Mohon tunggu...
Galang
Galang Mohon Tunggu... Lainnya - Whatever will be, will be

Hanya manusia sederhana yang suka beropini terhadap fenomena yang terkadang diluar nalar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Cinta Masa Depan

27 Oktober 2020   20:58 Diperbarui: 27 Oktober 2020   21:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source:shutterstock.com

Gadis pujaan hatiku,

Melalui coretan tintaku ini

Kucurahkan semua rasa yang terpendam terhadap dirimu

Kumulai dari saat pertama kita bertatap muka

Waktu itu,

Tuhan memunculkan ciptaannya yang nyaris sempurna tepat di depan mataku

Dengan suara cemprengmu, 

Kau sapa aku dengan senyuman indah yang terlukis di wajahmu

Tentu sama seperti jejaka diluar sana,

Aku kagum akan indahnya sosokmu

Namun tentu saja, 

Aku belum tahu apakah hatimu sama indahnya dengan parasmu

Hari demi hari berlalu, 

Aku dan kau mulai sering bertegur sapa

Tapi ada satu hal yang belum kuberitahu

Sebenarnya rasa gugup selalu menyerangku

Tentu sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna ,

Aku bisa mengatasi hal itu

Bukan perkara sulit bagiku untuk menyembunyikannya

Kulanjutkan ceritaku lebih jauh,

Kau tentu tahu terkadang manusia juga bisa menjadi lemah

Walau benih itu tak kutabur

Entah bagaimana ia tumbuh memenuhi hatiku

Ya, secara terang-terangan aku katakan

Aku telah jatuh hati padamu

Dan seketika aku merasa hina

Sosok sepertimu tentu layak mendapatkan yang terbaik

Dan kau pun tahu, 

Kata sempurna tak pernah melekat pada diriku

DASAR AKU TAK TAHU DIRI!!

Bagaimana mungkin jelata sepertiku keluar jalur

Mungkin aku harus menabung agar dapat membeli cermin

Tapi untungnya, 

Kau tak akan pernah mendengar hatiku bicara

Syukurlah,

Setidaknya kita masih bisa saling menatap dan bertukar cerita 

Akan kusimpan goresan tinta ini dalam dokumen pentingku

Dan hingga saatnya tiba, 

Akan kuberikan secarik kertas ini padamu

Biarkan aku berkelana mencari kesempurnaan 

Dan hingga saat itu tiba, 

Kuharap belum ada pangeran yang mempersuntingmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun