Selain itu, tas dari Jerman itu semoga menjadi pesan supaya mereka punya cita-cita tinggi sampai ke Jerman, misalnya. Isi tas juga merupakan hasil sumbangan dari orang Jerman, seperti tasnya. Aku mengumpulkan uang dari mereka. Kalau aku ultah, aku nggak mau disumbang hadiah tapi uang, agar aku bisa bagikan ke anak-anak Indonesia atau dibelikan sesuatu untuk mereka.
Para ibu yang hadir merasa iri karena hanya anak-anak yang dapat uang dan hadiah. Aku bilang, anak-anak lebih membutuhkannya. Bagi mereka pasti sesuatu, mendapat hadiah dari wisatawan. Jarang-jarang.
"Saya nggak dapat uang atau hadiah, ya? Aku tukang sapu pantai. Kalau pantai kotor aku membersihkannya, masak aku nggak dikasih?" Seorang perempuan berambut khas Papua mendekat. Sapunya ia tenteng di tangan kanan. Akhirnya aku berikan ia selembar uang. Iapun tampak riang. Untung ibu yang lain nggak minta karena anak-anak mereka sudah dapat dariku.
Oh, ya, teman-teman. Program begini aku mulai sejak tahun 2009, tahun pertama aku kembali ke Indonesia, itu aku sebut "My bag is your bag." Kalian bisa mencari dokumentasinya di Instagram.
Selain di Jawa, tas kain aku sebarkan di Bali, Lombok, Sulawesi, Sumatra, Kalimantan dan Papua ini. Seru banget rasanya berbagi dan mengajak mereka untuk cinta lingkungan.
Lain itu, ini juga kursus buat anak-anakku, supaya mereka jadi orang baik; memikirkan orang lain, mengumpulkan dana, berbagi dan mensyukuri hidup yang berkecukupan. Anak-anak yang mendapat hadiah agar memiliki perspektif go international, "Uangnya ditabung, kalau sudah banyak untuk keperluan kalian. Jangan lupa mencari ilmu sampai ke Jerman!" pesanku pada anak-anak berambut keriting itu.
Hari masih saja tak lelah menyebar terik. Kami harus melanjutkan rencana yang kami reka. Iya, snorkeling. Setelah acara foto bersama untuk dokumentasi, kami pamit untuk nyebur ke air. Guide kami sudah nggak sabar menggiring kami menikmati keindahan bawah air laut Friwen. Olala, hari yang indah, hari yang penuh makna.