Mohon tunggu...
Gagas Mabrur
Gagas Mabrur Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Hidup

Penilik aksara, Penikmat kopi pahit. "manusia terbatas, aku bebas" https://kangmabrur.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jenuh

27 Mei 2020   00:53 Diperbarui: 27 Mei 2020   01:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photos: Pixabay.com

"heiiii tayooooo" kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.

Haaadehhh...prank anak kecil ternyata. Setidaknya yang aku tahu mereka semua lagi bahagia dengan itu. Kurasa aku harus duduk bersama mereka, menikmati kehidupan yang secara hakikatnya. Dibanding mereka, aku hanya seseorang yang lemah, manusia yang selalu mengeluh, seperti bean paling berat ada pada hidupku. 

Padahal, manusia tak seharusnya selalu berpikir, manusia juga mempunyai hak untuk hidup yang lebih baik, berhak berjalan dengan jalan yang membuatnya bahagia. 

Aku tahu soal itu, tapi pendewasaan ini membuatku merasa kesulitan menjalani hidup. Sejatinya, semakin manusia menuju dewasa semakin terbatas. Ia yang dewasa dibelenggu dengan ketakutan-ketakutan hati untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan. Kuakui itu, tak salah lagi.

Arloji menunjukan angka 11. Dan aku masih berdiam diri sambil merenung, mengingat, merencanakan apa yang pantas dengan hidupku selanjutnya. Bagaimana nanti aku masuk dunia sesungguhnya, dunia kerja, dunia yang diselimuti beban tanggungjawab. Pun keluarga, aku anak sulung yang punya beban memberikan jalan bagi adik-adikku. 

Punya beban mengangkat keluarga pada tingkat yang lebih tinggi. Siap tak siap, itu hal yang harus segera aku lalui dari titik ini. Meninggalkan kesenangan yang kekanak-kanakan, dan beranjak pergi dari ladang kesenangan semu. Semua rencana telah aku susun, tinggal menunggu tanggal eksekusi. Tetapi, lagi-lagi aku teringat tentangnya, perempuan itu.

Setelah beberapa saat, namanya muncul pada pikiranku. Vira, ia Vira. Setelah aku sadar, aku adalah laki-laki yang bodoh. Membiarkan arogansiku mengedari kepalaku. Dulu, ia sangat peduli padaku. Tapi, mungkin saat ini kebalikannya. Ia menegasikan semua sikapnya dulu padaku. Dan aku tak menyalahkannya. Aku pantas menerimanya. 

Saat itu, dua perempuan menhampiriku, salah satunya adalah dia. Kita pernah menjalani hari-hari bersama, meski tak lama. Namun pada akhirnya, aku memilih untuk tidak memilih keduanya, dan saat itu pula ia beranggapan bahwa aku menghianatinya. 

Semua selesai begitu saja, menyisakan sedikit rasa sesal padaku, tapi dengan angkuhnya rasa itu selalu kutolak. Ia pergi, hanya meninggalkan sepi. Dua bulan berjalan, perempuan yang ia cemburui memang masih berhubungan denganku, dan hanya sebatas teman bagiku. 

Suatu hari, pada akhirnya aku menerimanya kembali, bukan karena cinta, karena aku tak tahu harus bilang apa. Karena dia selalu ada, dia selalu menanyakan keberadaanku. Tetapi, setelah hari-hari berjalan, semakin membuatku tersiksa dengan rasa bersalah. Dengan keduanya, dan yang paling kusesali adalah dengannya, Vira.

Pada akhirnya aku menikmati hari dengan rasa yang tak sepenuhnya aku inginkan. Seringkali aku berharap dapat mengungkapkan isi diriku yang sebenarnya, tapi itu tidak mungkin kulakukan. Selain aku semakin menyakitinya, aku juga masih memiliki hubungan dengan perempuan lain. Itulah yang kupikirkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun