Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Terlantar dan Anak Nakal dipelihara Oleh Negara

7 Desember 2024   01:53 Diperbarui: 7 Desember 2024   01:56 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

B ini memiliki saudara, C. C memiliki pembawaan halus dan pandai berteman. Nggak heran kalau ke mana-mana, ia dikelilingi banyak teman dan wajahnya gembira. Si B ini hanya punya satu teman dan wajahnya selalu suram bahkan terkesan jahat. Ada saja kenakalan yang dibuatnya di sekolah.

Utamanya, B menolak mengikuti pelajaran di kelas. Kalau temannya sedang mengerjakan sesuatu, ia bermain sendiri. Bahkan tak heran  ia mengganggu teman-teman lainnya yang sedang serius belajar. Diperingatkan guru kelas dengan bahasa Ukraina karena gurunya dari Ukraina, ia tak menggubris. Gurunya pusing.

Sekolah kami, seharian. Usai sekolah, anak-anak makan siang dan boleh bermain. Setelah itu ada kelas PR. Ketika ia berada di kelas bimbel itu pada sore hari, sebelum ikut ekstrakurikuler, ia nggak mau mengerjakan PR. Pernah aku menungguinya membuat PR. Aku ikut merapikan tasnya. Di dalam tas, ada sebuah metal besar. Metal itu biasanya untuk diletakkan di depan pintu rumah bagian dalam sebagai pembatas, supaya gagang pintu nggak menghantam dinding. Ini mengapa dibawa.

"Kok, bawa ginian segala. Buat apa?" aku tanya si anak. Aku tatap matanya. Sorotannya nggak sepolos anak-anak lain. Ada luka dan benci di sana. 

"Untuk memukul teman-teman yang mau melawanku." B tersenyum. Ia merebut metal yang aku ambil dan dimasukkan ke tasnya.

"Lho, nanti berdarah, sakit. Ini namanya melukai orang bisa jadi urusan polisi." Sebagai pendidik, aku mengingatkan bahwa setiap murid juga harus tahu hukum di negara Jerman. Koerper Verletzung atau melukai tubuh orang, ada pasalnya. "Kamu kalau besar, mau jadi apa?"

"Pembunuh." Mata anak kelas 4 itu nanar memandangiku.

"Aduh, kok, pembunuh, bisa dipenjara. Susah nanti." Aku panik. Itu pertama kali aku mendengar kalimat anak kecil yang sangat negatif.

"Terserah, aku nggak peduli."Si B cuek. Aku segera memanggil guru dari Ukraina yang kebetulan ada di kantor guru. Mereka pun bercakap-cakap dengan bahasa Ukraina. Si guru mengernyitkan dahi. Setelah 10 menit berlalu, si B berujar:

"OK, OK aku mau jadi polisi." B menganggukan kepala. Ia optimis.

"Kalau begitu, sekarang mengerjakan PR dulu, ya. Kalau mau jadi polisi, ada Ausbildung atau trainingnya. Rapor juga harus bagus. Kalau tidak, tidak diterima saat seleksi. Kamu harus punya rapor bagus di sekolah ini." Aku ingat betul cerita seorang teman anakku. Badannya tinggi besar, tegap dan tidak berkacamata, serta ganteng lagi.  Kurang apa, kok nggak diterima? Ternyata karena rapor sekolah kelas 10 jelek! Ini anak masih kelas 4 masih ada kesempatan, tapi kalau sudah dari awal susah belajarnya dan tidak menurut guru atau sekolah, mana bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun