Kami tunggu 10 menit, ia tidak juga mau mengerjakan PR. Anak-anak lain ikut tertarik melihatnya bermain sendiri, tidak mengerjakan PR. Si B mondar-mandir di dalam kelas. Aku mengusulkan ke si guru Ukraina itu untuk menelpon ibunya. kalau dua jam di sekolah tapi tidak mau mengerjakan tugas, lebih baik diserahkan kepada orang tuanya. Aku nggak bisa membantu dan bahkan mengganggu anak-anak lain. Alhamdulilah, lima belas menit kemudian si ibu menjemput.
Kejadian itu nggak aku tulis di kolom chat para guru di AIDA. Lupa. Aku dimarahi koordinator. Hal itu penting, supaya guru lain tahu, si anak nggak lagi berada di rumah. Ah, aku pikir itu tugas si guru Ukraina yang menelpon si ibu. Tugasku juga rupanya, karena ia ada di kelas Bimbel-ku. Oh, ya, ada dua aplikasi yang kami gunakan selama bekerja dan bisa diakses di HP atau laptop, Webuntis dan AIDA. Webuntis untuk hal-hal yang mengurusi mata kuliah, absensi dan komunikasi para guru. AIDA untuk absensi guru, komunikasi, informasi dan dokumentasi.
Tentang semua ini, aku dokumentasikan di folder khusus. Folder ini bisa diakses semua guru departemen bimbingan konseling atau di Jerman disebut Sosial Paedagogik. Di sana, tak hanya kasus B, ada kasus A sampai Z. Jika kasus tiap anak diurus, akan ada penarikan dokumen sang anak, disarikan dan dibawa ke forum pertemuan BK, sekolah dan orang tua. Untuk kasus B ini, pasti tebal dokumennya sudah satu buku jika diprint.
Kasus si B ini minggu ini sudah sampai ke "Jugend Amt" atau departemen kepemudaan. Pertemuan orang tua dengan departemen itu dan sekolah sudah diadakan. Kabarnya, anak akan diambil oleh negara karena tingkat kenakalannya sudah tingkat tinggi. Secara verbal dan non verbal, ia sering membahayakan orang dewasa (guru) dan anak-anak (teman sebaya) lainnya. Si B sudah tidak bisa dididik dengan cara biasa di sekolah kami, seperti anak-anak yang lain. Jadinya, harus ada penanganan khusus, dengan para ahli.
Begitulah, anak nakal dipelihara oleh negara Jerman. Si anak menurut rencana akan dicarikan orang tua pengganti yang mampu memelihara, merawat dan mendidik si B dengan lebih baik. Anak-anak nakal lain, ada yang dimasukkan ke pusat anak nakal, di mana mereka tinggal bersama orang tua asuh dalam satu rumah. Satu rumah 5 anak misalnya. Orang tua asuh ini akan mengajarkan tentang segala hal dalam hidup, termasuk menghormati orang, merawat diri dan hidup mandiri. Anak boleh kembali ke orang tua masing-masing jika kondisinya membaik. Pusat anak nakal ini juga menampung anak-anak di bawah umur yang dianiaya orang tuanya, jadi tidak hanya karena anaknya nakal.
***
Akhir-akhir ini, banyak kasus anak nakal yang terjadi di tanah air yang viral di medsos. Ada anak membentak-bentak gurunya, menganiaya gurunya dan seterusnya.
Aku ingat zaman aku kecil waktu sekolah, ada anak nakal juga. Misalnya nyolong jagung, merokok, minum air keras atau meninggalkan sekolah tanpa izin. Namun, waktu itu belum ada kasus anak atau murid yang nggak hormat dengan gurunya sampai sebatas itu. Apakah budaya Indonesia sudah luntur? Aku kira, Indonesia masih disegani sebagai negara yang memiliki budi pekerti halus, sopan, hormat-menghormati dan sifat baik lain yang dari nenek moyang kita dulu diwariskan ke kita generasi berikutnya?
Guru yang tak patah arang mendidik muridnya, seharusnya dihormati dan dihargai. Ini tidak hanya karena gaji guru juga belum seperti yang diharapkan, tetapi juga tugas dan tanggung jawabnya yang besar dalam mendidik anak-anak orang itu sesuatu.
Adalah peran dan tanggung-jawab masyarakat dan pemerintah RI dalam membantu sekolah utamanya guru, dalam mendidik anak-anak. Jika ada aturan yang mirip di Jerman, bahwa anak terlantar dan anak nakal dipelihara oleh negara, akan membantu tugas guru. Barangkali saja, anak-anak yang sebenarnya lahir sebagai tabula rasa itu tobat, kembali ke arah kebaikan. Supaya ketika dewasa, menjadi manusia yang baik dan terjun ke masyarakat menjadi manusia yang baru.
Bagaimana menurutmu?