Nah, mumpung ada museumnya di Surabaya waktu itu, aku teliti detilnya. Suami, ibu dan dik Yunan sebentar sudah selesai mengelilingi kapal.
"Buk, kamu masih di dalam juga. Aku sudah lapar. Kamu lamaaa sekali." Suamiku kembali masuk kapal selam. Tangannya berkacak pinggang.
"Sabar, pelan-pelan, pak. Mumpung di sini. Kann aku mau selfie juga, pak." Aku kembali bergaya di setiap sudut. Dasar aku ini paling demen foto. Nggak pernah melewatkan kesempatan di tempat bagus dan anti mainstream kayak gini.
Aku, pelan tapi pasti melihat-lihat di dalamnya. Sesekali aku selfie lagi dan lagi. Sayangnya, sudah foto banyak, rupanya fotoku hilang nggak masuk icloud karena HP setiba di Jerman terjatuh. Data nggak terselamatkan. Untung masih ada foto dari kamera DSLR. Hih.
Balik ke kapal. Sungguh. Menarik sekali melihat desain kapal. Ada tempat tidur khusus di Ruang IV. Di sana, ABK bisa tidur, istirahat, makan dengan meja makan di dinning room. Ada juga kamar mandi, dan itu pintu ya ampun, bentuknya bulat bukan persegi panjang seperti pintu rumah kita, nih. Aku pun harus merunduk supaya nggak kejedot. Kakikupun harus diangkat tinggi supaya nggak kejengkang. Bayangin nggak sih, kalau kita seharian atau berhari-hari di dalam kapal selam?
Merinding.
Mataku nggak bisa diam, menari-nari di sana-sini. Aku menangkap beberapa kamera di beberapa sudut yang terpasang di dalam kapal.
Walaupun nggak ada yang menjaga di dalam kapal selam, ada kamera pengawas, ya. Jadi jangan coba-coba merusak atau melakukan hal-hal yang nggak bisa ditolerir.
Penasaran kayak apa sih, kapal selam punya negara kita ini? Ke Surabaya, sana....berani masuk, nggak? (G76)
P.S: Mari kita doakan mereka yang berada di "Ocean gate Titan" karena oksigen hanya sampai hari ini saja. Adakah keajaiban? Al-fatihah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H