Mohon tunggu...
Galang
Galang Mohon Tunggu... Lainnya - Whatever will be, will be

Hanya manusia sederhana yang suka beropini terhadap fenomena yang terkadang diluar nalar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bapak

27 Oktober 2020   14:26 Diperbarui: 27 Oktober 2020   14:39 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesin waktu membawaku ke 21 tahun silam

Diasana, di sebuah istana mewah kulihat beberapa sosok yang tak asing lagi dimataku

Ada seorang raja yang masih terlihat gagah

Seorang ratu yang senyumannya mampu memberi ketenteraman jiwa

Dan dua orang putri berparas cantik jelita yang pastinya akan menjadi idaman para pujangga kelak

Sementera itu, 

Seorang anak kecil laki-laki polos tengah berlari-lari mengejar kupu-kupu cantik

Ya,aku tahu dia adalah aku

Memalukan sekali seorang laki-laki bermain dengan kupu-kupu

Sungguh memalukan!! 

Senyum tipis terbingkai di wajahku mana kala menyaksikan kembali kisah keluarga istana ini

Tentu saja aku sangat mengagumi sosok sang Raja

Ketegasannya, kharismanya, kasih sayangnya

Dan beribu hal lain yang tak mungkin kuberitahu satu persatu

Rajalah yang menjaga istana megah itu dari serangan kerajaan lain

Ia akan berdiri di barisan paling depan manakala istana dalam bahaya

Ia tak membutuhkan serdadu

Karena ia yakin ia cukup kuat dengan dengan dirinya sendiri 

Dengan begitu, 

Sang Ratu dan para buah hatinya bisa membuang jauh-jauh rasa risaunya

Walau terkadang raut wajahnya terlihat letih

Namun ia tak pernah mengeluh

Rasa cintanya terhadap istana dan insan yang ia lindungi memberinya kekuatan yang tak akan pernah habis

Anak laki- laki kecil itu tentu sangat terkesima

Ia bertekad, suatu hari ia akan menggantikan peran sang Raja saat Raja merasa masa baktinya berakhir 

Dan mesin waktu membawaku dimasa seharusnya aku berada

Kini hanya ada sang raja dan ratu yang menemaniku tumbuh

Dua putri cantik jelita telah dipersunting pangerannnya

Dapat kulihat perawakan Raja yang tak sekekar dulu

Dan Ratu yang senyumannya tak luntur tergerus usia

Kini saatnya peran Raja kuambil alih

Memimpin istana yang sudah berumur ini

Dan menciptakan sendiri istana baruku

Dialah inspirasiku, 

Rajaku

Bapak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun