Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengajak Kompasianer Aceh Ngobrol Idul Adha

8 Juli 2023   18:40 Diperbarui: 8 Juli 2023   18:51 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama aku bertanya tentang kabarnya. Tipikal Farissa, happy gitu, ah. Info seputar wisata di dekat tempat dia tinggal aku gali. Ternyata warung-pun nggak jauh dari pantai. Tahu, kan pantai Indonesia itu indah banget. Sama kayak di Aceh. Apalagi di Sabang, yang sangat favorit bagi wisatawan asing. Jaraknya pun nggak jauh, hanya 1,5 jam pakai kapal. Sudah sampai!!! Aku pun ngiler, membayangkan pohon kelapa yang menjulang tinggi, aku duduk di bawahnya menyendoki es degan, angin semilir memainkan rambutku yang kian panjang usai aku donasikan beberapa waktu lalu. Lantas, segera membuka baju dan snorkeling bersama keluargaku, menemui Nemo, kumpulan koral dan ... hiu!!! Hiyyyy.

Waktu aku alihkan ke masalah Idul Adha, Farissa semangat banget ceritain pengalamannya sebagai panitia dokumentasi.

"Di Aceh, ada nggak sih, hewan yang ditolak panitia Idul Adha kayak kasusnya Dewi Persik sampai pak RT marah-marah dan si artis nangis bombay ke media?" Aku menyelidiki apakah viral yang aku liat di medsos itu bisa saja terjadi pada masyarakat awam bukan artis.

"Hahaha, di Aceh itu kan semua konsepnya syariat Islam. Dalam menyerahkan hewan Qurban itu ada dua niatnya. Hukumnya yang wajib apa yang sunah. Kalau yang wajib, pemilik hewan nggak boleh menikmati qurbannya. Kalau sunah, dia boleh menikmatinya." Jelas Farissa, cepat tapi jelas.

"Lah terus kita tahunya gimana kalau hewan kita diterima. Ditolak sama pak RT misalnya?" Aku kejar lagi Farissa dengan rasa ingin tahuku ini.

"Di Aceh ada yang namanya aparatur kampung, bisa dimusyawarahkan bersama-sama, sih sebenarnya." Farissa memperjelas.

"Ah, ada lagi viral, sapinya pak Jokowi mengamuk sebelum disembelih. Apakah ini terjadi di tempat kamu juga?" Aku membayangkan sapi ngamuk itu masih dicencang dengan tali tapi gerakannya sangat agresif. Keempat kakinya menendang ke sana-ke mari tiada henti. Orang-orang di sekitarnya pada panik. Jagal harus berusaha kerasa menaklukkan si hewan supaya bisa diselesaikan tugasnya, sembelih qurban. Duh ....

"Ada, dong." Farissa memang mengirim video sapi muda yang mengamuk sebelum disembelih. Butuh tiga orang jagal untuk membuatnya terkapar di tanah dan disesuaikan dengan posisi sembelihan. Ya, ampun. Aku nggak bisa bayangin riuhnya suara sapi. 

Beberapa pertanyaan yang nongol di kolom chat aku baca dan dibahas. Eeee ... asyik lagi ngobrol, zoom secara otomatis mengabarkan bahwa waktu segera habis. Hanya ada 10 menit lagi, atau harus upgrade alias bayarrrrr untuk langganan. Huh!

Akupun segera mengatur supaya acara selesai dalam waktu 10 menit. Lima menit untuk zoom dan lima menit untuk penutup. Sebenarnya bisa diperpanjang 40 menit lagi, tapi entah mengapa kalau dibuat begitu, rekaman yang pertama nggak bisa disave. Atau aku yang gagap teknologi. Jiahhhh....

Akhirnya, acara ditutup. Aku sudah membacakan sari dari perbincangan dengan Farissa, seperti yang aku kisahkan di atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun