Masyarakat 4.0 memang selalu berjabat erat dengan internet. Tak bisa dipungkiri, dalam masyarakat ini informasi tentang berkehidupan sehari-hari menjadi suatu kebutuhan pokok. Saat ini informasi dapat berupa beragam bentuk, salah satunya adalah media sosial. Informasi yang dimaksudkan disini seperti halnya berbentuk tulisan ataupun audiovisual yang diunggah oleh seseorang dalam akun media sosialnya.
Indonesia, yang merupakan salah satu negara berkembang yang sangat dominan dalam menggunakan koneksi internet. Dikutip dari We Are Social pada Januari 2019, lebih dari setengah masyarakat Indonesia menggunakan media sosial yaitu mencapai 150 juta pengguna dan semua aktif di media sosial. Jika berbicara rata-rata penggunaan koneksi internetmencapai 8 jam 36 menit perhari dari perangkat apapun, dan untuk sosial media sendiri mencapai 3 jam 26 menit.
Dari angka pengguna sosial media tersebut tentunya memberikan suatu perubahan bentuk dalam hal penyebaran informasi-informasi yang ingin disampaikan. Dahulu kala, kita tahu jika ingin mendapatkan irformasi atau berita terbaru harus mencari koran ataupun majalah untuk mendapatkannya. Namun saat ini cara lama tersebut sudah tergantikan dengan bermacam banyaknya aplikasi-aplikasi media sosial yang tersedia.
Salah satu contohnya adalah Whatsapp, Whatsapp merupakan Aplikasi perpesanan (messenger) instan platform pada smartphone yang memungkinkan penggunanya mengirim atau menerima pesan layaknya SMS tanpa menggunakan pulsa, melainkan dengan koneksi internet. Whatsapp saat ini memang termasuk dalam aplikasi yang terpopuler.
Dilansir dari App Annie pada Januari tahun 2018, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, mengklaim jumlah pengguna Whatsapp mencapi angka 1,5 miliar. Saat ini fungsi Whatsapp bukan hanya sebagai menerima atau mengirim pesan teks saja, dengan berbagai tambahan fitur-fitur aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk meng-update apa saja yang dilakukan ataupun ingin ditunjukkan pada kontak Whatsappnya melalui status (story) akunnya yang tentunya juga akan terlihat oleh siapa saja yang ada di kontaknya
Dromologi Status Whatsapp
Dewasa ini, Dromologi persebaran berita atau informasi pada status Whatsapp sangatlah cepat. Seperti yang dikatakan oleh Paul Virilio, filsuf Perancis, sekaligus teoritikus Postmodern, Dromologi berasal dari bahasa Yunani "dromos" yang berarti ras atau racecource.
Dromologi kemudian diartikan sebagai suatu percepatan, lebih tepatnya dengan cara bagaimana menentukan atau membatasi dimana suatu fenomena muncul pada kita. Dalam hal ini, kecepatan yang dimaksudkan adalah proses penyebaran suatu fenomena atau isu yang ada pada kondisi tertentu di status Whatsapp.
Masyarakat saat ini bukan lagi menunggu para wartawan meliput suatu kejadian dan dicetaknya menjadi suatu koran atau majalah, namun hanya tinggal duduk manis menggeser-geser layar HP pada status Whatsapp seringkali dapat melihat berita apa saja yang menjadi trending topic saat itu juga.
Dalam masyarakat saat ini, siapapun dapat menjadi seorang wartawan. Karena melihat dalam era ini, masyarakat selalu mengutamakan suatu kecepatan untuk mengefisiensikan waktu yang ada. Artinya mereka selalu memilih jalan alternatif yang mungkin dalam sudut pandang mereka lebih cepat dan tepat dalam hal mengakses informasi tertentu, yakni pada status Whatsapp
Salah satu contohnya adalah fenomena bunuh diri yang terjadi di pos polisi di Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019) malam. Kejadian tersebut terjadi pada malam hari sekitar pukul 23.00, namun tidak jarang pula yang langsung secara spontanitas langsung terlihat pada status Whatsapp pada lini masa status Whatsapp penulis.
Penulis yang awalnya belum tahu kejadian tersebut, akhirnya tahu dan pertama kalinya tahu melalui statis Whatsapp tersebut. Dari kejadian tersebut dapat diasumsikan jika kecepatan penyebaran status Whatsapp lebih unggul daripada berita-berita yang ada di koran, bahkan dalam berita media online sekalipun. Singkatnya, peredaran berita tersebut hanya butuh waktu beberapa sekian detik saja untuk mencapai lokasi-lokasi tertentu.Â
Dampak Kecepatan
Menilik proses percepatan penyebaran yang bisa dibilang terlalu cepat tersebut tentu menimbulkan berbagai macam akibat. Sebab, semakin instan suatu masyarakat mendapatkan berita-berita yang tersebar, semakin rentan pula masyarakat mendapatkan permasalahan. Artinya dampak yang ditimbulkan oleh kecepatan dalam mengakses berita tersebut tidak selalu positif.
Jika dampak positif yang diberikan oleh status Whatsapp tersebut seperti kemudahan mendapatkan berita terbaru, namun disisi lain berbagai macam dampak negatif. Salah satunya adalah hilangnya kebenaran yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Karena dalam status Whatsapp semua orang adalah wartawan dan mereka berhak menilai suatu peristiwa tersebut melalui caption-caption yang ditulisnya dalam memberikan keterangan gambarnya dengan sudut pandang mereka masing-masing. Secara sadar atau tidak sadar kebenaran peristiwa tersebut semakin mengalami degradasi atau bahkan hilang.Â
Salah satu contohnya dalam fenomena bunuh diri di Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut adalah terdapat salah satu seorang didalam kontak penulis memberikan keterangan jika peristiwa tersebut adalah ledakan gas, teror organisasi terlarang, bahkan kecelakaan. Jadi, kecepatan persebaran berita lewat status Whatsapp tersebut tidak diimbangi dengan keakuratan keterangan berita tersebut. Bahkan seringkali menimbulkan kesan multitafsir pada pengguna-pengguna lain, terlebih lagi pada seseorang yang hanya merepost suatu kiriman tertentu tanpa meninjau ulang sumber yang relevan.Â
Kecepatan persebaran berita pada status Whatsapp akan membuat kebenaran peristiwa tersebut pada akhirnya bersifat subjektif dan juga dapat memberikan celah menjadi berita Hoax. Berita yang seharusnya memberikan informasi yang benar kepada seseorang ataupun pada masyarakat menjadi sebatas penyampaian opini pribadi.Â
Melihat permasalahan tersebut harusnya pengguna yang akan memposting informasi lebih ditingkatkan mengenai keakuratan data atau sumber yang dikutip, karena hal tersebut mempengaruhi terhadap perspektif suatu masyarakat dalam menyikapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H