Kasus pembullyan sedang hangat pada saat ini, terutama di sekolah-sekolah menengah yang selalu ramai menjadi perbincangan mengenai kasus pembullyan. Para pelaku kebanyakan memiliki kelompok untuk melakukan tindak pembullyan. Biasanya terjadi ketika jam istirahat, waktu pulang sekolah, bahkan bisa terjadi ketika tidak di daerah sekolah Hal ini dapat menjadi dampak buruk untuk korban pembullyan dari segi psikis, ada yang tidak kuat menanggungnya dan berakhir mengenaskan.Â
Apa Motif Dibalik Pembullyan?
Menurut Seorang psikolog Bali, Ni Nyoman Ari Indra Dewi, M.Psi. Alasan di balik kasus bullying cukup marak terjadi pada usia remaja seperti kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku, ketidakmampuan mengelola emosi hingga akhirnya memicu hasrat untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tentunya korban yang mengalami tindakan pembullyan akan dirugikan, oleh karena itu perlu penanganan untuk tradisi bullying ini, Tetapi upaya untuk menghilangkan pembullyan tidaklah mudah, tentunya memerlukan usaha yang lebih untuk mewujudkannya.
Kasus Bullying Yang Sempat Viral
Bullying sering terjadi di kalangan pelajar, terdapat beberapa kasus yang tidak dapat lepas dari sorotan publik seperti "Kasus Bullying SMA Binus School Serpong" dan "Kasus perundungan Siswa SMP Cilacap". Para pelaku di kasus di Binus School Serpong mengaku bahwa tindak kekerasan yang dilakukan bergantian kepada korbannya merupakan tradisi tidak tertulis untuk bergabung dalam kelompok. Disisi lain kasus siswa SMP Cilacap tidak kalah memprihatinkan, dalam video berdurasi 4 menit 14 detik memperlihatkan aksi kekerasan kepada korban berkali-kali hingga tersungkur.
Tanggapan Publik Terhadap Kasus Pembullyan Terbagi  Menjadi dua sisi
Terdapat dua respon publik terhadap pembullyan. Di satu sisi, respon publik meningkatkan kesadaran akan bahaya bullying dan dampaknya terhadap korban. Hal ini mendorong tuntutan yang lebih kuat untuk menghukum pelaku bullying dengan setimpal dan mengakui pentingnya edukasi tentang bullying dan pencegahannya.
Namun, di sisi lain, respon publik juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Beberapa korban bullying dihujani stigma dan perundungan online. Fokus pada pelaku bullying juga dikhawatirkan dapat memicu balas dendam. Selain itu, masih terdapat kurangnya pemahaman tentang akar penyebab bullying dan solusi yang komprehensif.
Berdasarkan Kasus dan respon publik diatas, dapat disimpulkan bahwa respon pro publik mendukung pihak korban dan berharap agar pelaku dihukum sesuai dengan perbuatannya. Dan untuk respon kontra publik yang bersifat menyerang bagi pelaku dapat memicu balas dendam.
Dalam upaya untuk menghapus tradisi bullying, kuncinya terdapat pada kesadaran individu mengenai dampak negatif dari tindakan yang dilakukan. Orang tua juga memiliki tanggung jawab dalam membina dan mengawasi anaknya. Kemudian sanksi yang diberikan kepada pelaku perlu diperjelas.
Dengan usaha yang dilakukan tersebut, diharapkan bisa menghapuskan tradisi bullying dan menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang. Bullying merupakan masalah sosial yang perlu diatasi bersama, maka dari itu perlu adanya bantuan dari pihak lain untuk membantu mengatasi pembullyan. Perlu diingat bullying bukan masalah sepele, mari bersama-sama menghapus tradisi bullying untuk kebaikan generasi bangsa.
Galang Esa Rizky, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta, Angkatan 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H