Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengajak Kompasianer Aceh Ngobrol Idul Adha

8 Juli 2023   18:40 Diperbarui: 8 Juli 2023   18:51 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontak terakhir Kompasianer Farissa aka Ikhwanul Farissa di Aceh tangal 27 April 2023. Itu waktu aku mengundang dia ikutan zoom bersama mbak Iin Herlina yang ketemu pak Jokowi di Hannover. Waktu itu aku bilang, mau ke Aceh dan pengen bikin Kotekatrip di sana, karena admin Diaz nggak ngasih kabar kepastiannya. Farissa menyambut hangat ajakan untuk bikin acara di Aceh. Beberapa hari setelah itu tepatnya 5 Mei, aku kasih kabar Farissa bahwa mas Diaz almarhum. Akupun menginisiasi doa bersama lewat zoom supaya yang waktu takziah nggak bisa ikut bisa mendoakan bersama-sama. 

Farissa sangat terkejut dengan kabar tak terduga tersebut. Di Komunitas Traveler Kompasiana memang beda. Kami bertemu lewat online, bisa dihitung yang bisa ketemu lewat darat. Aku pikir sama saja, asal esensinya sama-sama keren.

Lantas di bulan Juni, aku kirim pesan untuk sebuah pertanyaan klasik "Mau jadi narsum Kotekatalk tentang Banda Aceh dan Idul Adha di sana, nggak? Karena menurutku serambi Mekah itu pasti sangat kental perayaannya. Aku nggak nyangka kalau si Farissa ini bener-bener panitia Idul Adha 2023!!! Apakah aku punya mata ketiga? Kayaknya iya ... hahahha ... kalau mata sapi, kayaknya enggak.

Cowok ASN itupun akhirnya mengirimkan foto dan video perayaan Idul Adha di Banda Aceh. Menurutku bagus karena nanti sebagai moderator, aku bisa bantu share data kalau saja dari narsum nggak bisa. Maklum, internet Indonesia gitu, deh. Wkwkwk.

Rangkaian galeri kegiatan penyembelihan heewan qurban oleh Pemuda Muhammadiyah Kabupatne Aceh Barat di hari Idul Adha 1444H atau 2023 M  seru banget. Ada gambaran bahwa semua begitu semangat walau nggak digaji dan tempatnya kan kotor dari darah dan hewan. Ada juga sapi mengamuk, jadi nggak hanya sapinya bapak presiden RI1 ya, yang ngamuk. Sangat hewani, bahwa ada hewan yang punya firasat buruk waktu mau disembelih dan berontak nggak mau.

Dijelaskan pria berkacamata itu, shalat Ied disana dilaksanakan pada tanggal 28 Jui 2023 berbeda dengan pemerintah pusat yang diselenggarakan 29 Juni 2023.

Tepat pada hari yang aku bilang ke pria kelahiran Aceh Barat itu, acara akan berlangsung melalui zoom gratisan, 40 menit saja. 1 Juli 2023 pukul 16.00 WIB. Kami hadir 5 menit sebelum acara buat tes suara, video dan menanti datangnya teman-teman.

Nongkrong di warung khas Aceh sederhana dengan meja panjang dan kursi panjangnya, Farissa nggak sendiri, ada sekitar 25 orang di warung. Wahhhh, nggak heran kalau rameeee bingit! Aku ingat juga kalimat almarhum mas Diaz yang pernah menceritakan keindahan Aceh, tempat ia mengabdi sebagai ASN, "Masalah apapun bisa diselesaikan di warung kopi." Bener banget, deh. Di setiap warung kopi Aceh, ada internet wifiinya. Gratisss!!!

Satu-persatu peserta hadir. Acarapun segera dimulai. 

Peserta hanya lima tapi penuh  makna (dok.Gana)
Peserta hanya lima tapi penuh  makna (dok.Gana)

Pertama aku bertanya tentang kabarnya. Tipikal Farissa, happy gitu, ah. Info seputar wisata di dekat tempat dia tinggal aku gali. Ternyata warung-pun nggak jauh dari pantai. Tahu, kan pantai Indonesia itu indah banget. Sama kayak di Aceh. Apalagi di Sabang, yang sangat favorit bagi wisatawan asing. Jaraknya pun nggak jauh, hanya 1,5 jam pakai kapal. Sudah sampai!!! Aku pun ngiler, membayangkan pohon kelapa yang menjulang tinggi, aku duduk di bawahnya menyendoki es degan, angin semilir memainkan rambutku yang kian panjang usai aku donasikan beberapa waktu lalu. Lantas, segera membuka baju dan snorkeling bersama keluargaku, menemui Nemo, kumpulan koral dan ... hiu!!! Hiyyyy.

Waktu aku alihkan ke masalah Idul Adha, Farissa semangat banget ceritain pengalamannya sebagai panitia dokumentasi.

"Di Aceh, ada nggak sih, hewan yang ditolak panitia Idul Adha kayak kasusnya Dewi Persik sampai pak RT marah-marah dan si artis nangis bombay ke media?" Aku menyelidiki apakah viral yang aku liat di medsos itu bisa saja terjadi pada masyarakat awam bukan artis.

"Hahaha, di Aceh itu kan semua konsepnya syariat Islam. Dalam menyerahkan hewan Qurban itu ada dua niatnya. Hukumnya yang wajib apa yang sunah. Kalau yang wajib, pemilik hewan nggak boleh menikmati qurbannya. Kalau sunah, dia boleh menikmatinya." Jelas Farissa, cepat tapi jelas.

"Lah terus kita tahunya gimana kalau hewan kita diterima. Ditolak sama pak RT misalnya?" Aku kejar lagi Farissa dengan rasa ingin tahuku ini.

"Di Aceh ada yang namanya aparatur kampung, bisa dimusyawarahkan bersama-sama, sih sebenarnya." Farissa memperjelas.

"Ah, ada lagi viral, sapinya pak Jokowi mengamuk sebelum disembelih. Apakah ini terjadi di tempat kamu juga?" Aku membayangkan sapi ngamuk itu masih dicencang dengan tali tapi gerakannya sangat agresif. Keempat kakinya menendang ke sana-ke mari tiada henti. Orang-orang di sekitarnya pada panik. Jagal harus berusaha kerasa menaklukkan si hewan supaya bisa diselesaikan tugasnya, sembelih qurban. Duh ....

"Ada, dong." Farissa memang mengirim video sapi muda yang mengamuk sebelum disembelih. Butuh tiga orang jagal untuk membuatnya terkapar di tanah dan disesuaikan dengan posisi sembelihan. Ya, ampun. Aku nggak bisa bayangin riuhnya suara sapi. 

Beberapa pertanyaan yang nongol di kolom chat aku baca dan dibahas. Eeee ... asyik lagi ngobrol, zoom secara otomatis mengabarkan bahwa waktu segera habis. Hanya ada 10 menit lagi, atau harus upgrade alias bayarrrrr untuk langganan. Huh!

Akupun segera mengatur supaya acara selesai dalam waktu 10 menit. Lima menit untuk zoom dan lima menit untuk penutup. Sebenarnya bisa diperpanjang 40 menit lagi, tapi entah mengapa kalau dibuat begitu, rekaman yang pertama nggak bisa disave. Atau aku yang gagap teknologi. Jiahhhh....

Akhirnya, acara ditutup. Aku sudah membacakan sari dari perbincangan dengan Farissa, seperti yang aku kisahkan di atas. 

Jumpa lagi di kisah di belakang layar zoom bersama Koteka.

Nanti aku akan ceritakan tentang obrolanku dengan Utami si dubber profesional. Keren!!! Have a nice weekend. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun