Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berani Naik Kapal Selam?

22 Juni 2023   22:51 Diperbarui: 24 Juni 2023   00:18 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal selam dari kiri (Dok.Gana)

Kapal selam dari kanan (dok-Gana)
Kapal selam dari kanan (dok-Gana)

"Surabaya, oh Surabaya, oh Surabayaa...

Kota kenangan, kota kenangan, tak terlupakan...."

Ada yang ingat lagu jadul itu, nggak? Anak muda mana tahuuuu ... hahaha ketahuan tuanya aku ini.

Yup. Gara-gara "Ocean gate Titan" yang menghilang di lautan Atlantik, aku jadi ingat acara jalan-jalan kami sekeluarga ke Monumen Kapal Selam, Surabaya. Apalagi baru saja aku dijapri adik kelas yang jadi TNI AL dan mengelilingi dunia dengan KRI Bima Suci. Saat ini, ia sedang berada di Brest, Perancis. Jauh bingit. Sayangnya,  kapal akan ke Jerman Utara. Andai  Jerman Selatan, bisa ketemuan. Mau minta krupuk. Hahaha...

Balik lagi ke monumen kapal selam. Mau sharing, ah.

"Dik, aku mau ke Surabaya. Kamu sibuk?" Pesan Whatsapp terkirim. Awalnya, aku kontak teman baik dik Yunan Fathurrahman di Surabaya, yang aku kenal dari Kompasiana.

Kok, kenal dik Yunan segala, sih?

Begini. Waktu kontak pertama itu dik Yunan masih jadi dosen di UNESA Surabaya dan mengikuti ceritaku tentang Jerman di Kompasiana kolom sosial budaya. Maklum, dosen bahasa Jerman itu paling tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Jerman. Nggak heran kalau dia ngefans tulisanku zaman itu. Dik Yunan sekarang kuliah S3 di Bali, sibukkk. Tapi sesibuk-sibuknya orang, kalau memang sudah niat pasti ada saja kesempatan terbuka. Enggak ada alasan. Iapun menawarkan untuk kopdar dan mengajak kami jalan-jalan. Salah satunya ke monumen kapal selam ini.

"Mau lihat kapal selam Rusia, nggak, mbak?"

Berangkatttt!

Kami menuju museum. Dik Yunan jadi guide dadakan. Kakakku nyetir, suamiku co pilot. Begitu parkir mobil di pelataran dan keluar dari kendaraan, sengatan matahari tak memberi ampun. Kulitku serasa terbakar. "Grekkk", kubuka 2 payung cantik. Satu untuk ibu, satu untukku. Anak-anak dan suami nggak mau, mereka mau kulitnya coklat. Aku enggak, maunya putih tanpa pemutih, jadi harus ada alat penangkal terik ultraviolet. Payung! Mumpung di Indonesia itu ya, biasa kok, orang siang-siang pakai paying. Di Jerman, payungan saat panas-panas dikira orang gila "Wong nggak hujan, kok payungan." Ih, BT banget kaaann ... tersiksaahhh.

Naik tangga pelan-pelan (dok-Gana)
Naik tangga pelan-pelan (dok-Gana)

Data kapal

Kami pun berjalan menuju kapal selam bercat hijau itu, setelah membayar tiket masuk.

"Wah, luar biasa, ya, kapal dari Rusia. Kirimnya gimana tuh segede ini." Keheranan, aku memandangi kapal selam yang terbentang di depan mata.

"Katanya dulu kapal ini dipotong-potong dalam beberapa bagian untuk bisa dikirim ke sini. Sekarang dilas jadi utuh." Dik Yunan menerangkan kepada kami. Aku manggut-manggut dan membayangkan bunyi bising mesin pemotong kapal selam. Anak-anak sudah nggak memperhatikan apa katanya. Mereka menuju warung seberang yang menjual snack sana. Duh. Kayaknya pada lapar, butuh ganjalan perut. Mereka melongo nggak ada es krim. Hiks.

Kami pun bergantian menaiki anak tangga demi memasuki kapal selam. Tadi sempat kubaca data dari kapal. Nama kapalnya KRI Pasopati -410. Buatan Rusia tahun 1952. Kapal jenis SS Whiskey class itu pernah dipakai TNI-AL tanggal 15 Desember 1962.

Berikut adalah data yang ada di papan sebelum memasuki kapal selam yang diresmikan tanggal 27 Juni 1998 oleh kepala staff TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Arief Kushariadi:

Soal dimensi, panjang keseluruhannya 76 meter, lebar 6,30 meter, panjang badan tekan 58 meter, lebar badan tekan max 4,70 meter, lebar badan tekan min 4,40 meter, tinggi titik tengah dari lunas garis air 4,49 meter, tinggi haluan dari lunas garis air 4,25 meter, tinggi buritan 4,76 meter, tinggi dome asdik 0,50 meter, tinggi anjungan 5,50 meter.

Kecepatan di atas permukaan maksimum 18, 3 knot/ ekonomis 10 knot, di bawah permukaan maksimum 13,50 knot/ekonomis 2 knot.

Displacement di atas permukaan 1048 ton dan di bawah permukaan 1340 ton.

Tenaga utama penggeraknya adalah diesel 2 x 2000 PK.

Persenjataan torpedo steem gas (SG 53) -- 4 buah petor di depan dan 2 buah petor di belakang.

Kedudukan menyelam dalam periscope 7-9 meter, aman 25-30 meter, normal 170 meter dan maksimum 250 meter.

Sarat (TSM Dome Sonar) 4,75 meter. Aku geleng-geleng kepala, nggak ngeh....

Torpedo Buritan (Dok-Gana)
Torpedo Buritan (Dok-Gana)

Awas kejedot (dok-Gana)
Awas kejedot (dok-Gana)

Mengintip musuh dari sini (dok.Gana)
Mengintip musuh dari sini (dok.Gana)

Yang belum mandi, silakan (dok-Gana)
Yang belum mandi, silakan (dok-Gana)

Teliti detil kapal selam

Suamiku dulu ikut wamil. Dia pernah masuk U-Boot alias kapal selam Jerman. Katanya asyik masuk air, nggak basah. Serem juga membayangkan mereka yang piknik mahal melihat Titanic dengan kapal selam mini.

Nah, mumpung ada museumnya di Surabaya waktu itu, aku teliti detilnya. Suami, ibu dan dik Yunan sebentar sudah selesai mengelilingi kapal.

"Buk, kamu masih di dalam juga. Aku sudah lapar. Kamu lamaaa sekali." Suamiku kembali masuk kapal selam. Tangannya berkacak pinggang.

"Sabar, pelan-pelan, pak. Mumpung di sini. Kann aku mau selfie juga, pak." Aku kembali bergaya di setiap sudut. Dasar aku ini paling demen foto. Nggak pernah melewatkan kesempatan di tempat bagus dan anti mainstream kayak gini.

Aku, pelan tapi pasti melihat-lihat di dalamnya. Sesekali aku selfie lagi dan lagi. Sayangnya, sudah foto banyak, rupanya fotoku hilang nggak masuk icloud karena HP setiba di Jerman terjatuh. Data nggak terselamatkan. Untung masih ada foto dari kamera DSLR. Hih.

Balik ke kapal. Sungguh. Menarik sekali melihat desain kapal. Ada tempat tidur khusus di Ruang IV. Di sana, ABK bisa tidur, istirahat, makan dengan meja makan di dinning room. Ada juga kamar mandi, dan itu pintu ya ampun, bentuknya bulat bukan persegi panjang seperti pintu rumah kita, nih. Aku pun harus merunduk supaya nggak kejedot. Kakikupun harus diangkat tinggi supaya nggak kejengkang. Bayangin nggak sih, kalau kita seharian atau berhari-hari di dalam kapal selam?

Merinding.

Mataku nggak bisa diam, menari-nari di sana-sini. Aku menangkap beberapa kamera di beberapa sudut yang terpasang di dalam kapal.

Walaupun nggak ada yang menjaga di dalam kapal selam, ada kamera pengawas, ya. Jadi jangan coba-coba merusak atau melakukan hal-hal yang nggak bisa ditolerir.

Penasaran kayak apa sih, kapal selam punya negara kita ini? Ke Surabaya, sana....berani masuk, nggak? (G76)

P.S: Mari kita doakan mereka yang berada di "Ocean gate Titan" karena oksigen hanya sampai hari ini saja. Adakah keajaiban? Al-fatihah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun