Media tanam sangat dibutuhkan dalam bercocok tanam atau budidaya  tanaman. Salah satu media tanam untuk media tanam adalah Cocopeat. Dipadukuhan Sorogenen II, Kelurahan Nomporejo, Kabupaten Kulon Progo DIY banyak dijumpai pohon kelapa. Pohon kelapa memiliki banyak sekali manfaat yang bisa diambil bukan hanya buahnya saja, namun serabut kelapa juga mempunyai manfaat tersendiri.
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat untuk mengelola limbah kelapa merupakan faktor utama terjadinya penumpukan sampah limbah kelapa. Sabut kelapa sebenarnya dapat bernilai tinggi, jika kita bisa mengolahnya dengan baik dan benar yang nantinya dapat mengurangi penumpukan limbah sabut kelapa tersebut. Maka dari itu, KKN 062 UMY, DPL Rinasa Agistya Anugrah, Ir., S.Pd., M.Eng dan Tokoh masyarakat bapak Agung Nur. melakukan penyuluhan dalam pengolahan limbah sabut kelapa menjadi cocopeat yang dapat digunakan sebagai alternatif media tanam organik yang memiliki manfaat yang baik bagi tanaman.
Cocopeat juga disebut sebagai coco fiber yang berasal dari serat sabut kelapa yang dipisahkan dan dikeringkan. Cocopeat memiliki daya serap air yang cukup tinggi, mampu menampung dan menyimpan air dengan waktu yang cukup lama daripada tanah. Cocopeat dapat digunakan untuk budidaya berbagai jenis tanaman khususnya hidroponik. Dalam cocopeat terdapat sejenis enzim dari jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam media tanam tumbuhan. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga media tanam tetap gembur dan subur.
Kelebihan Cocopeat :
- Memiliki tekstur yang mirip dengan tanah
Bentuk dan tekstur cocopeat yang menyerupai tanah dan butirannya yang halus membuat tanaman dapat beradaptasi dengan baik seperti halnya jika ditanam pada tanah. Perbedaan cocopeat dengan media tanam tanah hanya pada kandungan nutrisinya.Â
Cocopeat tidak mengandung unsur hara seperti tanah. Oleh sebab itu, untuk menanam dengan cocopeat, tanaman tidak hanya disiram air, namun juga larutan nutrisi.
- Daya serap air yang baik
Cocopeat memiliki daya serap air dengan baik. Serat-seratnya memiliki kapasitas penyerapan air yang tinggi, sehingga membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi frekuensi penyiraman. Hal ini membuatnya menjadi media tanam yang ideal untuk tanaman yang membutuhkan kelembaban konsisten, terutama di daerah yang cenderung kering.
- Nutrisi yang kaya dan seimbang
Cocopeat bukan hanya sebagai media tanam fisik, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyimpan dan melepaskan nutrisi ke tanaman. Petani dapat mengatur dan mengontrol jumlah pupuk yang disertakan dalam campuran cocopeat untuk memenuhi kebutuhan spesifik tanaman. Dengan demikian, cocopeat membantu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman dengan menyediakan nutrisi yang seimbang sepanjang siklus pertumbuhan.
- Ramah Lingkungan
Salah satu aspek paling menarik dari penggunaan cocopeat adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Cocopeat dibuat dari serbuk kelapa yang merupakan hasil dari sampah buahnya Dengan menggunakan cocopeat sebagai media tanam, petani tidak hanya mengurangi limbah industri, tetapi juga membantu dalam mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
- Perlindungan terhadap penyakit dan hama
Kebersihan media tanam adalah faktor kunci dalam mencegah serangan penyakit dan hama tanaman. Cocopeat memiliki sifat alami yang menghambat pertumbuhan patogen dan hama, menjadikannya pilihan yang aman dan ramah lingkungan bagi petani organik. Penggunaan cocopeat sebagai media tanam juga dapat membantu mengurangi risiko kontaminasi tanah dan air dengan pestisida kimia.
Kekurangan Cocopeat :
1. Tidak steril dari patogen
Meskipun cocopeat tidak mengandung hama, tetap saja sebelum digunakan cocopeat harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara mencucinya dan mengeringkannya terlebih dahulu.
2. Kurang cocok untuk akar tanaman yang tidak suka basah
 Karena cocopeat dapat menahan air lebih lama, maka media tanam ini sebaiknya tidak digunakan untuk menanam tanaman dengan perakaran yang tidak menyukai kondisi basah, seperti tanaman kol atau brokoli.
3. Tidak mengandung unsur hara
Meskipun bentuk dan teksturnya mirip tanah, cocopeat tidak mengandung unsur hara apapun, sehingga saat digunakan sebagai media tanam, perlu ditambahkan larutan nutrisi dan suplemen yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Dalam penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok KKN 062 UMY dan masyarakat yang ada di padukuhan Sorogenen II berjalan dengan lancar dan langsung mempraktekan dengan harapan masyarakat bisa langsung mengimplementasikan materi yang kami sanpaikan.
Proses pengolahan limbah sabut kelapa menjadi media tanam cocopeat melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Menggosok sabut kelapa dengan alat. Hal ini bertujuan untuk memisahkan serat sabut kelapa (cocofiber) dan serbuk sabut kelapa (cocopeat).
2. Memisahkan serat kasar yang tercampur dengan serbuk dalam sabut kelapa. Setelah itu, serat tersebut disaring terlebih dahulu untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus.
3. Langkah ketiga melibatkan proses fermentasi pada serbuk cocopeat untuk menghilangkan zat tanin. Fermentasi ini dimulai dengan mencuci cocopeat hingga air cucian jernih, diikuti dengan perendaman dalam air bersih selama 1-2 hari.
4. Cocopeat selanjutnya dikeringkan melalui penjemuran
5. Cocopeat siap digunakan sebagai media tanam
Manfaat penggunaan bahan organik seperti serbuk sabut kelapa memiliki potensi besar sebagai media tanam alternatif. Ini dapat membantu mengurangi polusi lingkungan dan memberikan sentuhan indah pada lingkungan. Salah satu keunggulan menggunakan bahan organik sebagai media tanam adalah kemampuannya dalam  merangsang pertumbuhan tanaman secara subur dan menjaga harga pupuk tetap terjangkau. Oleh karena itu, penggunaan limbah sabut kelapa dimanfaatkan tidak hanya untuk mengurangi polusi lingkungan tetapi juga sebagai pilihan media tanam yang positif bagi pertumbuhan tanaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H