Ada yang belum tahu apa itu KOTEKA? Sini merapat, kita ngrumpi.
Ide komunitas berangkat dari Kang Pepih Nugraha, waktu itu CEO K. Membangun komunitas traveler bertajuk Komunitas Traveler Kompasiana, disingkat Koteka bersama dik Wawa, mantan admin K dan Kompasianer yang suka jalan-jalan di Whatsapp group pada 20 April 2015. Nama itu sempat bikin risi awal-awalnya, waktu menggagas nama komunitas, saya lebih condong ke KOPER, KOmunitas PERgi-pergi. Sekarang saya sudah biasa dan lantang memperkenalkan, "Saya Gana dari Koteka." Yang dengar "Koteka" pasti rasanya mau nggeblak, dan komentar "You say, what?"
Hahaha ... itulah "Namanya menjual", seperti kata mas Mentri Sandiaga Uno pada acara Koteka 2 April 2022 itu. Berarti sudah sejak 2015 sampai 2022 ini, saya aktif di Komunitas yang sejak corona justru mengambil profit dari pandemi atau naik daun. Menggarap talkshow online (zoom) yang membahas bab wisata di dalam dan luar negeri, Koteka berhasil menggaet banyak fans dari dalam dan luar negeri. Nggak melulu Kompasianer yang ada di Jakarta, nggak melulu Kompasianer dari Sabang sampai Merauke, orang asing dan kedutaan besar di seluruh dunia pun jadi tahu, orang Indonesia punya komunitas online yang luar biasa "ganas", bagai sapi karapan yang dikasih sambal. Meluncur ... Nggak ada matinya.
Bagaimana tidak, memiliki admin yang zaman pembentukan ada 11 orang, rontok jadi 4 orang, kemudian tambah dua Kompasianer, kemudian hilang lagi. Sekarang ini hanya empat orang admin yang tersebar nggak di satu lokasi seperti komunitas lainnya. Walhasil, mana bisa kopdar? Koteka tetap berkibar, tetap membawa visi-misi memajukan pariwisata tanah air dan belajar tentang wisata negara lain. Namun, sampai kapan Koteka bisa begini? Koteka nggak hanya butuh dana tapi juga butuh dukungan imateri dari banyak pihak.
Rupanya tahun 2022 ini, kebangkitan Koteka yang tahun 2021 menjadi the best community di Kompasianival 2021, nggak hanya lewat online saja. Melalui Kotekatrip, komunitas di mana saya jadi sekretaris (semoga nggak seumur hidup) ini, kami sudah mengadakan 4 kali trip (trip 1 di tempat bersejarah di Jakarta, trip 2 di kota tua Jakarta, trip 3 di Purwakarta dan trip 4 di Bogor. Inshaallah masih ada waktu sampai Desember, supaya kami mencari celah mengorganisir trip di Indonesia aja. Nggak mudah, memang. Tapi dengan sistem jemput bola, partisipasi teman-teman dan dukungan dari banyak pihak, pasti bisa. Tuhan ada di mana-mana.
Mencalonkan Ony Jamhari sebagai Kompasianer of the year 2022
Sejak 5 Juli 2020 sampai Sabtu kemaren, 2 Oktober 2022, Koteka sudah mengadakan 114 zooms. Kalau hanya 10 peserta tiap zoom yang hadir, paling nggak sudah hadir 11400 orang. Beberapa kali kami menggandeng universitas untuk hadir di acara. Jadi paling enggak 100-300 orang sekali zoom jika ada kerjasama atau 15-20 orang jika model tanpa kerjasama. Memang sesuatu tidak dibangun dari kuantitas tapi kualitasnya. Sehingga, banyak orang di luar Kompasiana yang Koteka perkenalkan dengan blog bernama Kompasiana.
Dari semua zoom, 99% adalah dari link milik SGPP Bogor dan kemudian diganti dengan link mas Ony pribadi dengan berbagai alasan. Selaku admin dan tahun ini sebagai ketua Koteka, mas Ony rela menyumbangkan link. Tahu kan berapa harga langganan zoom prabayar? Koteka dapat gratis dari mas Ony.
Kalau saya jahat, tahun 2020 begitu dapat award, saya bisa "pensiun" karena sudah "cukup lama bekerja" dengan menulis 52.841 poin dan mendapatkan "uang pensiun" berupa award dari Kompasiana. Tapi tidak, keaktifan saya di Kompasiana dan ide saya membawa Kotekatalk go international itu pastinya tidak akan berhasil tanpa dukungan banyak pihak termasuk mas Ony yang membukakan link tiap Sabtu dan merekamnya serta peserta yang setia. Saya nggak boleh mengecewakan mereka. Mas Ony adalah pria kelahiran Yogyakarta yang lemah lembut, pekerja keras dan baik hati. Nggak heran kalau ia setia dengan Koteka dengan segala kesibukannya yang luar biasa sebagai CEO! Kalau saya Singa, mas Ony pawangnya.
Ini yang harus dihargai bahwa hobi mengurus Komunitas, menjadi pejuang komunitas itu tidak mudah. Menurut saya, tidak melulu soal profit apa yang akan diambil seseorang yang menjadi admin di dalamnya. Justru sebaliknya, apa yang bisa disumbangkan untuk komunitas! Itu sudah dibuktikan mas Ony Jamhari. Sumbangan mas Ony nggak keitung, dah.
Lagi, salah satu nasionalisme mas Ony yang saya acungi jempol adalah, di saat karir di Korea Selatan memuncak, di zona nyaman dengan gaji yang menggiurkan, ia memilih kembali ke tanah air. Membangun negeri dengan standar yang pasti berbeda dengan di luar negeri adalah tantangan yang sudah dipilihnya. Kebanyakan orang tidak ingin kembali ke tanah air karena masalah harga di dalam negeri lebih rendah dibanding di luar negeri. Kalau kalian tanya mengapa saya nggak balik kampung halaman padahal Indonesia itu indah, nanti suami dan anak-anak bisa nangis. Iya, kepindahan saya bukan karena gaji tapi keluarga.