Makam Mbah Lancing adalah makam unik yang berada di Desa Mirit dimana selain dianggap keramat, makam ini juga diselimuti oleh ratusan lembar kain jarik pemberian para peziarah yang hajatnya terpenuhi.
Saat mendengar nama "Mbah Lancing" mungkin tidak akan setenar nama pejuang kemerdekaan ataupun pendakwah yang lain seperti walisongo. Namun, ulama yang dulunya disebut Kyai Baji ini adalah salah satu orang yang turut menyebarkan agama islam khususnya di wilayah Kebumen sehingga tak heran banyak orang yang juga menyebut beliau sebagai salah satu wali.
Ketika mengunjungi Makam Mbah Lancing yang berada di komplek Pemakaman Wonoyudo di Desa Mirit ini, peziarah akan merasakan hawa yang teduh dan juga angin yang sejuk karena paguyuban desa sekitar masih menjaga keasrian lingkungan yang dipenuhi dengan pepohonan rindang membuat komplek makam nyaman dijadikan sebagai tempat wisata rohani yang mungkin sudah ada sejak sebelum kemerdakaan Republik Indonesia.Â
Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan Makam Mbah Lancing ini berdiri, hingga kini juru kunci makam juga sudah berganti beberapa generasi yang mana dilakukan secara turun temurun setelah juru kunci sebelumnya meninggal.
 Lokasi Makam Mbah lancing sedikit terpisah dengan makam yang lain di sekitar komplek. Sebelum sampai ke pusara, kita akan disuguhkan dengan pintu masuk berupa bangunan tradisional jawa yang berbentuk Rumah Joglo dengan halaman yang cukup luas. Di dalam pendopo terdapat ruangan yang mana sering digunakan sebagai tempat membaca tahlil dan yasin oleh para peziarah sebelum akhirnya sampai ke Pusara Mbah lancing.
                                                 Â
Peziarah yang datang ke Makam Mbah Lancing tidak hanya warga sekitar kebumen saja. Banyak pengunjung yang datang dari seluruh penjuru Pulau Jawa dan Sumatera, bahkan saat bulan sya'ban tiba, jumlah peziarah akan meningkat derastis hingga ribuan orang.Â
Moment ini banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar yang memiliki usaha terutama disektor kuliner untuk menambah pendapatan dan berjualan di sekitar makam karena pengunjung berdatangan selama hampir 24 jam dan bahkan banyak yang menginap di makam.
"Makam Mbah lancing sudah menjadi langganan destinasi wisata religi setiap tahunnya, banyak pengunjung yang datang dari luar pulau juga seperti Sumatera dan sekitarnya. Selain dianggap keramat oleh warga sekitar, Makam Mbah Lancing juga diyakini sebagai tempat yang mustajab untuk berdoa dan meminta sesuatu Kepada Allah SWT.", ujar Pak Edi sebagai salah satu tokoh masyarakat di Desa Mirit.
Selain sekedar berziarah, banyak pengunjung yang datang ke makam karena memiliki hajat tertentu seperti ingin menjadi calon legislatif, bupati atau sedang merintis usaha dan meminta diberikan kelancaran dan kemurahan rezeki.Â
Setelah hajat mereka terpenuhi, biasanya orang tersebut akan datang kembali ke makam dan meletakan kain jarik di atas Pusara Mbah Lancing yang tentunya juga ditemani dengan juru kunci.Â
Selain itu, pelajar di desa sekitar juga sering mengunjungi makam menjelang dilakukannya ujian di sekolah masing masing untuk berdoa meminta kemudahan dan kelulusan.Â
Tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi ini lahir, namun menurut warga sekitar, hal ini sudah lumrah dilakukan dan bahkan kini makam tersebut secara resmi telah dijadikan sebagai cagar budaya yang diakui oleh pemerintah yang harus kita jaga sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia yang unik dan tentunya menarik minat wisata dari luar daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H