Kupikir dengan aku menjauh dan sesekali hanya mengamatinya dari jauh kuharap dapat membuatnya semakin bahagia. Ya, kuucapkan selamat untuk itu. Yang aku tahu, saat ini aku harus bekerja keras dengan apa yang menjadi impianku, tanggungjawabku sebagai laki-laki dalam keluarga.Â
Tidak ada yang lebih penting dari itu bagiku. Keluarga adalah segalanya. Aku harus menebus apa yang telah dilakukan oleh kedua orang tuaku. Akan kubalas mereka sebelum matahari terbenam, sebelum malam datang. Akan kusegerakan!
"Ahhh sialan....perasaan memang membingungkan"
Kubangunkan diriku dari lamunan, lalu berjalan menuju seseorang yang berjualan pentol. Ini adalah makanan paling umum di lingkunganku. Kupesan tiga bungkus, lalu kupanggilkan anak-anak kecil itu. Lalu kutinggalkan mereka.Â
Mereka memandangiku, dengan nada malu-malu mengiringi pergiku sembari mengungkapkan terimakasihnya. Pentol itu adalah bentuk terimakasihku pada mereka. Setidaknya mereka yang telah menemaniku pada malam ini, meski mereka tak tahu soal itu. Mungkin hadirku juga seperti pentol itu bagi Vira, kuharap ia tak terlalu membenciku, karena aku masih ingin peduli dengannya.
Malam ini berakhir, berganti dengan dini hari. Aku harus kembali pada hidupku. Berlarut pada pikiran tak merubah apapun, itu yang aku tahu.