Mohon tunggu...
Gaih ImamSuwarso
Gaih ImamSuwarso Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelajar Baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Lama

13 Juni 2021   03:32 Diperbarui: 13 Juni 2021   03:33 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Malam itu bulan bersinar terang bagai biasanya, namun entah kenapa bintang enggan menemaninya. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam. Seharusnya sekarang kami sedang makan malam bersama. Tapi sepertinya tidak untuk hari ini. Karena seisi rumah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sedangkan aku hanya bisa duduk termenung menatap langit malam. Berharap hari esok akan lebih baik daripada hari ini. Aku menghembuskan nafas kasar lalu berjalan ke arah meja makan.

 "Tidak adakah yang mau makan malam?" tanyaku pada seisi rumah. Namun tak satupun yang menjawab kecuali satu orang, vara adikku. 

" Kak, aku mau makan," ucapnya dengan tersenyum sambil menggembungkan pipinya. Aku pun ikut tersenyum ketika melihatnya tersenyum.

Setelah usai makan entah bagaimana vara malah ikut duduk di sebelahku menatap langit malam. Beberapa saat kemudian ketika aku lelah menatap langit aku memperhatikan sekelilingku. Dan tiba-tiba mataku terpaut sesuatu. Sesuatu yang berhasil mencuri perhatianku. Yaitu sebuah boneka beruang abu-abu. 

Seingatku warna matanya adalah hitam pekat seperti warna langit di malam hari. Namun malam itu kenapa warna matanya adalah merah. Awalnya kupikir hanya halusinasi semata. Tetapi ketika aku melihat adikku yang menatap ngeri ke arah boneka tersebut sambil memanggil-manggil namaku. Disitu aku yakin kalau aku tidak salah lihat.

" Kak?" panggilnya lagi masih dengan mata yang sesekali melirik ke arah boneka beruang tersebut.

" Ya," sahutku cepat meskipun kepalaku tak menoleh.

" Kak, dia menatapku terus dengan mata merahnya," ujarnya seraya menunjuk ke arah tempat boneka tersebut berada. Kini aku menoleh kearah adikku, terlihat wajahnya sudah begitu pias. Lalu sedetik kemudian ia bersembunyi di balik punggungku sambil berkata dengan suara sedikit parau seakan orang yang ketakutan. " Kak, bukannya seharusnya boneka beruang itu ada di gudang."

Aku berpikir sejenak mencerna ucapan adikku. Lalu aku melihat ke arah gudang. Dan aku baru menyadari satu hal. " Benar, seharusnya boneka beruang tersebut berada di dalam gudang. Tapi kenapa sekarang malah berada di dapur.

Aku yang tau bahwa adikku ketakutan menyuruhnya masuk keruang tengah. Ia menurut dan segera mencari ibuku. Dan ibuku yang mengetahui itu malah mengatakan sesuatu yang tidak disangka-sangka. "Makanya tidak usah ditatap matanya jika kamu tatap maka ia akan menatapmu kembali seakan kamu mangsanya dengan mata merahnya itu".

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun