Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ony Jamhari, Jagoan Saya untuk Kompasianer of The Year 2022

13 November 2022   23:15 Diperbarui: 13 November 2022   23:18 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yaiy. Sebentar lagi Kompasianival, pesta akbar platform kesayangan saya sejak 31 Mei 2011 sampai nggak tahu kapan ini. Teman-teman yang baru bergabung di sini, pasti akan merasakan keseruan di acara heboh blogger kondang di Indonesia ini. 

Nggak percaya? Hadir sajalah di pesta ultah Kompasiana ke - 14 ini. Ih, keren. Sayang belum pernah sekalipun berada di antara kerumunan yang pasti seperti "ada gula ada semut" itu. 

Tetapi ... ah, nggak masalah, asyik juga, kok online tapi rada gemes juga sih "Andai aku bisa terbang ..." Oh, iya. Saya pernah dua kali hadir secara online, nih. Ramai sekali. Walau hanya streaming begitu, deh. Terakhir, saya dikibuli panitia alias admin Kompasiana untuk memberikan sambutan mewakili Kompasianer zaman yesterday. 

Nggak tahunya, saya dinobatkan sebagai Kompasianer of the year 2022. Alhamdulillah, tapi entah waktu itu saya ndredeg, menggigil badan karena kedinginan nonton di kebun, di mana hamparan salju dan jaket pink membalut badan atau karena kaget mendapat penghargaaan yang saya kira sudah saya raih tahun 2013 atau 2014. 

Campur-campur. Itu tahun di mana saya menjadi calon untuk dipilih mendapatkan award. Tahun 2013 di kategori "The best of citizen journalist" karena tulisan saya banyak tentang tetek bengek Jerman, tempat saya ngenger. 

Lalu tahun 2014 dengan kategori yang sama ditambah satu lagi kategori "Kompasianer of the year 2014", namun nggak satu pun menang. Ya, memang belum rejeki kali ya, supaya mungkin saya lebih banyak berbakti nggak sekedar menjadi "ratu HL" atau memboyong komunitas Kampret dan Koteka dalam pameran yang saya selenggarakan secara pribadi di museum Jerman. Wkwkwk ... nasib. 

Ingat, rahasia Tuhan itu selalu rapat, baru terbuka ketika mukjizat di depan mata. Menang kalah dalam perlombaan itu biasa. Rejeki bisa didapat dari mana saja dan kapan saja. Bukankah tujuan pertama gabung di Kompasiana adalah untuk berbagi, supaya Indonesia makin dekat di hati, selama berada di luar negeri? Gusti Allah memang tidak pernah tidur. 

Ada keajaiban, rejeki yang menjadi rahasia dan terungkap pada suatu hari. Alhamdulillah, ya. Sebelum mendapat award dari Koteka, saya sudah mendapat satu piagam dari Konsul Jendral KJRI di Frankfurt dan dua piagam dari Dubes LBBP RI Wening Esthyprobo Fatandari dari KBRI Budapest. 

Luar biasa! Saya nggak pernah ngimpi tapi ada durian runtuh. Jadi teman-teman yang senang berbuat kebaikan dan suka membukakan pintu untuk orang lain, percayalah, pintu-pintu akan terbuka untuk kita.

Ya udah, yang belum pernah ketemu saya, semoga suatu hari ketemu, OK. Janganlah cemas, nggak boleh gemes karena saya orangnya rame. 

Siap-siap mecahin kaca dan gelas. Kopdar dengan Kompasianer dan admin sudah pernah sih, dengan Kompasianer di acara nangkring di Palmerah Jakarta, Semarang dengan Semarkutigakom. Waw. Nggak nyangka lho, waktu tur Koteka di Jakarta tanggal 16 Agustus lalu ketemuan darat dengan Kompasianer yang hanya dengar namanya, baca tulisannya. 

Begitu kopdar, alamaaaakk ... deg-deg duarrrr. Happy, dah. Biasanya saya suka bagi-bagi hadiah, tapi bukan buat nyogok, lho ya. 

Saya dididik ibu dan bapak untuk suka memberi dan berbagi. Teman-teman sekelas di kampus juga heran, lho. Di Jerman kan nggak begitu banget, suka ngasih orang. Paling banter "spende" atau sumbangan. Nah, itu baru biasa di negeri itu.

Kawan-kawan. Meskipun sudah lama bergabung, saya agak loyo tiga tahun ini sebabnya saya kuliah sambil kerja lagi. Jadi itu sudah menguras tenaga saya 8 jam sehari, belum lagi ada anak-anak, suami dan PRT. Yaolohhh ... 24 jam nggak coekoeppp. Tolong, deh. 

Di Jerman modelnya kan gitu, mandiri, apa-apa dikerjain sendiri. Nukang sudah kegiatan biasa bagi saya. Eaaaa ... emang kemaren sebelum nikah bayangannya nikah sama orang asing jadi princess kaliiii ... Huhuuuu ...

Tapi awas, ya, jangan sampai ada yang menuding saya menghilang setelah mendapat award di Kompasiana 2020. Nanti saya suruh peluk pohon, lho. 

Oh, no, ike nggak ilang kok, saya masih exist di komunitas. Namanya KOTEKA alias Komunitas Traveler Kompasiana. Artinya, saya sebagai sekretaris menulis postingan seminggu sekali untuk komunitas dan mengarange tetek bengek keperluan talkshow mingguan, tiap hari Sabtu. Bersama Koteka, saya merasa naik roket bukan bemo. Josssss, sampai ke bulan, terus balik lagi. 

Indah banget, kan? Gratis lagi. Udah pernah ke bulan? Hahaha... pasti rasanya seperti ituh. Di Koteka, saya bisa ketemu dubes-dubes RI di seluruh dunia, bisa kenal teman-teman Kompasianer dari Sabang sampai Merauke, punya jaringan dari berbagai lembaga dari pemerintahan sampai swasta, banyak pengetahuan tentang wisata dalam dan luar negeri. 

Dan tentunya mengasah kemampuan menjadi moderator dan atau narasumber. Ih, kangen, ah, dulu saya pernah cuap-cuap di radio waktu tinggal di Indonesia. Sebelas tahun saya ngomong di depan corong, sekarang nyap-nyap di depan anak-anak.

Waktu nulis draft ini, saya sedang liburan kuliah, makanya bisa nulis (lagi) di akun pribadi. Minggu kemaren saya seminggu studi banding ke Hamburg, sama teman-teman kampus dan para dosen, susah cari waktu buat posting. Pakai HP mata saya sepet. Menggunakan kesempatan dalam kesempitan memang tidak semudah harapan. Ya, udah sekarang udah di rumah, ada laptop. Klik ...

Komunitas Traveler Kompasiana

Ada yang belum tahu apa itu KOTEKA? Sini merapat, kita ngrumpi.

Ide komunitas berangkat dari Kang Pepih Nugraha, waktu itu CEO K. Membangun komunitas traveler bertajuk Komunitas Traveler Kompasiana, disingkat Koteka bersama dik Wawa, mantan admin K dan Kompasianer yang suka jalan-jalan di Whatsapp group pada 20 April 2015. Nama itu sempat bikin risi awal-awalnya, waktu menggagas nama komunitas, saya lebih condong ke KOPER, KOmunitas PERgi-pergi. Sekarang saya sudah biasa dan lantang memperkenalkan, "Saya Gana dari Koteka." Yang dengar "Koteka" pasti rasanya mau nggeblak, dan komentar "You say, what?"

Hahaha ... itulah "Namanya menjual", seperti kata mas Mentri Sandiaga Uno pada acara Koteka 2 April 2022 itu. Berarti sudah sejak 2015 sampai 2022 ini, saya aktif di Komunitas yang sejak corona justru mengambil profit dari pandemi atau naik daun. Menggarap talkshow online (zoom) yang membahas bab wisata di dalam dan luar negeri, Koteka berhasil menggaet banyak fans dari dalam dan luar negeri. Nggak melulu Kompasianer yang ada di Jakarta, nggak melulu Kompasianer dari Sabang sampai Merauke, orang asing dan kedutaan besar di seluruh dunia pun jadi tahu, orang Indonesia punya komunitas online yang luar biasa "ganas", bagai sapi karapan yang dikasih sambal. Meluncur ... Nggak ada matinya.

Bagaimana tidak, memiliki admin yang zaman pembentukan ada 11 orang, rontok jadi 4 orang, kemudian tambah dua Kompasianer, kemudian hilang lagi. Sekarang ini hanya empat orang admin yang tersebar nggak di satu lokasi seperti komunitas lainnya. Walhasil, mana bisa kopdar? Koteka tetap berkibar, tetap membawa visi-misi memajukan pariwisata tanah air dan belajar tentang wisata negara lain. Namun, sampai kapan Koteka bisa begini? Koteka nggak hanya butuh dana tapi juga butuh dukungan imateri dari banyak pihak.

Rupanya tahun 2022 ini, kebangkitan Koteka yang tahun 2021 menjadi the best community di Kompasianival 2021, nggak hanya lewat online saja. Melalui Kotekatrip, komunitas di mana saya jadi sekretaris (semoga nggak seumur hidup) ini, kami sudah mengadakan 4 kali trip (trip 1 di tempat bersejarah di Jakarta, trip 2 di kota tua Jakarta, trip 3 di Purwakarta dan trip 4 di Bogor. Inshaallah masih ada waktu sampai Desember, supaya kami mencari celah mengorganisir trip di Indonesia aja. Nggak mudah, memang. Tapi dengan sistem jemput bola, partisipasi teman-teman dan dukungan dari banyak pihak, pasti bisa. Tuhan ada di mana-mana.

Mencalonkan Ony Jamhari sebagai Kompasianer of the year 2022

Sejak 5 Juli 2020 sampai Sabtu kemaren, 2 Oktober 2022, Koteka sudah mengadakan 114 zooms. Kalau hanya 10 peserta tiap zoom yang hadir, paling nggak sudah hadir 11400 orang. Beberapa kali kami menggandeng universitas untuk hadir di acara. Jadi paling enggak 100-300 orang sekali zoom jika ada kerjasama atau 15-20 orang jika model tanpa kerjasama. Memang sesuatu tidak dibangun dari kuantitas tapi kualitasnya. Sehingga, banyak orang di luar Kompasiana yang Koteka perkenalkan dengan blog bernama Kompasiana.

Dari semua zoom, 99% adalah dari link milik SGPP Bogor dan kemudian diganti dengan link mas Ony pribadi dengan berbagai alasan. Selaku admin dan tahun ini sebagai ketua Koteka, mas Ony rela menyumbangkan link. Tahu kan berapa harga langganan zoom prabayar? Koteka dapat gratis dari mas Ony.

Kalau saya jahat, tahun 2020 begitu dapat award, saya bisa "pensiun" karena sudah "cukup lama bekerja" dengan menulis 52.841 poin dan mendapatkan "uang pensiun" berupa award dari Kompasiana. Tapi tidak, keaktifan saya di Kompasiana dan ide saya membawa Kotekatalk go international itu pastinya tidak akan berhasil tanpa dukungan banyak pihak termasuk mas Ony yang membukakan link tiap Sabtu dan merekamnya serta peserta yang setia. Saya nggak boleh mengecewakan mereka. Mas Ony adalah pria kelahiran Yogyakarta yang lemah lembut, pekerja keras dan baik hati. Nggak heran kalau ia setia dengan Koteka dengan segala kesibukannya yang luar biasa sebagai CEO! Kalau saya Singa, mas Ony pawangnya.

Ini yang harus dihargai bahwa hobi mengurus Komunitas, menjadi pejuang komunitas itu tidak mudah. Menurut saya, tidak melulu soal profit apa yang akan diambil seseorang yang menjadi admin di dalamnya. Justru sebaliknya, apa yang bisa disumbangkan untuk komunitas! Itu sudah dibuktikan mas Ony Jamhari. Sumbangan mas Ony nggak keitung, dah.

Lagi, salah satu nasionalisme mas Ony yang saya acungi jempol adalah, di saat karir di Korea Selatan memuncak, di zona nyaman dengan gaji yang menggiurkan, ia memilih kembali ke tanah air. Membangun negeri dengan standar yang pasti berbeda dengan di luar negeri adalah tantangan yang sudah dipilihnya. Kebanyakan orang tidak ingin kembali ke tanah air karena masalah harga di dalam negeri lebih rendah dibanding di luar negeri. Kalau kalian tanya mengapa saya nggak balik kampung halaman padahal Indonesia itu indah, nanti suami dan anak-anak bisa nangis. Iya, kepindahan saya bukan karena gaji tapi keluarga.

Itulah sebabnya, saya ngotot banget ngobrol di WA komunitas (admin Koteka dan group zoom koteka) bahwa, mas Ony harus jadi mendapat award, setidaknya jadi kandidat tahun ini, supaya apa yang ia lakukan selama ini dihargai. Mas Ony memang sudah pernah dinominasikan tapi nggak menang. Kalau nggak salah 2014. Sekarangkah saatnya? Siapa tahu ...

Saya sering miris, beberapa dari mereka yang mendapat award, nggak ada jejaknya lagi setelah mendapat award. Mereka beruntung. Mas Ony adalah Kompasianer lama yang sudah membuktikan darma baktinya selama ini di Kompasiana, khususnya perjuangannya di komunitas Koteka. Sudah saatnya pejuang komunitas mendapat tempat di hati Kompasiana. Supaya ia menginspirasi bahwa apa yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan tapi pengakuan dari lembaga yang berwenang.

Mas Ony sudah bergabung di Kompasiana sejak 2011. Tulisan terakhirnya di K memang 4 tahun yang lalu, tapi keaktifannya di Komunitas di bawah Kompasiana, yakni bendera Koteka dijamin 100%. Setiap minggu ia ada! Artinya, orang di belakang layar yang nggak kelihatan seperti dia ini yang menyuburkan komunitas, yang mengusung nama baik Kompasiana di dalam dan luar negeri. Ia pula yang mengurusi trip Koteka di Purwakarta dan Bogor, hadir di lapangan. Sudah banyak waktu, pikiran, energi, uang dan semangat yang ia gunakan selama ini.

***

Eit. Tunggu apa lagi? Berbaris di samping saya, mendukung mas Ony menuju Kompasianer of the year 2022. Jangan salah mencalonkan orang yang abracadabra sesaat sebelum Kompasianival atau orang yang timbul tenggelam dan akhirnya hilang nggak ada jejaknya setelah dapat award.

Salam hangat dari Jerman. (G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun