Saham Death Star merupakan saham perusahaan yang diperkirakan sudah mencapai puncak pertumbuhan bisnisnya sehingga sulit melakukan ekspansi bisnis atau inovasi alias 'mentok'. Perusahaan seperti ini biasanya sudah menguasai pasar selama puluhan tahun. Di tingkat nasional, produk dari perusahaan ini telah tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Kita ambil contoh saham PT. Unilever Indonesia (UNVR). UNVR sebagaimana diketahui telah menguasai pangsa pasar consumer goods selama puluhan tahun. Produk UNVR ini telah tersebar hingga ke pelosok mulai dari Sabang sampai Merauke. Bisa dikatakan hampir tidak ada orang Indonesia yang tidak mengenal produk UNVR ini.
Meskipun UNVR selalu berhasil menghasilkan keuntungan yang konsisten, namun secara bisnis UNVR sudah sulit melakukan ekspansi. Karna hampir seluruh daerah di Indonesia sudah dimasuki oleh UNVR. Untuk ekpansi ke luar negeri pun UNVR akan kesulitan karna di negara lain juga telah ada Unilever di negara tersebut. Sehingga yang dapat dilakukan Unilever Indonesia saat ini hanyalah mempertahankan pangsa pasar agar tidak tergerus oleh kompetitor. Sedangkan untuk bertumbuh sudah sulit.
Jangankan untuk untung multibagger, saham jenis ini akan cenderung sideways atau bahkan merosot harganya. Hal ini terbukti ketika selama 5 tahun ke belakang harga saham UNVR terus merosot hingga 50%.Â
Ciri lainnya untuk jenis saham Death Star ini biasanya memiliki valuasi yang sudah terlalu tinggi. Valuasi tinggi tidak selalu buruk untuk perusahaan yang masih memiliki ruang ekpansi yang luas dan terus bertumbuh. Namun, kombinasi antara valuasi yang sudah terlalu tinggi dan bisnis yang sudah mentok ibarat harga saham yang sudah berada di puncak gunung, sehingga tidak ada arah lain selain turun.
Itulah 2 jenis saham yang sebaiknya kamu hindari jika ingin mendapatkan keuntungan belipat-lipat atau multibagger dari investasi saham. Tentu saja untuk bisa meraih multibagger tidak cukup hanya dengan memilih saham yang tepat namun dibutuhkan juga mindset investasi yang benar, analisa perusahaan dan prospek bisnis, hingga aspek psikologis yaitu kesabaran. Untuk lebih rinci akan kita coba bahas pada artikel berikutnya. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H