Teman-teman, walau aku tinggal di Jerman, aku selalu ingin tahu informasi up date tentang Indonesia. Agar nggak kudet, ah. Selain ngeblog di Kompasiana.com, di mana aku menulis dan membaca beberapa artikelnya, aku juga melihat medsos dan atau platform lain sebagai perbandingan dan memperluas wawasan.
Nggak heran kalau aku baca berita tentang hebohnya PJ Gubernur DKI Jakarta yang marah lantaran siswa dipulangkan karena guru rapat.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Kejadian itu setahuku, belum pernah terjadi di Jerman.
Baiklah, kali ini aku akan menceritakan pengalamanku sebagai pendidik di Jerman.
Guru TK rapat saat murid sudah pulang
Awal mulanya, aku mengajar di Bimbel. Tentu di sana nggak ada kasus siswa dipulangkan kalau kami para guru bimbelnya ada rapat. Kalau nggak ngajar sama dengan nggak ada gaji. Cilaka, kan. Namanya juga swasta.
Sedangkan di Volkshochschule, itu juga nggak bakalan terjadi karena semua siswa pelajaran bahasa Inggris, mata pelajaran yang aku ajarkan, adalah opa - oma aka lansia yang menyukai travel dan ingin melancarkan kemampuan bahasa Inggris mereka untuk komunikasi. Rapat guru biasa diadakan di hari yang nggak ada jam mengajar. Itupun jarang.
Kemudian aku kuliah lagi dan bekerja di sebuah TK. Rapat guru pertama adalah Team Sitzung atau rapat para guru TK diadakan tiap seminggu sekali, ketika anak-anak sudah pulang alias pukul 17.00-19.00 (lain lembaga lain hari dan jamnya). Jadi, kami nggak pernah memulangkan murid TK.
Pemulangan anak-anak biasanya karena sakit atau anak rewel. Sudah, itu saja. Bukan karena gurunya rapat, ya. Di TK, ada dua kali setahun atau"Pdagogische Tag" untuk para guru. Itu adalah hari di mana para guru diberi "gizi" berupa materi dan pendidikan khusus demi meningkatkan kemampuan mengajar anak umur 0-6 tahun.
Acaranya seharian dari pukul 08.00-17.00. Artinya, tidak ada anak TK di sekolah. Semua dipulangkan atau lebih tepatnya sudah ada pemberitahuan jauh hari bahwa pada hari itu sekolah tutup karena guru ada kegiatan bersama khusus guru.
Biasanya, orang tua akan menitipkan anak mereka kepada orang tuanya (oma-opa) atau Tagesmutter (tempat penitipan di sebuah keluarga oleh seorang ibu-ibu). Orang tua murid sangat memahami ini. Tidak ada masalah.