasumber kompasianer Pelaksanaan pekerjaan dan supervisi proyek ini terkesan asal jadi dan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku dari segi aspek teknis, dapat dilihat dari kualitas hasil pekerjaan berdasarkan foto hasil survey di lapangan. “Itu mah edaan. Teman saya yg suka main proyek dan mark up proyek saja masih punya hati, apalagi kalo proyek konstruksi. Dia ga mau ambil resiko keselamatan. Lihat gambarnya saja saya sudah bisa bilang keterlaluan.” Papar Rudi melalui komentarnya terhadap artikel buah karya pengawasan 350 Juta.

Gideon selaku anggota tim pengawasan independen juga menambahkan bahwa dari segi penyerapan dana, Pekerjaan yang telah menelan anggaran sebesar 31,8 Miliar ini tidak menunjukkan kualitas yang sepadan dengan nilainya. “memang proyek tersebut sedang dalam pelaksanaan, tapi kalo dilihat hasil pekerjaannya yang sudah selesai ya estetikanya buruk sekali, kualitas pekerjaan konstruksi ini bisa saya katakan tidak sepadan dengan nilai 30 Milliar” paparnya.

Berikut adalah dokumentasi foto hasil pekerjaan dan kutipan dari tanggapan pengawas proyek yang akan dibahas dalam tulisan selanjutnya.

Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Tanggapan Pengawas : “waktu itu ada yang bocor, atap itu, kalau setahu saya, yang sekarang dibongkar, setahu saya lho,  itu pake seng, padahal iklim disana seperti itu, kemarin saya minta ke pemborong untuk memperbaiki, pemborong yang sekarang, tak suruh memperbaiki diganti galvalum, ternyata setelah diperbaiki, belum selesai hujan, jadi memang sengnya pake seng, jadi seng itu kalo musuh iklim disana mas ya, hancur ndak umur lama.”

Tanggapan Pengawas : “loh, itu gini, karna itu nanti memang kalau dari ded-nya dipersiapkan pake precast, gitu lo mas, kolom precast itu nanti dimasukkan 80 centi kedalam pasangan pondasi itu, makanya pondasi itu nggak diisi cor, karena nanti dimasukkan ke dalam, ketika dislot, dicor, baru pake panel, gitu, makanya gak pake bekisting cuman gitu tok, makanya saya juga kaget kok seperti itu. ”

Tanggapan Pengawas : “kesannya masangnya jelek, itu saya jelaskan, karna memang di rab itu untuk oskop nggak ada, oskop pinggiran, na oskop itu keluar biaya sendiri, kalo itu nggak ada, saya masangnya gak bisa, kadang saya masang, yang segi empat tak suruh motong-motong.”

Tanggapan Pengawas : “kalau saluran ini, menurut saya lo mas, saya jawab sederhana saja, ini karena satu peristiwa alam, karna gini, posisi urugan ini kan belum stabil, memang kalo kita lihat di rab nya, gak ada pemadatan, wes cukup diurug gitu tok, gak ada pemadatan, nah kemudian saluran ini, menyusul pekerjaannya, jadi urugan belum sempurna, ini nyusul, sehingga ketika dilewati truk-truk yang melakukan pengurugan itu, mesti ada pengaruhnya, walupun secara kasat mata ya, kalo kita liat kasat mata gak ada pengaruh, sebenarnya itu ada, tekanan tanah itu ada, karena memang belum distabilkan.”

Tanggapan Pengawas : “Ini karena dilewati truk-truk itu, Ini nanti mas, sebenarnya sifatnya gak struktur bangat, karena nanti ditutup tanah, itu kemarin gini mas, jadi masyarakat minta saluran crossing, jadi saya minta pemborongnya untuk membuat saluran crossing ini, sebenarnya diluar ded yang ini, jadi ini nanti diurug tanah.”

Apa Tanggapan Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Dan Ahli Konstruksi Tim Pengawasan Independen mengenai hasil pengamatan dan klarifikasi kompasianer bersama Pengawas Pekerjaan Proyek Ini?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun