Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Ucapkan Kalimat Ini Saat Melihat Pohon Natal Tetanggamu

3 Januari 2023   02:28 Diperbarui: 3 Januari 2023   02:40 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon natal di Jerman bukan dari plastik (dok. Gana)

"Buk, jangan lupa, hari ini kita ke tempat teman." Sepulang kerja, suami mengajak saya pergi ke tempat temannya.

"Absen, ya, pak, aku capek. Mana batuk nanti nular." Musim dingin, banyak orang sakit. Di taman kanak-kanak kami, dari 17 guru, sudah ada 6 orang yang sakit. Selama dua hari mengajar di sana, masker selalu setia di wajah, aman. Sayangnya di kampus, saya nggak enak pakai masker sendiri dari 30 mahasiswa di kelas. Mereka selalu memandang saya sambil nyengir kuda. "Idih, Gana pake masker, norak..." Padahal menurut saya masker itu perlu jika ada pandemi, endemi dan sejenisnya.

Akhirnya ya, gitu, berat sekali ngampus tanpa masker tapi kok, jadi malu sendiri. Dan suatu hari pada bulan lalu, ada 5 mahasiswa yang batuk-batuk selama kuliah. Salah satunya adalah yang duduk di sebelah saya. Mengejannya kenceng banget. Aduhhh, dari awal saya sudah ngeri bayangin saya akan batuk seperti dia. Terjadilah. Besoknya, bener, saya batuk. Memang orang nggak boleh negative thinking, sih supaya nggak bener kejadian ...

Kembali ke acara berkunjung ke teman. Malam itu, kami sudah datang lima menit sebelum jam yang ditentukan. Tapinya, kok sudah banyak mobil-mobil keren dan gede yang berjajar dan tertutup salju di depan rumah tuan rumah, ya? Artinya ... kami telat alias keduluan tamu lain?

Begitu memencet bel, tuan rumah membukakan pintu. Kami dipersilakan masuk. Ia melarang saya untuk membuka sepatu. Bukanlah. Bukan karena takut ada bau kaki keju tapi memang ia tidak memiliki aturan bahwa tamu harus melepas sepatu saat memasuki rumahnya. Kan ada tuh di Jerman bahwa tamu harus membuka sepatu. Mengapa? Pertama, maklum di Jerman nggak ada pembantu, kalau kotor, pemilik rumah bisa capek bersih-bersih setelah tamu pergi. Kedua, karena di Jerman ada 4 musim, kalau di luar basah, sepatu yang dipakai di luar rumah atau disebut "Strassenschuhe" akan membawa penyakit karena kotor. Ketiga, ada rumah yang memakai lantai kayu. Kalau basah dan kotor dari sepatu yang penuh salju, pasti repot untuk membersihkan dibanding lantai dari keramik.

Memasuki ruang tamu yang nggak besar, kami sudah bertemu banyak tamu. Sapaan "Guten Abend" atau "Selamat malam" riuh di setiap sudut. Padahal kami nggak saling kenal. Tuan rumah yang laki, teman suami, segera menanyakan minuman apa yang kami inginkan. Setelahnya, saya merangsek ke dapur di sebelah ruangan. Di sana sudah ada istri yang menggendong bocah balita rambut blonde. Sebuah kaleng roti (bukan Khong Guang), berpindah tangan. "Mitbringsel" atau buah tangan dari saya ini untuk keluarga yang telah mengundang. Namanya Jerman, ada tradisi "Kaffee trinken" atau minum kopi sore-sore ditemani kudapan seperti kue atau kek. Pikir saya, ya udah, bawa kek aja deh. Boleh beli, nggak bikin karena nggak ada waktu. Dulu-dulu sering bikin sama anak-anak sih,  berkutat di dapur. Sekarang mah bedaaa...

Merasa bingung mau ngobrol sama siapa, saya memilih duduk di sofa sudut, di sebelah suami yang berdiri mengelilingi meja yang sudah dipenuhi beberapa pria setengah tua. Dari perawakan mereka, saya taksir mereka horang kaya. Dan benarlah pulangnya, suami banyak cerita perusahaan dan property apa saja yang mereka punya.

Memegangi minuman soft drink rasa apel, saya pandangi suami yang ngakak gembira ngobrol dengan orang yang belum pernah ia temui dalam hidup. Suami saya memang paling piawai mengambil hati orang. Kalau nggak gitu ia nggak bakal bisa jualan dan punya duit untuk menghidupi kami. Hahahhaa ... alhamdulillah, ya. Suami saya bukan orang yang masuk golongan aliran kebatinan aka pendiam. Sudah cerewet, usil pula, huuuuh!

Jangan ucapkan kalimat ini

Lagi enak-enak duduk dan menyilangkan kaki, datang seekor anjing dan mengendus rok saya. Saya bilang ke hewan piaraan tamu itu "Aku nggak punya apa-apa, sumpah..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun