Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bersama Koteka, Semarkutigakom dan Rumpin Bangjo, Aku bertemu Anjal

5 Juli 2024   04:08 Diperbarui: 5 Juli 2024   04:12 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, nanti kita belanja di ADA. Balik ke sini lagi, bungkus, lalu ke Pondok." Aku mencoba mengatur jalannya jadwal kami hari itu. Aku ini memang suka ngatur. Haha.

***

Beberapa jam kemudian, kami bertemu di swalayan. Setelah semua belanjaan yang dibutuhkan, yakni sikat gigi, pasta gigi, pisang, anggur, pensil dan jelly sudah ada di keranjang, aku pun membayar di kasir. Antrinya panjang.

Panas matahari menyengat tubuhku dan barang-barang yang kami beli. Karena Wang pakai mobil bak terbuka, semua ditarus di belakang. Bagian kemudi nggak ada tempat.

Berkali-kali aku menoleh ke belakang, takut kalau barangnya pada kabur atau hilang ...

Alhamdulillah sampai rumah, semua utuh dan nggak terbakar matahari. Aku mengangguk. Kayaknya betul info di Instagram atau tik tok bahwa di Semarang, orang bisa goreng telur ceplok di aspal. Saking panasnya pada siang hari kali, ya.

Tiba di rumah, kami cepat-cepat membungkus  semuanya di 60 kantong.  Lagi-lagi, semua harus di bak terbuka untuk dibawa ke Pondok. Aku senang, mereka tidak terbakar dari sengat matahari.

Jalan tol hanya lima menit dari rumah, kami bergegas ke sana untuk menuju Pondok. Pasti anak-anak sudah nggak sabar menanti kami. Panitia lainnya sudah sampai sejak lama. Padahal sudah aku bilang, kami harus berangkat bersamaan dari rumah masing-masing, supaya nggak saling nunggu.

Lima belas menit berlalu, kami ada di Pondok Boro. Anak-anak mulai dikumpulkan. Semua harus baris, untuk pembagian paket. Supaya tahu siapa yang sudah dapat, siapa yang belum. Konon ada 60 anak jalanan yang ada di Pondok, hanya saja banyak dari mereka yang sedang mengamen, nyemir atau pekerjaan jalanan lainnya. Jadinya paket dipindahtangankan kepada keluarganya yang ada di rumah. Sebelumnya, kami ada perkenalan dan menyampaikan visi-misi pembagian.

Pembagian selesai, kami pun foto bersama. Alamak, ada lima anak yang nggak mau beranjak dari mobil Wang yang terbuka. Kalau dibawa, nanti dikira menculik. Disuruh pergi tidak mau. Sampai akhirnya kami janji akan kembali lagi kalau ada rejeki, mereka mau turun. Jumpa lagi! (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun